Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 3

"Si*lan, cepat kejar! Jangan biarkan orang itu lari!" Sebuah bayangan hitam melesat keluar dari ruang pribadi. Selena menyimpan cip ke dalam saku. Wajahnya yang cantik dan putih itu tidak menunjukkan ekspresi apa pun. "Belok ke kiri, Bos! Orang-orang geng itu akan segera mengejar Bos." Suara cemas Eden terdengar dari earphone, sementara mata Selena di bawah bulu mata panjang dan tebalnya terlihat dingin dan dia berlari ke arah kiri tanpa ragu. Cip yang ada di tangan geng ini adalah hasil kerja keras Insinyur Markus sebelum dia meninggal. Setelah itu, cip ini beredar di pasar gelap. Orang-orangnya datang terlambat, kalau tidak, geng ini tidak akan bisa mendapatkannya. Orang-orang geng ini berencana untuk menjual cip itu ke fraksi asing, tetapi kalau mereka melakukannya, itu hanya akan membuat produksi cip di Elliot menjadi lebih sulit. Oleh karena itu, Selena merebut kembali cip itu dan cip itu juga akan lebih berguna di tangannya. Rencananya sangat sukses. Dia berhasil mendapatkan cip itu, hanya saja orang-orang geng tidak mau menyerah begitu saja dan mengejarnya tanpa henti. "Di depan jalan buntu." Selena menyipitkan mata rubahnya yang indah dan berkata dengan nada dingin. "Ah, ini ... " Suara panik Eden terdengar dari dalam earphone. "Kenapa bisa jalan buntu? Ini nggak mungkin!" Tidak takut dengan musuh seperti dewa, tetapi takut dengan rekan setim yang bodoh. Lidah Selena menempel di belakang gusinya, lalu berdecak. Wah, tiba-tiba tangannya gatal ingin menghajar seseorang! Sekarang sudah terlambat untuk berlari ke sisi lain. Tanpa ragu, dia melepaskan jaket dan topi yang dikenakannya, lalu melemparkannya ke dalam tong sampah, kemudian melepaskan rambutnya yang diikat. Rambut panjangnya yang seperti rumput laut tergerai di bahunya, membuat fitur wajahnya yang halus makin terlihat jelas dan memesona. "Dia ada di depan! Cepat kejar, jangan biarkan dia lari ... " Mendengar teriakan dari belakang, pandangan dingin Selena jatuh pada pria yang tidak jauh darinya. Pria itu bersandar dengan santai di pagar, kerahnya terbuka lebar, dan dasinya ditarik ke samping dengan santai. Namun, bukannya terlihat lesu, dia malah tampak seksi dan menggoda. Suara teriakan dari geng itu makin terdengar. Selena tidak punya waktu untuk membuang-buang waktu, dia segera berjalan cepat ke arah pria itu. Mendengar suara langkah yang mendekatinya, ekspresi Jason langsung menjadi serius. Kenapa orang yang tidak tahu diri ini berani datang ke sini? "Tolong bantu aku." Suara dingin gadis itu terdengar. Itu dia! Jason mengenalinya sebagai gadis yang baru saja dilihatnya di depan pintu. Ketidaknyamanan Jason langsung hilang. Mata hitamnya yang tajam dan menggoda melirik dengan penuh minat. "Bantu apa?" Selama permintaan gadis ini tidak berlebihan, dia bisa membantunya. Selena tidak berbicara lagi, lengannya yang putih langsung melingkar di leher pria itu, dan dia berjinjit. Segera setelah itu, bibir merahnya yang lembap hendak mencium pria itu. Mata Jason tiba-tiba menjadi gelap dan jakunnya bergerak dengan cepat. Saat bibir gadis itu hampir menciumnya, gadis itu tiba-tiba menekan bibir Jason dengan ibu jarinya sehingga memisahkan bibir mereka. Jason tidak bisa mengungkapkan perasaannya untuk sesaat. Jakunnya kembali bergerak. Saat teringat momen saat dia berpikir gadis ini akan menciumnya, hatinya berdebar-debar tanpa alasan. Warna matanya menjadi makin dalam. Sungguh mengejutkan, dia bahkan bisa digoda sampai seperti ini oleh seorang gadis ... "Kenapa orang itu hilang ... " Orang-orang geng berlari mendekat dengan tergesa-gesa, tetapi yang mereka lihat hanyalah dua orang yang tampak seperti pasangan yang sedang asyik berciuman. Pandangan orang-orang geng terlihat curiga. Saat mereka hendak mendekat untuk memeriksa ... Pandangan tajam dan dingin Jason mengarah ke arah mereka. Dia tampak tidak senang karena diganggu sehingga membuat mereka tanpa sadar merasa takut. Hanya dengan satu tatapan, mereka