Bab 1
"Halo, saya mau urus imigrasi!"
Fara Jilon berdiri di depan jendela sambil menyerahkan semua dokumen persyaratan yang sudah dia siapkan kepada seorang petugas di balik jendela.
Tidak lama kemudian, si petugas pun mencap dokumen itu, lalu mengambil dan menyerahkan selembar dokumen lain kepada Fara.
"Bu, prosesnya berlangsung kurang lebih 15 hari. Mohon ditunggu."
Fara mengangguk mengerti, lalu berbalik badan dan berjalan keluar. Akan tetapi, dia mendadak mendengar para pegawai di belakangnya sibuk bergosip sambil berbisik.
"Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Bu Fara mengurus imigrasi? Apa dia lagi bertengkar dengan Pak Kris?"
"Kalaupun ya, harusnya masalahnya nggak parah, 'kan? Pak Kris 'kan dikenal sebagai suami yang cinta mati dengan istrinya. Kenapa Bu Fara begitu keras kepala mau berpisah?"
"Ya, ya. Lima tahun lalu, Pak Kris mengadakan pesta pernikahan paling mewah dalam abad ini demi Bu Fara. Orang-orang yang nggak mengikuti berita terkini di sosial media sepertiku saja tahu soal itu. Terus, tiga tahun lalu Bu Fara mengalami kecelakaan mobil dan butuh donor darah. Pak Kris nggak memedulikan semua halangan dan rela mendonorkan sebagian besar darahnya sendiri hingga nyawa Bu Fara akhirnya berhasil diselamatkan. Lalu, tahun lalu Pak Kris juga mengerahkan semua media untuk mencari Bu Fara ke penjuru dunia, padahal Bu Fara baru menghilang selama satu jam. Sekarang Pak Kris pasti sudah seperti orang gila karena Bu Fara pergi begitu saja tanpa memberitahunya ...."
Fara mengatupkan bibirnya mendengarkan pembicaraan orang-orang itu, tetapi sorot tatapannya yang mengejek dirinya sendiri tampak makin kentara.
Ya, semua orang tahu betapa Kris mencintainya.
Bagi masyarakat umum, CEO Grup Husan, Kris Husan, adalah pebisnis yang tegas dan kejam. Secara kehidupan pribadi, dia dikenal dingin dan acuh tak acuh. Bahkan para wanita harus menjaga jarak sejauh tiga meter darinya karena Kris tidak suka dekat-dekat dengan kaum hawa.
Hingga dia bertemu dengan Fara di sebuah pesta koktail.
Kris langsung jatuh cinta dengan Fara pada pandangan pertama dan mengejar Fara dengan segala cara. Kris menghadiahi Fara dengan rumah mewah, mobil mewah dan perhiasan. Kris juga menyalakan kembang api selama tiga hari tiga malam untuk menyatakan cintanya pada Fara, bahkan rela menyetir menembus hujan badai melewati tiga kota hanya karena Fara ingin memakan kue yang sudah lama tidak diproduksi. Walaupun harus basah kuyup, Kris tetap memberikan kue yang masih hangat karena baru selesai dipanggang itu kepada Fara.
Namun, Fara baru akhirnya memutuskan untuk menerima perasaan Kris saat orang tuanya meninggal karena kecelakaan mobil.
Kris yang sedang berada jauh di Kota Biran rela melepaskan kerja sama senilai ratusan triliun demi bergegas kembali menemui Fara.
Kris berlari menghampiri Fara dalam kondisi yang acak-acakkan dan mata yang memerah, tetap pria itu tetap memeluk Fara dengan penuh sayang.
"Nggak apa-apa, Fara, kamu masih punya aku. Aku akan selalu menemanimu."
Sorot tatapan penuh sayang di mata Kris membuat jantung Fara seolah berhenti berdetak selama sepersekian detik.
Inilah pria yang dia cari.
Itulah yang Fara katakan di dalam hati.
