Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 14

Dalam kekacauan seperti ini, Alice berusaha meraba titik akupunktur di sepanjang lengan Damian, lalu menekannya dengan sekuat tenaga. Damian melepaskan tangannya dan Alice langsung menempelkan punggungnya di dinding, lalu menarik napas yang dalam. Setelah itu, terdengar suara benturan yang keras. Damian memegang kepalanya dan terlihat begitu kesakitan. Dia terus memukul dinding dengan kepalan tangannya hingga meninggalkan jejak darah di dinding putih tersebut. "Kak Damian!" teriak Calvin sambil memeluk pinggangnya dari belakang dan menarik tubuhnya agar menjauh dari dinding. Calvin kembali berteriak kepada Alice, "Cepat panggil dokter!" Alice menarik napas yang dalam dan merasa sedikit takut ketika melihat penderitaan yang dirasakan Damian saat ini. Alice hampir saja mati tercekik! "Kenapa kamu diam saja? Cepatlah, aku nggak bisa menahannya lebih lama lagi," teriak Calvin ketika melihat Alice tidak bergerak. "Lepaskan dia, biar aku saja," ujar Alice. Alice mulai menggerakkan kedua tangannya yang ramping itu. Di saat yang bersamaan, sebuah jarum perak muncul di tangannya. Calvin hampir pingsan ketika melihat respon Alice yang begitu tenang. Saat ini, penyakit Damian sedang kambuh dan dia akan bersikap seperti harimau buas. Calvin bahkan merasa kalau dua orang sepertinya belum tentu bisa mengendalikan Damian. Apa yang bisa dilakukan oleh seorang wanita lemah seperti Alice? Ketika Calvin sedang memikirkan hal ini, Damian tiba-tiba menyerangnya dengan siku, lalu mendorongnya hingga jatuh terduduk di atas lantai. Saat ini, Damian terlihat seperti binatang buas yang ingin menerkam mangsanya. Damian ingin menyerang Alice, tetapi Alice hanya berdiri diam di tempat asalnya dan bersikap begitu tenang. Alice mengangkat tangannya dan mengarahkan jarum perak di tangannya ke titik akunpunktur di dahi Damian. Detik berikutnya, tubuh Damian tiba-tiba membeku dan terjatuh lemas ke arah Alice. Calvin cukup terkejut ketika melihat Alice menggunakan senjata tersembunyi ini! Namun, ini sangat tidak logis. Ketika penyakit Damian kambuh, dua pria dewasa bahkan tidak bisa menahan tubuhnya. Bagaimana mungkin penyakit Damian bisa diatasi hanya dengan satu jarum dari Alice? Di ruang UKS. Damian perlahan sadar. Ketika membuka kedua matanya, Damian melihat wajah cantik yang terbalik sedang menatapnya dengan tatapan yang dingin. Damian juga mencium aroma yang lembut dan harum. Sepasang tangan kecil yang lembut sedang menekan titik akupunktur pelipisnya dengan lembut dan terasa begitu nyaman. Rasa nyaman ini membuat tubuh Damian menjadi rileks sepenuhnya. Dia sudah lama tidak merasakan perasaan nyaman seperti ini. Saat dia menutup matanya dan berpura-pura belum sadar agar bisa menikmati pijatan tersebut, tangan kecil di kepalanya tiba-tiba berpindah. Detik berikutnya, terdengar suara wanita dari arah atas kepalanya, "Bangunlah, jangan berpura-pura tidur lagi." Calvin yang sedang berjaga di samping Damian bergegas bangkit ketika mendengar bosnya bangun. "Kak Damian, apa kamu baik-baik saja? Evren sedang dalam perjalanan menuju ke sini. Aku nggak pernah melihatmu pingsan begitu lama, ini benar-benar membuatku takut," ujar Calvin. Damian hanya diam dan tidak lagi bisa berpura-pura tidur. "Minggir!" teriak Damian dengan nada dingin sambil bergegas duduk di atas kasur. Calvin tiba-tiba merasa tersinggung ketika mendengar suara teriakan tersebut. Calvin tidak mengerti mengapa Damian marah padanya. Dia hanya mengiyakan dengan perasaan sedih, lalu