langsung merasa terintimidasi. Orang-orang geng itu merasakan hawa dingin yang menjalar dari kaki hingga ke kepala mereka dan mereka tidak berani melangkah lebih jauh. Orang-orang yang berada di ruang pribadi Gedung Accord adalah orang-orang berpengaruh dan kaya, bukan orang yang bisa mereka singgung ... "Orang itu nggak ada di sini, pergi ke sana!" Melihat orang-orang geng berlari ke arah yang berlawanan, Selena mengedipkan bulu mata panjangnya yang lentik, menarik kembali tangan yang melingkar di leher pria itu, dan mundur selangkah untuk menciptakan jarak di antara mereka berdua. "Terima kasih." Gadis itu mengucapkan terima kasih dengan nada datar dan berbalik untuk pergi. Namun, baru saja melangkah satu langkah, Selena ditarik kembali ke dalam pelukan pria itu. "Kamu mau pergi begitu saja setelah mengambil keuntungan dari Kakak?" Suara serak yang rendah dan magnetik dari pria itu terdengar sangat merdu di telinga Selena, membuat hatinya berdebar-debar tanpa alasan yang jelas. "Mana ada hal semudah itu?" Apa pria ini mau meminta imbalan? Selena memasukkan tangannya ke dalam saku dan menyadari kalau dia tidak punya uang sama sekali kecuali cip itu. Gadis ini mau menggunakan uang untuk mengusirnya? Jason menyadari niat gadis itu. Dia mengeluarkan ponselnya dan meletakkannya di depan gadis itu, tersenyum dengan memesona, dan suara rendahannya terdengar sangat menggoda seolah menghipnosis Selena. "Kakak nggak perlu uang. Berikan saja nomormu, nanti traktir Kakak makan sebagai gantinya." Kenapa orang ini seperti rubah jantan ... Selena mengerutkan keningnya sejenak. Dia tidak suka berutang budi kepada orang lain, mengambil ponsel, dan mengetikkan nomor teleponnya. "Sekarang aku sudah boleh pergi?" Selena mengulurkan ponsel kepada pria itu. Mata rubahnya yang sangat indah itu tidak menunjukkan ekspresi apa pun. "Tentu saja boleh." Suara pria itu terdengar santai dan memikat dengan senyum yang menggoda dan memesona. "Sampai jumpa lagi." Setelah Selena pergi jauh, Jason baru mengalihkan pandangannya. Dia tersenyum dan suasana hatinya terlihat sangat baik. Ruben yang menyaksikan semuanya dari tempat tersembunyi langsung penasaran dan bertanya, Pak Jason, sebenarnya Anda nggak perlu berakting bersama gadis tadi, "kan?" Dengan identitas Pak Jason, kalau dia ingin melindungi gadis tadi, orang-orang geng juga tidak akan berani menculiknya. Selain itu, bukannya Pak Jason punya OCD yang sangat parah? Bagaimana dia bisa mentolerir kontak dekat dengan gadis tadi? Saat Ruben bingung, suara lembut dan santai dari Jason yang sedang tersenyum terdengar. "Ya, aku sengaja melakukannya." Ruben terkejut. "Bos baik-baik saja, 'kan?" Setelah Selena keluar dari pintu Accord, Eden segera turun dari mobil dan memeriksa Selena dari atas ke bawah. Setelah memastikan kalau dia tidak terluka, Eden merasa lega. "Syukurlah Bos baik-baik saja. Aku hampir memanggil teman-temanku untuk menyelamatkan Bos! Huaa, ini semua salahku, aku salah menentukan lokasi ... " "Jangan sampai terulang lagi." Eden segera mengangguk dengan keras. "Aku jamin ini nggak akan terjadi lagi, Bos!" Selena tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia mengeluarkan cip dari sakunya dan melemparkannya kepada Eden. "Bawa ke laboratorium dan suruh mereka menelitinya." Eden segera menangkap cip itu. Bagaimanapun juga, benda kecil ini bernilai ratusan miliar, jadi dia harus menjaganya dengan hati-hati, 'kan? "Apa Bos nggak akan ikut dalam penelitian kali ini? Para pria tua di Institut Penelitian selalu ingin bertemu dengan Bos dan ingin meminta bimbingan Bos. Selain itu, kalau Bos ikut dalam penelitian, peluang keberhasilannya akan lebih tinggi." "Aku akan pergi ke laboratorium kalau punya waktu." Selena berkata dengan santai, kemudian ponselnya menerima pesan permintaan pertemanan. Hanya ada sedikit orang yang mengetahui nomor telepon pribadinya, jadi sudah jelas siapa yang menambahkannya sebagai teman di WhatsApp.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.