Sayangnya, pria yang begitu mencintainya itu ternyata tetap tidak kuasa menahan hawa nafsu saat tiga bulan yang lalu bertemu dengan adik perempuan dari sahabatnya yang menumpang di rumah mereka.
Jejak perselingkuhan mereka membekas di penjuru vila, baik itu di sofa, di dapur, bahkan di tempat tidur.
Kris pikir berhasil menyembunyikan aibnya dengan sangat baik, tetapi dia lupa bahwa tidak ada kebohongan yang bisa bertahan selamanya.
Fara merasa begitu sakit hati, putus asa dan tidak percaya saat mengetahui apa yang terjadi. Pada akhirnya, dia memercayai perselingkuhan itu dengan perasaan yang hancur dan memutuskan untuk angkat kaki.
Tiga generasi berturut-turut Keluarga Husan adalah anggota militer, jadi tidak ada satu orang pun anggota keluarga mereka yang bisa pergi ke luar negeri.
Termasuk Kris.
Asalkan Fara ke luar negeri, Kris tidak akan pernah bisa menemukannya!
Fara menyimpan dokumen imigrasi yang baru saja dia dapatkan, lalu memesan taksi menuju Vila Omanik.
Begitu memasuki vila Keluarga Husan, Fara bisa langsung mencium aroma bunga Photinia.
Dua orang yang sedang menggantungkan dekorasi di dinding pun refleks menoleh ke arah Fara begitu mendengar suara.
Kris sontak tertegun, tetapi detik berikutnya tatapannya langsung melembut. Dia berjalan menghampiri Fara, lalu menggenggam tangan istrinya.
"Sayang, kok bajumu setipis ini? Kamu kedinginan nggak? Tadi bukannya kamu bilang mau ke pesta dengan sahabatmu? Kok pulangnya cepat sekali? Aku belum selesai menyiapkan kejutanku untukmu."
Kejutan?
Fara refleks menengadah menatap Kris, tetapi tatapannya refleks berhenti di leher suaminya.
Karena ada sebuah bekas ciuman yang besar di sana.
Bulu mata Fara sontak bergetar sedikit, tetapi dia berusaha sekuat tenaga untuk menahan rasa pedih dalam hatinya.
Karena Fara tidak memberikan respons apa pun, Aleya Bima pun berjalan mendekat sambil tersenyum dengan manis.
"Kak Fara, Kak Kris benar-benar mencintai Kak Fara. Dia bahkan mengadakan pesta mewah untuk merayakan hari jadi pernikahan kalian ...."
Aleya sengaja berhenti bicara sebentar, lalu menunjuk setumpuk hadiah yang mengintip dari balik sofa di dekatnya.
"Tuh, lihat. Semua itu hadiah yang Kak Kris siapkan untuk Kak Fara."
Fara mengikuti arah yang ditunjuk oleh Aleya, tetapi hal pertama yang dia lihat adalah genangan air di bawah tumpukan hadiah.
Fara sontak merasa seperti tersambar petir di siang bolong. Aroma yang tadi dia cium begitu memasuki rumah dan bekas yang terlihat sekarang langsung membuktikan dugaannya.
Mencintainya?
Maksudnya Kris mencintainya itu menyiapkan hadiah untuknya sambil bermesraan dengan Aleya di atas sofa sampai-sampai sofa itu basah karena saking panasnya sesi mereka?
Rasa sakit yang begitu tajam menusuk menyerang batin Fara.
Kris sendiri tidak menyadari ada yang aneh dari respons Fara. Dia justru mengaitkan kalung yang sudah dia siapkan di leher Fara sambil berkata dengan nada yang begitu lembut dan mendayu, "Sayang, selamat hari jadi pernikahan. Aku juga sudah menyiapkan makan malam romantis dengan lilin buatmu."
"Aku nggak mau makan," tolak Fara sambil menggelengkan kepalanya dengan gemetar. "Aku ... aku nggak enak badan."
Sekarang, Fara merasa tersiksa dengan setiap detik yang dia habiskan bersama Kris.
