Bab 2
"Lena, Lenaku sayang ... "
Saat Selena turun dari mobil, dia langsung disambut oleh seorang wanita cantik yang memeluknya dengan erat. Wajah wanita itu pucat dan terlihat lemah, matanya penuh dengan rasa rindu, dan dia berkata dengan emosional, "Akhirnya Lenaku kembali!"
Yosef mengikuti di belakang, melihat Selena dengan mata yang agak merah, lalu memanggil dengan lembut, "Lena, aku adalah ayahmu. Selamat datang kembali ke rumah!"
Hati Selena terasa hangat. Dia menundukkan kepala dan mengangguk pelan.
"Lena, putri kesayangan Ibu, akhirnya kembali ke sisi Ibu!"
Ester tidak bisa menahan kegembiraannya. Dia memeluk Selena sambil menangis dan tidak mau melepaskannya.
Melihat keadaannya yang emosional, Yosef segera mendekat dan menopangnya. "Ester, kamu nggak boleh terlalu emosional seperti ini, tubuhmu nggak akan kuat menahannya. Kepulangan putri kita adalah hal yang baik, jadi harusnya kamu senang. Jangan menangis lagi."
Melihat penampilan Ester yang seperti ini, Selena menggigit bibirnya, dan berkata dengan canggung, "Jangan sedih, Bu, aku sudah pulang."
Setelah mendengar panggilan "ibu", Ester segera menepis tangan Yosef, merangkul lengan Selena, dan menatapnya dengan penuh harap. "Lena, panggil Ibu sekali lagi, ya?"
Yosef yang tangannya baru saja ditepis hanya bisa terdiam.
Sudahlah, putri kesayangan mereka kembali, jadi posisinya di hati istrinya langsung menurun!
Bulu mata panjang dan lentik Selena bergetar sedikit, tetapi akhirnya dia memanggil dengan lembut, "Ibu."
"Putri Ibu sangat penurut!"
Wajah pucat Ester terlihat lebih segar dengan senyum yang cantik dan anggun.
"Lena, Ibu sudah menyiapkan kamar untukmu. Ayo ikut sama Ibu untuk memilihnya. Lihat kamar mana yang kamu suka."
Sambil berkata begitu, Ester menggandeng tangan Selena dengan lembut dan membawa masuk ke dalam vila.
Yosef yang diabaikan sepenuhnya hanya bisa menghela napas dengan putus asa dan segera mengikuti mereka dengan cepat.
Dia juga harus sering muncul di depan putri kesayangannya dan tidak boleh membiarkan putrinya hanya mengingat istrinya saja!
Dekorasi di dalam vila sangat mewah. Para pembantu berdiri rapi dalam barisan dan menyapa dengan hormat, "Selamat datang di rumah, Nona Selena."
Suara lembut Ester terdengar. "Lena, kamu masih punya lima kakak laki-laki. Sekarang mereka lagi nggak ada di rumah, tapi Ibu sudah menyuruh mereka untuk segera pulang secepat mungkin, jadi kamu akan segera bisa bertemu dengan mereka!"
Selena mengangguk dengan ekspresi yang tenang. "Oke."
"Lena, Ini adalah kamar yang Ibu siapkan khusus untukmu, suka nggak?" kata Ester sambil membawanya naik ke lantai dua, membuka pintu kamar, dan menatapnya dengan penuh harap.
Melihat kamar yang berwarna pink ini, Selena menggigit bibirnya, lalu menatap ekspresi penuh harap di mata Ester. Setelah ragu sejenak, dia mengangguk. "Suka."
"Ibu tahu Lena akan menyukainya!"
Senyuman di wajah Ester makin cerah. Sebenarnya dia ingin berbicara lebih banyak dengan Selena, tetapi dia teringat kalau anaknya sudah menempuh perjalanan panjang hari ini dan merasa kasihan. Oleh karena itu, dia mengelus kepala Selena dengan penuh kasih sayang dan berkata dengan lembut, "Lena, hari sudah malam, jadi istirahatlah dulu. Kalau ada yang ingin dibicarakan, kita bicarakan besok saja!"
"Oke."
"Selamat tidur, Lena!"
Ester dan Yosef meninggalkan kamar dengan enggan.
Selena merasa agak canggung dengan kehangatan dan perhatian mereka, tetapi hatinya merasa hangat.
Saat Ester memeluknya tadi, dia memeriksa denyut nadi Ester. Tubuh Ester sangat lemah, sepertinya ada penyakit lama yang tertinggal. Dia harus merawatnya dengan baik setelah ini.
