Bab 2
Fara terbangun pagi-pagi sekali karena ada suara yang lantang.
Fara pun mendorong pintu hingga terbuka. Tampaklah seorang wanita dengan raut lelah di taman vila sebelah. Wanita itu mencengkeram pakaian seorang pria di depannya sambil berujar dengan nada getir.
"Andre, selama sepuluh tahun ini aku mencintaimu dengan tulus dan bahkan melahirkan beberapa anakmu!"
"Waktu kita menikah, kamu bilang hanya akan mencintaiku seorang selamanya."
"Ini baru berjalan berapa tahun, tapi sudah berani-beraninya kamu selingkuh!"
Hari memang masih pagi, tetapi sudah ada banyak orang yang bangun dan berjalan-jalan di sekitar danau. Kebetulan sekali mereka mendengar teriakan selantang itu.
Karena orang yang berkerumun makin banyak, ekspresi pria yang bernama Andre dan merupakan sosok terkenal itu pun langsung berubah. Dia segera menarik istrinya ke arah vila.
"Ngapain kamu ribut-ribut sih! Sudah berulang kali kubilang, nggak ada satu orang pria pun di dunia ini yang nggak pernah selingkuh!"
Fara sedang sibuk melamun saat sebuah tangan yang hangat tiba-tiba menutupi telinganya dari belakang dengan lembut.
"Fara, nggak usah dengarkan ucapan bejat seperti itu."
"Menurutmu, perasaan kaum pria pasti berubah atau nggak?" bisik Fara tanpa menoleh ke belakang.
Tubuh Kris sontak menegang. Dia pun memutar tubuh Fara agar berhadapan dengannya, lalu berujar dengan sorot tatapan yang sangat serius, "Aku nggak tahu kalau orang lain, tapi perasaanku nggak akan berubah. Hanya kamu yang kucintai seumur hidupku, Fara."
"Kamu hanya mencintaiku seumur hidupmu? Tapi, seumur hidup itu panjang."
Kris balas memeluk Fara dengan lembut, napas hangat pria itu berembus mengenai daun telinga Fara. "Justru karena seumur hidup itu panjang, makanya yang kuinginkan hanyalah kamu."
Fara akhirnya tertawa dengan sedikit kesan getir. "Terus, seandainya kamu mengkhianatiku?"
"Kalau aku mengkhianatimu, aku akan mati mengenaskan karena tersambar petir."
Ucapan Kris itu justru membuat perasaan Fara begitu hancur, terlebih karena dia sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Kris, kok kamu berani sekali bersumpah begitu? Kamu nggak takut sumpahmu itu akan jadi kenyataan?"
"Nggak," jawab Kris sambil tertawa kecil. "Akulah yang paling tahu betapa besar rasa cintaku untukmu. Kalau kamu nggak percaya, aku rela membelah hatiku biar kamu bisa lihat isinya. Kalau kamu tetap nggak percaya, aku rela memberikan seluruh hidupku untukmu."
Kris rela memberikan seluruh hidupnya untuk Fara?
Lantas, kenapa Kris tidak bisa mengendalikan bagian bawah tubuhnya?
Padahal bekas kemesraan dengan wanita lain masih tercium jelas dari tubuh Kris, tetapi pria itu tetap mengutarakan kata-kata cinta yang paling manis pada Fara.
"Kak Fara, Kak Kris, kalian lagi apa?"
Tiba-tiba, terdengarlah suara yang memecah keheningan dari arah pintu.
Fara dan Kris refleks menoleh. Tampaklah Aleya sedang bersandar di pintu, tubuhnya dibalut gaun merah tak bertali.
Fara bisa dengan jelas merasakan tubuh Kris yang sontak agak menegang. Kris pun mengernyit sambil bertanya, "Ini 'kan akhir pekan? Kamu mau ke mana pakai pakaian begitu?"
Nada bicara Kris tidak terkesan seperti seorang kakak yang khawatir terhadap adiknya, melainkan seperti seorang suami yang merasa cemburu pada istrinya yang hendak keluar rumah dengan penampilan yang begitu memesona.
Aleya juga bisa mendengar kesan cemburu dalam nada bicara Kris. Dia pun tersenyum malu-malu. "Perusahaanku mengadakan pesta sosial, jadi aku mau cari pacar di sana. Aku nggak akan pulang malam ini."
Ekspresi Kris pun sontak berubah, membuat senyuman Aleya makin lebar. "Oh ya, Kak Fara, apa kalian hari ini ada acara?"
Kris langsung tersadar dan menggenggam tangan Fara sambil menjawab, "Aku dan kakak iparmu akan pulang ke rumah lama hari ini."
Aleya pun balas tersenyum dan menitip salam, lalu berbalik badan dan berjalan pergi.
Setengah jam kemudian, Kris dan Fara naik mobil menuju rumah lama.
Kedua orang tua Kris tidak begitu menyukai Fara. Mereka menganggap Fara membuat putra mereka menjadi begitu buta, bahkan nyaris kehilangan nyawanya sendiri hanya demi rasa cintanya pada Fara. Selain itu, Fara dan Kris juga tidak kunjung dikaruniai anak walaupun sudah lama menikah. Itu sebabnya mereka selalu memperlakukan Fara dengan dingin setiap kali bertemu.
Kris yang merasa kasihan pada Fara pun berusaha sebisa mungkin mengurangi kontak dengan kedua orang tuanya. Akan tetapi, kali ini rumah lama mengabarkan bahwa kondisi kesehatan ibunya, Raya Jimar, sedang memburuk. Kris pun terpaksa mengajak Fara pulang ke rumah lama untuk menjenguk ibunya.
Begitu mereka berdua memasuki pintu, kedua orang tua Kris yang awalnya sedang mengobrol sambil tertawa langsung berubah menjadi dingin.
Begitu melihat cara kedua orang tuanya memperlakukan Fara, Kris pun langsung menegur mereka dengan marah, "Kalau kalian terus begini, aku dan Fara nggak akan pernah pulang lagi."
"Kurang ajar! Bilang apa kamu barusan!" bentak Danar Husan, ayahnya Kris, sambil menggebrak meja dengan marah. "Beraninya kamu meninggalkan orang tuamu demi seorang wanita!"
"Sudah kubilang Fara adalah cinta sejatiku," bantah Kris dengan keras kepala sambil menggenggam tangan Fara. "Aku saja nggak berani bicara dengan suara kencang karena nggak mau menakuti Fara, tapi kalian malah memperlakukannya seperti ini? Apa kalian sedang berusaha mematahkan hati anak kalian sendiri?"
"Kalau sampai kalian bersikap seperti ini lagi, ke depannya aku anggap nggak punya keluarga lagi!"