Dari awal, Fara sudah mengatakan bahwa dia tidak terima dikhianati dan diduakan.
Seharusnya Kris jangan pernah mencoba memprovokasi Fara. Sekalipun Kris sudah mencobanya, kenapa harus Kris teruskan dengan mengkhianatinya habis-habisan?
Begitu mendengar Fara sedang tidak enak badan, Kris sontak merasa seperti sedang berhadapan dengan lawan yang sulit.
Pertama, Kris langsung memanggil beberapa dokter pribadi untuk memeriksa kondisi Fara. Setelah diperiksa, para dokter mengatakan Fara baik-baik saja. Namun, Kris yang masih merasa khawatir pun menyuruh asistennya untuk membelikan banyak suplemen penambah darah. Kris juga membuatkan Fara segelas susu dan menidurkan istrinya.
Fara berguling ke sana dan kemari di atas kasur selama empat lima jam, lalu akhirnya tertidur.
Larut malam, Fara tiba-tiba terbangun karena haus. Dia pun keluar kamar hendak mengambil air.
Namun, langkahnya sontak berhenti begitu membuka pintu.
Cahaya bulan menyeruak dari balik jendela dan menerangi kamar sebelah yang pintunya terbuka. Berkat cahaya bulan, sosok dua orang yang ada di atas tempat tidur dalam kondisi telanjang pun terpampang dengan jelas.
"Kalung yang hari ini harganya ratusan miliar. Aku sudah lama mendesakmu, tapi kamu nggak memberikannya padaku. Sedangkan Kak Fara nggak ngapa-ngapain, tapi kamu memberikannya semua barang yang bagus."
Kaki Aleya masih melingkar di pinggang Kris setelah sesi panas mereka, sementara nada bicaranya terdengar sangat getir.
Kris pun mengernyit, lalu dia menarik dirinya menjauh dan duduk di pinggir kasur. Setelah itu, dia menyalakan sebatang rokok.
"Kamu nggak sadar kamu ini siapa? Sudah kubilang aku hanya mencintai Fara seorang."
"Kalau kamu tetap mau berhubungan seperti ini denganku, satu-satunya cara adalah dengan diam-diam. Kalau sampai Fara tahu, kamu tahu sendiri akibatnya."
Wajah Aleya sontak memucat. Tubuhnya yang tidak tertutupi sehelai pakaian pun merangkak mendekat, lalu memeluk Kris dari belakang sambil berujar dengan nada sedih, "Aku tahu kamu mencintai Kak Fara, tapi aku 'kan juga mencintaimu. Masa aku nggak boleh cemburu?"
Kris tidak memberikan tanggapan apa pun. Dia membungkuk, lalu mengeluarkan sebuah kalung dari dalam laci. Model kalung itu sama persis dengan kalung Fara, hanya warnanya saja yang berbeda.
"Kalau gitu, jangan bersikap menyebalkan. Aku juga ada beli buatmu, tapi kamu harus pakai diam-diam. Kalau sampai Fara tahu, hubungan kita selesai."
Wajah Aleya sontak berseri bahagia. Dia segera mengambil kalung itu dan melingkarkannya di lehernya yang penuh dengan bekas ciuman.
"Terima kasih, Kak Kris! Sudah kuduga aku juga punya posisi di hatimu! Tapi, apa kamu setakut itu kalau Kak Fara pergi?"
"Ya," jawab Kris tanpa ragu. "Aku nggak bisa hidup tanpa Fara. Aku bisa gila kalau dia pergi."
Setelah berkata seperti itu, Kris kembali menindih Aleya dan memulai ronde baru.
Kasur yang mereka tiduri sampai berderit karena gerakan bergairah mereka. Erangan dan desahan Aleya juga terus terdengar di telinga Fara. Dia hanya bisa berdiri jauh sambil menangis tersedu-sedu.
Fara pun menatap wajah Kris di foto pernikahan mereka yang tergantung di dinding dengan mata yang basah.
Kris, kamu akan jadi orang gila dalam 15 hari lagi.