Bab 6
"Oke, aku mau lihat apa keluarga Dawson bakal datang minta bantuan ke keluarga Howard karena 'mati kelaparan' atau nggak."
Edbert mengeluarkan ponselnya dan memberikan perintah kepada asistennya, "Akuisisi keluarga Dawson."
"Keluarga Dawson yang mana, Pak Edbert?"
"Keluarga mertuaku." Edbert mengatakan ini sambil menatap Everly.
Pada malam pertamanya, Everly merasa sangat marah sampai ingin memukul Edbert.
Dia marah sampai napasnya terengah-engah dan tidak menahan emosinya lagi. "Edbert, kamu tuh bukan apa-apa! Cuma raja bisnis serampangan!"
"Kamu ... "
Dia tidak menyangka kalau wanita ini akan langsung bicara kasar.
Everly yang masih mengenakan gaun pesta malam keluar dari kamar pengantin. Dia langsung menarik seorang pembantu yang kebetulan lewat. "Pak Gerald ada di mana?"
Gerakannya membuat pembantu terkejut. "Mung ... mungkin di kamar tidur."
Dia bertanya lagi, "Kamar Pak Gerald di mana?"
Pembantu menunjuk ke suatu arah.
Pada saat itu, seorang wanita berusia paruh baya keluar dari sudut koridor. Dari usia dan pakaiannya, Everly tahu kalau wanita ini adalah kakak ipar Edbert, istri Wali Kota William, Adelle Whitten.
Adelle berkata kepada pembantu, "Pergilah dulu."
Pembantu membungkuk dan pergi.
Everly menatap Adelle, tetapi dia merasa enggan memanggilnya "Kak Adelle".
Wanita ini tiga tahun lebih tua dari ibunya.
Adelle mendekati Everly, memandanginya dari atas ke bawah. "Kenapa kamu mencari ayah?"
"Dia nggak menepati apa yang dia janjikan padaku."
Adelle melihat Edbert yang baru saja keluar, lalu menatap Edbert dan Everly bergantian. "Malam pertama bukannya di kamar malah keluar? Takut orang lain nggak mengenali kalian, ya?"
Adelle mengkritik Everly dan Edbert dengan serius.
Edbert menjawab, "Ini bukan urusanmu, Kak!"
Setelah dikritik oleh Edbert, wajah Adelle menjadi muram dan dia pergi dengan marah.
Everly mengikuti arah yang ditunjukkan oleh pembantu tadi.
Dia melihat kepala pelayan di depan pintu kamar Gerald, sementara kepala pelayan juga melihat Everly dan Edbert. "Pak Edbert, Bu Everly, bukannya seharusnya kalian ada di kamar pengantin? Kenapa malah ke sini?"
Everly berkata, "Aku ingin bertemu dengan Pak Gerald. Dia nggak menepati janjinya."
"Pak Gerald sudah tidur, lebih baik bicaranya besok saja."
Kemudian terdengar suara dari dalam ruangan. "Kepala Pelayan, suruh mereka pergi ke ruang kerja dulu."
Lima menit kemudian, Gerald muncul di ruang kerjanya dengan mengenakan mantel, sementara pasangan pengantin sudah duduk di sofa.
Everly duduk dengan marah, sementara Edbert memperhatikan istrinya dengan mata menyipit. Dia tidak tahu kenapa reaksi pertama Everly setelah mengetahui kalau dia akan mengakuisisi keluarga Dawson adalah mencari ayahnya.
"Kenapa mencariku?"
Everly berdiri dan berjalan ke depan Gerald. "Pak Gerald sudah janji padaku kalau keluarga Howard nggak akan menyerang keluarga Dawson."
Gerald melirik pria yang duduk tenang di sofa. Dia mengerti karakter putra keduanya dan sudah tahu apa yang dilakukan putranya itu.
"Kamu keluar dulu, aku mau bicara sama Edbert."
Everly yang sudah terlanjur emosi malah disuruh keluar sebelum sempat mengatakan hal lainnya.
Meski dia bukan orang yang suka merepotkan, tetapi ini menyangkut keluarganya. Dia tidak mau melakukan pengorbanan yang sia-sia.
Setelah menjadi menantu keluarga Howard, perusahaan keluarganya malah diakuisisi.
Kalau tidak menjadi menantu keluarga Howard, perusahaan keluarganya akan bangkrut.
"Pak Gerald, kalau Anda nggak bisa menepati janji Anda, aku juga nggak akan menepati janjiku."
"Keluar!" Gerald marah.
Everly mengepalkan tangannya, lalu berbalik keluar.
Di dalam ruang kerja, Gerald berkata kepada putra keduanya, "Batalkan perintahmu, jangan usik keluarga Dawson."
"Pak Tua, sebenarnya dia memanfaatkan kelemahanmu yang mana?" tanya Edbert
Gerald menjawab, "Edbert, jangan sampai aku mengatakannya lagi. Kalau kamu menyerang keluarga Dawson lagi, aku akan bertindak tanpa segan."
Jarang sekali ayahnya seserius ini. Ini membuat Edbert makin penasaran. "Aku jadi makin penasaran, apa rahasia di antara kalian?"