Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 15

Setelah Alice selesai berbicara, ruangan menjadi sunyi sejenak. Intuisi memberitahunya bahwa pria di depannya bukan lagi anak laki-laki yang dulu. Pria ini sakit dan ketika kambuh, dia akan mengalami gejala kegilaan. Pria ini termasuk orang yang sangat berbahaya. Selama dendam besarnya belum terbalas, Alice tidak ingin terlibat konflik dengan orang yang begitu berbahaya. Tentu Alice tidak akan mudah percaya dengan sikap pria ini yang mencoba menjadi baik. "Oke, tapi kamu jangan pura-pura nggak mengenaliku lagi!" Damian mendekat, lalu mengangkat tangan untuk mengelus kepala Alice sambil berkata, "Kamu sudah tumbuh besar." Alice hanya diam. Damian sering seperti ini saat dia masih kecil. Dia akan mengelus kepala Alice, lalu menarik ke dalam pelukannya sambil memanggilnya si kecil yang manja. Pada saat itu, Alice selalu tersenyum ceria dan berkata, "Aku sangat menyukai Paman Damian … " " … Paman Damian!" panggil Alice dengan tidak senang sambil mengalihkan kepalanya. Dia mengeluarkan sebuah botol obat kecil berwarna hitam seukuran kuku dari saku samping kebayanya, lalu memberikannya kepada Damian. "Jangan menahannya. Setelah muntah, minumlah obatnya. Akhir pekan nanti aku akan periksa kesehatanmu." Tampak keterkejutan sejenak di mata Damian. Dia menyetujui kesepakatan dengan Alice hanya untuk menjaga hubungan. Damian tidak menyangka Alice benar-benar menyembuhkannya. Karena penyakitnya ini, bahkan dokter genius internasional pun tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tahu Alice sedikit mengerti ilmu kedokteran. Alice juga yang menyelamatkan nyawanya dengan menghentikan pendarahan tepat waktu saat di perbatasan dulu. Damian tidak terpikirkan sebelumnya bahwa keahlian medis Alice sangat tinggi, yaitu mampu melihat gejala penyakit hanya dengan sekali pandang. Damian menerima obat tersebut, kemudian melihat jam tangannya sebelum mengingatkan, "Kalau sekarang kamu pergi mengikuti ujian masuk, kamu masih bisa mengejar sesi kedua." Alice terdiam. Dia hampir lupa tentang itu! Dia pun langsung berbalik pergi. Saat pintu ruang rawat tertutup, Damian langsung memuntahkan darah segar. Semua ketenangan yang dia pertahankan runtuh seketika. Raut wajah yang tampan dengan darah merah segar di sudut bibirnya membuat wajahnya tampak pucat. "Kak Damian!" Begitu Calvin membuka pintu bersama Evren, dia melihat kejadian itu. Keduanya pun segera mendekat untuk menopang Damian. Mata Damian menjadi gelap usai melihat darah segar yang menempel di tangannya. Dia mengerti mengapa Alice takut pada orang-orang keluarga Cavali. Itu karena penyakitnya disebabkan oleh keluarga Cavali! "Nggak apa-apa, ambilkan aku segelas air," ujar Damian sambil membersihkan botol obat kecil berwarna hitam yang terkena darah di tangannya dengan tisu basah. Evren yang melihat botol obat itu pun ingin mengambil dan mengamatinya, tetapi tidak berhasil. Dia menjadi cemas dan bertanya, "Kak Damian, dari mana kamu mendapatkan obat? Apa kamu mengonsumsi obat sembarangan di belakangku?" Damian menyeka mulutnya dengan air bersih, kemudian menjawab, "Dikasih gadis kecil." Evren terdiam. "Yang barusan itu?" tanya Calvin. Namun, dia segera teringat sesuatu segera menghentikan Damian, "Tunggu! Jangan diminum … " Damian menelan obat dengan bantuan ludahnya. "Kakak, kenapa kamu minum obat pemberiannya? Apa kamu lupa bagaimana kamu tadi menyerangnya? Kamu nggak takut kalau dia balas dendam dan memberikanmu racun?" Calvin sangat ingin menggaruk mulut Damian dan memaksanya untuk memuntahkan obatnya. Namun, dia tidak berani karena tahu dirinya tidak bisa menang. "Nggak takut," jawab Damian. "Gawat. Evren, cepat obati dia. Dia sudah terpengaruh. Dia bahkan nggak ada pengetahuan dasar tentang keselamatan." Calvin menoleh untuk menilah Evren yang tidak menjawab ucapannya. Dia melihat Evren sedang memegang botol obat kecil yang kosong sambil melihat ke kiri dan ke kanan, lalu mengendusnya dan akan menjulurkan lidahnya untuk menjilatnya … "Apa-apaan ini? Kamu juga ikut terinfeksi?" Calvin menampar punggung Evren untuk menghentikan perilakunya yang menjijikkan. "Tenang, aku mencium aroma gastrodia elata dan ada beberapa aroma yang nggak aku kenal. Mungkin ini obat khusus untuk sakit kepala. Kak Damian, bagaimana perasaanmu sekarang?" ucap Evren yang menatap Damian sambil mendorong bingkai kacamata tebalnya sembari. Damian duduk di kursi sambil menutup mata. Di wajahnya yang sempurna, jarang terlihat alisnya yang datar. Ekspresinya juga tenang. Seolah-olah ada kekuatan yang meredakan saraf otak yang kadang-kadang berkedut tidak lagi tegang. Kini membuatnya rileks dan menjadi nyaman … Calvin dan Evren saling pandang saat mendengarkan suara napas teratur Damian. "Dia tidur?" tanya Calvin dalam diam. Evren mengangguk, kemudian keduanya dengan sangat kompak pergi diam-diam. Perlu diketahui bos mereka menderita gangguan tidur karena penyakit ini. Damian tidak mungkin bisa tidur semudah ini kecuali dia dipukul hingga pingsan. Obat yang diberikan oleh Alice efektif. Meskipun menyenangkan, Calvin masih merasa perlu untuk bersiap-siap. "Kamu sudah hubungi dokter sakti tanpa nama itu?" tanya Calvin kepada Evren. Dokter sakti tanpa nama ini adalah dokter nomor wahid di situs web DokHi. DokHi adalah sebuah situs pertukaran ilmu kedokteran internasional yang mengumpulkan dokter terbaik dari seluruh dunia dan diakui sebagai otoritas di bidang medis. Dokter sakti yang berada di peringkat pertama dan tanpa nama adalah seseorang yang identitasnya misterius yang selalu dicari oleh Damian. Dia memiliki keahlian khusus dalam pengobatan tradisional dan memiliki keterampilan medis yang sangat baik. Dia juga telah menerbitkan banyak makalah akademis dalam bidang pengobatan tradisional yang menimbulkan kehebohan di kalangan dunia medis. Hanya saja, tidak ada yang bisa menggali jejaknya. Jadi, ada yang meragukan apakah tokoh tanpa nama ini adalah karakter virtual yang dibuat oleh situs web. Namun, Evren yakin bahwa itu tidak benar karena dia telah menambahkan tokoh tanpa nama ini sebagai teman. Meskipun hanya teman daring di DokHi, tokoh tanpa nama ini memberikan banyak saran yang sangat berguna baginya. Orang tersebut adalah idola baginya. "Belum, dia jarang online. Terakhir kali online tiga bulan yang lalu. Dia bilang nggak menerima pasien dalam waktu dekat," jawab Evren. "Cari solusinya secepat mungkin. Rasanya penyakit Kak Damian makin parah … " desak Calvin. "Iya, tahu," jawab Evren

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.