keluar dari ruangan tersebut. Alice tidak berkata apa-apa ketika melihat kondisi ini. Damian bersandar di kasur sambil menatap tangannya yang dibalut kain perban dengan tatapan kosong. Dia seolah-olah sedang mengingat kembali kejadian yang baru saja terjadi. "Kalau Pak Damian sudah membaik, aku akan pergi dulu," ujar Alice sambil berbalik. Alice sebenarnya sudah ingin pergi sejak tadi, tetapi dia dicegah oleh Calvin. Calvin tidak mengizinkannya pergi sebelum Damian sadar, karena Alice yang menusuk jarum perak itu ke tubuh Damian. "Kalau kakak-kakakku tahu kamu masih hidup, apa mereka bisa membiarkanmu begitu saja?" tanya Damian sambil menatap punggung Alice. Kedua mata Damian terlihat makin tajam tanpa mengenakan kacamata berbingkai emas. Alice menghentikan langkah kakinya dan kembali teringat akan kejadian di masa lalu. Waktu itu, anggota keluarga Cavali saling menyerang satu sama lain, hingga menyebabkan ayah angkat Alice dipenjara dan ibu angkatnya meninggal dalam kecelakaan mobil … Dari kata "kakak-kakakku" yang diucapkan oleh Damian barusan, dia berhasil melepaskan dirinya dari kejadian waktu itu. Apakah perkataannya sesuai dengan fakta yang ada? "Hm, kamu adalah … Paman?" tanya Alice sambil berbalik. Saat ini, Alice baru menyadari siapa pria yang ada di depannya. Namun, tatapannya tetap saja terlihat begitu dingin. Melihat ini, Damian tidak bisa menahan tawa di dalam hatinya. Apakah aktingnya selama ini terlihat buruk? Damian tidak mengungkapkan apa-apa, tatapannya juga terlihat lebih lembut dibandingkan dengan tadi. Damian kembali berkata, "Kamu nggak terburu-buru untuk memutuskan hubungan denganku, 'kan?" Alice terdiam sejenak, lalu berkata, "Apa yang kamu inginkan?" Alice tidak yakin apa yang ingin dilakukan Damian. Apakah dia akan memberitahu keluarga Cavali kalau Alice masih hidup? Damian merasa sangat tidak senang ketika melihat kewaspadaan di kedua mata Alice. Damian melambaikan tangannya ke arah Alice sambil berkata, "Kemarilah, apa lehermu baik-baik saja?" Alice tidak bergerak dan hanya menatapnya dengan tatapan yang dingin sambil berkata, "Paman, kamu nggak sehat!" Damian terdiam sejenak. Damian memang sakit, tetapi nada bicara Alice barusan terdengar sangat aneh. "Obat yang diberikan oleh asistenmu mengandung gabapentin dan karbamazepin yang digunakan khusus untuk mengobati nyeri saraf. Berdasarkan kondisimu saat ini, aku menduga Paman mengidap penyakit sakit kepala kronis yang sudah berlangsung cukup lama," ujar Alice setelah memikirkan kembali kondisi Damian ketika dibawa ke ruang UKS. Calvin hanya meminta dokter untuk mengobati luka di tangannya, lalu mengusir dokter tersebut. Calvin kemudian mengeluarkan sebuah botol berisi pil kecil, lalu memberikan satu pil pada Damian sebelum pergi menelepon. Alice melihat jelas bentuk pil itu. Bentuk pil itu sangat mirip dengan obat yang dikaji oleh teman online-nya yang dibuat khusus untuk mengobati masalah sakit kepala. "Lanjutkan," ujar Damian sambil menyipitkan matanya dan menatap gadis cuek yang ada di depannya. Gadis kecil yang dulunya selalu mengganggu dia, kenapa bisa menjadi seperti ini? Alice berkata, "Kedua jenis bahan obat ini memiliki efek samping tertentu dan nggak boleh dikonsumsi dalam jangka panjang. Aku menguasai beberapa ilmu pengobatan tradisional dari nenekku dan aku bisa membantumu menyembuhkan penyakit ini." Alice kembali berkata, "Sebagai imbalannya, kamu harus menyembunyikan keberadaanku dari keluarga Cavali hingga aku dewasa nanti."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.