"Bos!"
Suara Eden terdengar dari earphone.
"Barang yang Bos inginkan sudah muncul. Geng itu ada di Accord sekarang!"
"Oke." Mata rubah Selena yang indah memancarkan cahaya dingin. "Bersiaplah, kita ambil kembali barang itu."
"Siap, bos! Aku akan menunggu Bos di Accord!"
"Oke."
Di Accord.
Tempat hiburan terbesar di Norton, terkenal sebagai tempat yang menghasilkan banyak uang. Semua orang yang keluar masuk di sini adalah orang kaya.
Sebuah mobil Mercedes-Benz hitam yang mencolok berhenti di depan pintu.
"Pak Jason, tadi Bu Anita menelepon lagi, katanya putri keluarga Carson yang telah hilang selama bertahun-tahun sudah ditemukan. Dia meminta Anda untuk meluangkan waktu dan mengunjungi keluarga Carson secara pribadi. Bagaimanapun juga, itu adalah calon istri Anda, jadi Anda harus bertemu dengannya."
"Kalau nggak salah ingat, gadis itu baru berusia 18 tahun."
Jendela mobil setengah terbuka, pria yang tampan dan dingin duduk dengan santai, tangannya yang ramping dan sempurna seperti karya seni memegang sebatang rokok, menambahkan sedikit kesan liar pada wajahnya yang dingin.
"Kalian menganggapku sebagai binatang buas, ya?"
Ruben berkata, "Pak Jason ... Itu perintah dari Bu Anita, saya hanya menyampaikannya."
"Heh."
Jason mematikan rokok di tangannya. Wajah tampannya yang menawan itu menjadi dingin, udara di sekitarnya seolah-olah ikut mendingin, dan membuat orang merasa merinding.
"Bersiaplah, dalam beberapa hari lagi, aku akan pergi ke rumah keluarga Carson untuk membatalkan pernikahan."
"Dia terlalu muda, aku nggak mau jadi binatang buas."
"Membatalkan pernikahan?" Ruben terkejut. "Pak Jason, pertunangan antara keluarga Bradley dan keluarga Carson sudah ditetapkan sejak generasi sebelumnya. Kalau Bu Anita tahu Anda ingin membatalkan pernikahan, Bu Anita pasti akan marah ... "
"Makanya jangan sampai dia tahu."
Ruben tampak kesulitan. "Tapi Pak Jason ... "
Jason sudah tidak sabar mendengar omong kosongnya lagi. Dia menatap Ruben dengan dingin dan berkata dengan tegas, "Hmm?"
Punggung Ruben langsung merinding hanya dengan mendengar satu kata itu. Dia menutup mulutnya dan tidak berani bicara lagi.
Sementara itu, sebuah motor besar lewat di sebelah mobil mereka dengan suara bergemuruh dan berhenti di sisi lain.
Selena turun dengan gagah dari motor, bersandar dengan santai pada motor sambil menunggu seseorang. Kaki panjangnya yang putih bersandar dengan santai, ditambah lagi dengan wajahnya yang menakjubkan, dia langsung menarik perhatian banyak orang.
Jason mengangkat pandangannya dan tanpa sengaja melihat wajah samping Selena yang agak menunduk, serta kaki panjangnya yang indah. Tiba-tiba tatapannya menjadi tajam.
Sangat putih dan ramping ...
"Pak Jason ... Pak Jason?"
Ruben memanggil beberapa kali. Saat dia bingung apa yang sedang dilihat Jason dengan begitu serius, Jason menoleh. Tatapan tajamnya tertuju pada Ruben dan suaranya yang dingin terdengar tidak sabar.
"Ada apa?"
Ruben terkejut melihat penampilan bosnya yang menakutkan. Dia merasa cemas, lalu segera membungkuk dengan hormat dan berkata, "Bu Anita menelepon lagi ... "
Terpancar sedikit keputusasaan yang jarang terlihat dari alis Jason yang dingin. Dia mengangkat tangannya dan memijat dahinya, "Kamu angkat saja dan berikan alasan yang meyakinkan."
Telepon nenek saat ini pasti berhubungan dengan urusan pernikahan dengan keluarga Carson, tetapi dia tidak berniat menjadi binatang buas.
Ruben tidak berani menentang perintahnya, jadi dia hanya bisa mengiyakannya dengan berat hati. "Baik, Pak Jason."
Saat Jason melihat ke luar jendela lagi, dia tidak melihat sosok gadis itu lagi. Matanya yang dalam itu menyipit dengan warna mata yang sulit diartikan.