Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 5

Telinga Edbert tanpa sadar bergerak sedikit, kemudian dia mengangguk dan menatap ke arah pastor! Pastor menangkap tatapan Edbert dan segera tersenyum sambil bertanya lagi, "Mempelai wanita, apa kamu bersedia untuk mengambil pria ini ... sampai akhir hayat?" "Aku bersedia!" kata Everly sambil menganggukkan kepala seperti bawang putih dan menjawab dengan keras. Begitu Everly menjawab, hati Gerald dan orang tua Everly yang tadinya tegang langsung menjadi lega. Pastor bertanya lagi kepada pengantin pria, "Mempelai pria, apa kamu bersedia ... sampai akhir hayat?" "Aku bersedia." Suara Edbert terdengar sangat tegas di telinga Everly. Everly langsung menatap kembali pria di sampingnya. Mau itu pernikahan bisnis atau tidak, mulai sekarang pria ini adalah suaminya! "Saya persilakan kedua mempelai untuk saling bertukar cincin." Para tamu memberikan tepuk tangan yang meriah. Saat mendengar suara tepuk tangan, Everly bertanya duluan kepada Edbert untuk mengurangi kecanggungan, "Apa bertukar cincin harus diiringi tepuk tangan?" Edbert tidak menjawabnya, langsung menarik tangan Everly dengan kasar dan memasukkan cincin ke jari manis kiri Everly. Kesan Everly terhadap pria ini langsung menjadi buruk. Dasar pria kasar! Saat gilirannya untuk memasangkan cincin, Everly sengaja memasukkan cincin itu dengan kasar ke jari manis tangan kiri Edbert. Rasa sakit itu membuat Edbert melirik sekilas istrinya yang pendendam. Ya, istrinya ini sangat muda dan pendendam. Saat Everly berencana untuk mengomeli Edbert, tiba-tiba mata mereka bertemu kembali. Tatapan Edbert yang misterius membuat Everly merasa gelisah. Dia salah mengira kalau pria yang pendendam ini marah karena dia terlalu keras saat menyematkan cincin untuknya. Pria ini ternyata suka menyimpan dendam. Ya, dia pria yang suka menyimpan dendam! Pesta pernikahan mereka pun selesai. Malam itu, Everly langsung mengikuti anggota keluarga Howard ke rumah lama keluarga Howard. Begitu Everly memikirkan malam pertama, dia langsung panik, memejamkan matanya, dan menggigit bibirnya karena tegang. "Apa yang harus aku lakukan malam ini?" Pintu kamar pengantin terbuka. Everly membuka matanya dengan tegang dan segera berdiri dari ujung tempat tidur. Melihat pria yang masuk, dia langsung menelan ludah dengan gugup. Begitu membayangkan dirinya harus tidur di ranjang yang sama dengan pria ini, bulu kuduknya langsung merinding. Edbert berjalan masuk menuju ke arah Everly. Everly yang ketakutan mundur beberapa langkah. "Itu, gimana kalau kita kenalan dulu? Aku Everly, umurku 20 tahun. Setelah liburan musim panas, aku akan jadi mahasiswa semester kedua, aku, aku ... " "Kamu pakai cara apa untuk meyakinkannya?" Edbert menatap gadis di depannya dengan kesal. Dia segera menyetujui pernikahan ini tanpa berpikir panjang karena membutuhkan informasi penting dari ayahnya. Namun, banyak orang yang ingin menjadi menantu keluarga Howard. Bagaimana gadis biasa di depannya ini berhasil meyakinkan ayahnya yang keras kepala itu? Everly tertegun. "Kamu ngomong apa, sih? Aku nggak mengerti maksudmu." Edbert berkata seolah untuk dirinya sendiri, "Jangan serakah sama sesuatu yang bukan milikmu, Everly. Jangan kira setelah menjadi menantu keluarga Howard, hidupmu bakal aman dan nyaman. Justru sebaliknya." Kali ini Everly mengerti. Pria ini curiga kalau dia menggunakan tipu muslihat untuk meyakinkan Gerald agar bisa menikahinya. Demi menghilangkan kesalahpahaman di antara mereka berdua, Everly menjelaskan, "Edbert, kamu juga dipaksa, ya? Sebenarnya, aku juga dipaksa." Edbert tersenyum sinis. "Hari ini, keluarga Dawson menerima senggaknya 15 proyek, tapi kamu bilang kamu dipaksa?" Nada bicaranya langsung membuat Everly marah. Dia menjelaskan dengan niat baik, tetapi pria ini tidak percaya padanya. "Edbert, kamu mengejek ayahku menjual putrinya demi kehormatan? Asal kamu tahu, kalau bukan karena ayahmu memaksaku, ayahku nggak bakal mau nikahin aku sama kamu meski dia harus mati kelaparan!"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.