Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 7

Tatapan matanya dingin, tidak menunjukkan perasaan apa pun. Seolah-olah yang ada di depan matanya itu hanyalah sebuah benda mati bukan manusia. Ini membuat Nenek Dela sangat tidak suka. "Benar! jika kamu bisa masuk ranking sepuluh besar di kelas dan buat keluarga Amarta bangga, kamu juga bisa mendapatkan kamar yang bagus," jawab Nenek Dela. "Aku mengerti," ucap Alice sambil berpaling ke Amel dan berkata, "Ayo pergi." Amel terbengong seketika, lalu dia menyetujuinya dengan suara pelan. Alice meminta Amel untuk membawanya ke kamar tamu. Dia merasa semakin bersalah dalam hatinya. Nenek Dela tersenyum sinis ketika melihat mereka berjalan ke arah kamar tamu. "Hanya seorang gadis liar yang keluar dari desa pegunungan, kamu bahkan belum mempelajari semua pelajaran SMP. Kini kamu ingin masuk ranking sepuluh besar di kelas?" batin Nenek Dela. Sungguh omong kosong. Malam hari. Makan malam kali ini seharusnya menjadi acara sambutan kembalinya Alice dan sekaligus merayakan perkumpulan keluarga. Namun, ada dua kursi yang kosong di meja makan persegi panjang itu. Eden dengan benjolan di kepalanya dan anak sulung keluarga Amarta yang belum pernah ditemui sebelumnya tidak ikut serta pada acara makan malam tersebut. Untuk mengurangi rasa canggung, Amel mengeluarkan daftar sekolah dan memberikannya kepada Alice ketika makan malam hampir selesai. "Alice, sekolah akan dimulai beberapa hari lagi. Tentang pindah sekolah, Ibu sudah mencari beberapa sekolah. Coba lihat, apakah ada sekolah yang kamu inginkan?" ujar Amel. Alice mengambil sepotong iga sambil melirik ke daftar nama sekolah. Semuanya adalah sekolah yang menengah atas di Kota Binsar. "Ayah, kudengar prestasi Alice di sekolahnya dulu cukup bagus. Bisakah Ayah mengatur agar dia bisa masuk ke Akademi Veritas? Aku akan membantu dan menjaganya nanti," tanya Silvi sambil meletakkan piring dan sumpitnya. Silvi yang terlihat polos itu seakan benar-benar peduli pada Alice. Namun, semua orang tahu bahwa tingkat pendidikan di sekolah pegunungan tidak bisa dibandingkan dengan sekolah internasional. "Pengajaran di Akademi Veritas menggunakan bahasa Inggris sepenuhnya. Apakah kamu bisa mengerti?" tanya Carlo sambil melihat ke arah Alice. Dia sudah mengganti pakaiannya menjadi kebaya hitam yang membuat kulitnya terlihat sangat cerah. Selain itu, dia berperilaku anggun saat makan, tidak terlihat sama sekali bahwa dia berasal dari desa pegunungan. Penampilan cantik ini membuat rasa benci Carlo terhadapnya sedikit berkurang. Dia terlihat lebih cantik dari Silvi. Saat sudah dewasa, Carlo bahkan bisa memanfaatkan penampilan cantik ini untuk membantu keluarga Amarta menjalankan pernikahan … "Aku pergi ke Akademi Veritas," ucap Alice setelah makan sepotong iga. Setelah mendengar perkataan Alice, semua orang melihatnya dengan terkejut. Sementara dia dengan tenang mengambil sepotong iga dan menggigitnya. Nada bicaranya tadi seolah-olah sedang mengatakan bahwa iga ini sangat lezat. "Kenapa kamu harus memaksakan diri? Sekolahmu di pegunungan itu bahkan nggak ada seorang guru bahasa Inggris yang layak. Bagaimana kamu bisa mengikuti pelajaran di Akademi Veritas nanti?! Apakah kamu ingin mempermalukan keluarga Amarta dengan nilai nol pada saat ujian masuk perguruan tinggi?!" ujar Carlo sambil memukul meja dengan marah. Sebelum memilih sekolah, mereka sudah mengetahui prestasi Alice di sekolahnya dulu. Meskipun dia meraih peringkat pertama di sekolahnya, tetapi sekolah tempat dia belajar itu didirikan untuk membantu orang miskin. Setiap tahun, guru yang ditugaskan ke sana memiliki banyak pekerjaan dan selalu berhenti dari pekerjaannya dalam waktu kurang dari setengah tahun. Belajar dalam lingkungan seperti itu, meskipun meraih peringkat pertama, apakah memiliki kualitas yang tinggi? "Dengan nilaimu yang rendah itu, jangan pergi ke Akademi Veritas untuk mempermalukan diri sendiri. Jika kamu memiliki kemampuan, pergilah ke Sekolah Menengah No.1 Kota, ikuti ujian masuk dan dapatkan ranking sepuluh besar di kelas. Setelah itu, ruang belajar Eden akan diberikan untukmu," ujar Nenek Dela. Nenek Dela yang duduk di posisi atas tersenyum sinis dan langsung membuat keputusan untuk Alice. Sekolah Menengah No.1 Kota adalah sekolah negeri di Kota Binsar. Meskipun setiap tahun memiliki tingkat kelulusan ke Universitas Binjaya dan Universitas Ganesyah yang tinggi, tetapi kualitas pengajaran masih kurang jika dibandingkan dengan Akademi Veritas. Akademi Veritas adalah sekolah yang berusia satu abad yang didirikan oleh keluarga Maven, salah satu dari empat keluarga besar dan ditujukan untuk semua universitas internasional yang terkenal. Meskipun tidak lulus ujian masuk ke universitas internasional yang terkenal, berkuliah di Fakultas Universitas Veritas juga bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang tinggi setelah lulus. "Alice, bagaimana menurutmu?" tanya Amel.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.