Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 16

Setelah selesai mengikuti pertemuan kantor, Miley sengaja pergi ke tempat ujian. Dia ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri apa yang bisa dicapai oleh Alice. Ketika sampai di ruang ujian, sesi ujian kedua di pagi hari sudah dimulai. Dia bahkan tidak melihat bayangan Alice. Setelah bertanya kepada pengawas ujian, dia baru tahu bahwa Alice sama sekali tidak datang ke ruang ujian. Miley tertawa marah. Baru saja Alice begitu percaya diri di depan Pak Damian dan mengatakan akan mengikuti ujian masuk akademi, bahkan akan masuk ke kelas yang lebih tinggi. Namun, sekarang batang hidungnya pun tidak tampak. Alice benar-benar penakut! Alice telah mempermalukan Miley di depan Pak Damian. Apa Alice berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja apabila dia sengaja menghindari ujian masuk akademi? Jangan harap! Miley berbalik dan kembali ke kelas SMA 2 kelas 1. Alice adalah putri yang diadopsi oleh keluarga Amarta, jadi pasti Silvi sebagai putri keluarga Amarta pasti bisa menemukan Miley. SMA 2 kelas 1. Saat ini adalah waktu istirahat dan suasana di kelas sangat baik. Silvi secara khusus membawa kue yang diberikan oleh Desta ke kelas, lalu membagikannya kepada semua orang. Biasanya, beberapa gadis yang dekat dengan Silvi akan mengelilinginya. "Vivi, kue ini edisi terbatas dari toko kue Sentosa. Bagaimana kamu mendapatkannya?" tanya salah seorang teman sekelas. Silvi menyelipkan rambut ke telinganya sambil menjawab, "Sebenarnya bukan aku yang membelinya, tapi aku menyelamatkan seseorang dari keluarga Cavali. Itu sebabnya mereka memberikan hadiah sebagai ucapan terima kasih." "Keluarga Cavali? Keluarga Cavali yang jadi pemimpin dari Empat Keluarga Besar? Wah, Vivi, kamu luar biasa … " "Ssst, kalian jangan keras-keras. Ini nggak boleh diketahui orang banyak." Silvi buru-buru membuat gerakan diam dengan telunjuknya, tetapi senyum di sudut mulutnya tidak bisa disembunyikan. "Vivi memang cantik dan baik hati, keberuntungan selalu bersamamu!" "Orang baik pasti akan mendapatkan balasan yang baik. Selain itu, nggak semua orang bisa seperti Vivi yang konsisten melakukan kebajikan. Kudengar keluarga Amarta pergi ke daerah pegunungan yang miskin untuk membantu mengurangi kemiskinan selama liburan musim panas, bahkan mengadopsi seorang yatim piatu sebagai putri angkat." "Ayah dari putri angkat itu adalah pembunuh. Vivi, keluarga kalian benar-benar baik hati, bahkan sampai berani mengadopsi putri pembunuh." Silvi dengan wajah bingung berkata, "Tolong jangan bicara seperti itu tentang adikku. Dia juga akan belajar di Akademi Veritas nanti. Kalau sampai dia mendengarnya, dia bisa sedih." Beberapa siswi yang mendengar hal ini pun jiwa bergosipnya makin besar. "Memangnya prestasinya di sudut gunung itu cukup buat meluluskan dia masuk di akademi kita?" "Pertanyaanmu salah, seharusnya kamu bertanya apa ada pelajaran bahasa Inggris di sekolah daerah pegunungan miskin tempat mereka tinggal?" "Hahaha, benar." Perasaan Silvi sangat puas mendengar suara teman-temannya mengejek sambil tertawa terbahak-bahak. Namun, wajahnya tampak cemas. "Tolong jangan mengejeknya lagi. Dia melihatku belajar di Akademi Veritas, makanya dia ingin ikut bersama. Sebelumnya nilai Alice juga cukup bagus … " Salah satu siswi berkata, "Vivi, kamu terlalu polos dan terlalu baik." Seorang siswa lainnya menimpali, "Jadi, itulah kenapa Pak Ricky sangat menyukai Vivi." "Tapi Vivi, kamu juga harus memperhatikan anak angkat itu. Dia ikut kamu masuk ke Akademi Veritas. Jika dia tahu kamu bertunangan Pak Ricky, dia juga ingin merebut … " Setelah mendengar kata-kata di belakangnya, Silvi sedikit mengernyit. Alice akan merebut pertunangan ini kembali? Silvi pasti tidak akan membiarkan hal ini terjadi! Pada saat ini, Miley kembali ke dalam kelas dan mendekati Silvi. Dia lalu berkata, "Silvi, Alice itu anak angkat keluarga kalian, 'kan?" Silvi berdiri dari kursinya sambil mengangguk dengan patuh dan menjawab, "Benar, Bu Miley. Dia kenapa?" Miley merasa sangat puas melihat Silvi yang begitu patuh. Dia sangat menyukai siswa yang baik, patuh, dan memiliki prestasi belajar yang bagus, bahkan nada bicaranya juga menjadi lebih lembut. "Dia nggak ikut ujian masuk, bisakah kamu menghubunginya dan bertanya kepadanya ke mana dia pergi?" "Apa? Alice kabur dari ujian?" Silvi terkejut sembari menutup mulutnya. "Maaf, Bu Miley, aku akan segera meneleponnya. Aku minta maaf sudah merepotkanmu. Aku minta maaf atas nama adikku." Silvi memberi hormat pada Miley, lalu pergi sambil membawa ponselnya. Para siswa yang tersisa sangat mengagumi sikap Silvi, dibandingkan dengan Alice yang kabur dari ujian setelah berusaha keras untuk belajar di Akademi Veritas, sungguh berbeda sekali. Namun, sebenarnya Silvi yang berada di lobi tidak memiliki nomor ponsel Alice. Lebih tepatnya, beberapa hari yang lalu Amel mengirim nomor ponsel Alice di grup WhatsApp keluarga, tetapi dia sama sekali tidak menyimpannya. Silvi mengakses forum sekolah melalui ponselnya. Dia menulis: "Menurut sumber yang dapat dipercaya, putri keluarga Amarta kabur dari ujian masuk akademi. Mungkin si anak desa yang keluar dari sudut-sudut gunung itu bahkan nggak sanggup memahami soal ujian." "Kepala keluarga Amarta sungguh bodoh karena mengirimkan siswi bodoh seperti ini ke Akademi Veritas. Apa dia sungguh berpikir bisa masuk melalui jalur orang dalam dengan uang sialan itu? Sungguh memalukan." Setelah mengirim dua postingan secara anonim, Silvi membuka daftar kontak untuk menelepon Carlo.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.