Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 12

Muncul seorang anak laki-laki yang hanya setinggi lutut Isabel. Anak laki-laki itu mengenakan setelan jas berwarna hitam, rambutnya disisir rapi. Wajahnya seputih boneka dan tampak begitu menggemaskan. Kelvin! Itu putranya! Selama tiga tahun ini, Isabel terus merindukan putranya yang terpisah darinya. Dia hanya bisa membaca kabar putranya melalui berita! Apa ini yang namanya berkat terselubung? Cedric dan Kalia juga merasa kaget. Sejak Kelvin lahir, tidak ada yang pernah mendengarnya bicara. Semua orang mengira anak itu memang terlahir bisu. Informasi itu akhirnya disembunyikan dari dunia luar mengingat status Kelvin. Sekarang, Kelvin malah bicara! Ternyata dia tidak bisu! Sorot tatapan Cedric terlihat gembira. Kalia ikut berlari mendekat dengan gembira. "Kelvin, ayo ikut Paman Kalia ke ruang perawatan buat diperiksa!" Akan tetapi, Kelvin meronta dan menggelengkan kepalanya. Tangannya yang mungil memeluk Isabel, kepalanya tertengadah dan menatap Isabel dengan penuh kerinduan. Isabel merasa tersentuh dengan sikap putranya yang begitu menggemaskan. Dia pun berjongkok dengan penuh semangat, lalu memegangi wajah Kelvin dan memandangi setiap jengkalnya dengan cermat. Benar, ini putranya. Bayi yang dia lahirkan dan masih sebesar anak kucing sewaktu Isabel harus meninggalkannya itu sekarang sudah sebesar ini. Mata Isabel pun tampak berkaca-kaca, dia bertanya dengan nada gembira, "Kelvin, kamu imut dan menggemaskan sekali. Kelvin suka pada Bibi?" Kelvin mengangguk tanpa ragu. Diabaikan oleh putranya membuat ekspresi Cedric berubah menjadi dingin. Dasar bocah nakal. Apa dia lupa siapa orang tuanya? Cedric tidak ingin putranya terlibat dengan Isabel yang nakal itu, jadi dia berkata, "Sini, Kelvin. Dia bukan ibumu, jadi dia nggak bisa tetap di sini." Namun, Kelvin hanya berdiri diam. "Ayo, sini," ulang Cedric lagi. "Jangan sampai Ayah mengulangi ucapan Ayah untuk ketiga kalinya." Ucapan kedua ini sudah menunjukkan dominasi Cedric atas putranya. Nada bicaranya terdengar memerintah. Kelvin pun akhirnya berjalan menghampiri ayahnya dengan ekspresi tertekan dan murung. Cedric pikir putranya akan menurut, tetapi Kelvin tiba-tiba memeluk kakinya dan menggigitnya. "Ergh ...." Cedric sontak mengerang kesakitan. "Kak Cedric!" "Kelvin!" Kalia dan Isabel pun bergegas menghampiri untuk melerai. Namun, Kelvin memeluk kaki ayahnya dengan seerat mungkin. Dia menggigit Cedric makin kuat hingga darah akhirnya mengalir dari sudut bibir Kelvin. Seolah-olah lepas kendali! Suasana pun menjadi kacau. Cedric mengernyit menahan sakit, auranya terasa begitu mencekam! Kondisi mental anaknya memang sudah terganggu sejak kecil. Kelvin pasti akan mengamuk jika ada yang membuatnya tidak senang. Tidak ada yang bisa meredakan emosinya. Dokter pernah menyarankan untuk selalu membuat Kelvin bahagia. Itu sebabnya Cedric selalu berusaha memenuhi keinginan Kelvin asalkan itu bukanlah sesuatu yang berlebihan. Sudah setengah tahun berlalu semenjak terakhir kali Kelvin tantrum. Cedric tidak menyangka putranya akan berulah lagi sekarang gara-gara Isabel .... "Kak Cedric, cepat setujui saja permintaannya!" desak Kalia, dia tahu betul konsekuensi apa yang bisa terjadi. Cedric pun mengernyit menatap Isabel, lalu menatap putranya yang sedang tantrum dan akhirnya berujar. "Ayah izinkan dia tetap di sini." Kelvin pun mengurangi kekuatan gigitannya, tetapi belum benar-benar melepaskan kaki Cedric. Cedric menatap Isabel dengan tajam sambil memerintahkan, "Cepat beri tahu dia kalau kamu akan tetap di sini." Hah? Yang benar saja! Kalia segera menjelaskan kepada Isabel, "Kelvin sudah mengidap autisme sejak kecil. Dia akan mengamuk saat mendapatkan stimulasi dan sekarang masih dalam tahap pengobatan. Kalau nggak segera ditenangkan, efek pengobatan sebelumnya akan hilang dan autismenya akan memburuk." Apa! Kelvin ternyata mengidap autisme? Isabel benar-benar tidak percaya, tetapi dia juga tidak berani mengulur-ulur waktu dengan kondisi mental Kelvin yang tidak stabil. "Sudah, sudah Kelvin, jangan gigit lagi. Bibi akan tetap di sini." Kelvin akhirnya melepaskan Cedric. Cedric pun meminta Isabel untuk menunggu dengan nada dingin, lalu menggendong Kelvin kembali ke kamar. Kalia juga bergegas mengikuti mereka setelah mengambil peralatannya. Isabel hanya berdiri diam, dia masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa putranya mengidap autisme. Ya ampun, lelucon macam apa ini?

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.