Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 13

Satu jam kemudian, Cedric turun dari lantai atas. Jasnya tampak agak berantakan, itu pasti karena dia habis mengurus Kelvin. Meskipun begitu, ketampanan dan gayanya yang bermartabat tetap terlihat jelas. Cedric pun berkata dengan nada dingin, "Datanglah ke sini setiap hari untuk mengurus Kelvin." Isabel tahu bahwa keinginan seorang anak autis harus selalu dituruti. Dia adalah ibu Kelvin, tetapi belum pernah menunaikan kewajibannya sebagai ibu bagi putranya itu. Tentu saja dia tidak bisa mundur sekarang. "Oke," jawab Isabel dengan mantap. Sudah, itu saja? Isabel tidak bertanya tentang gaji? Ternyata memang wanita satu ini menyimpan maksud tertentu. Ekspresi Cedric menjadi dingin, tetapi dia tidak punya pilihan lain karena saat ini Kelvin membutuhkan Isabel. "Jangan main setuju begitu, aku punya syarat," kata Cedric. "Pertama, aku memintamu di sini semata-mata demi Kelvin. Kamu harus tahu diri dan menjelaskannya ke orang-orang supaya nggak ada yang salah paham." Maksud Cedric adalah kesalahpahaman tadi malam dan hari ini. Namun, kenapa Cedric malah menyalahkan Isabel? Jelas-jelas itu karena mereka yang buta dan tidak memberikan Isabel kesempatan untuk menjelaskan. "Kedua, begitu kondisi Kelvin membaik, kamu harus secepatnya pergi. Kalau kamu sampai berani berniat macam-macam atau memanfaatkan anakku, akan kubuat setiap menit hidupmu jadi menderita." Isabel sontak tertegun. Ya ampun, Cedric pikir dia punya niat terselubung dan berniat macam-macam terhadapnya? Astaga, sepertinya Isabel harus segera mengajari Cedric bagaimana caranya bersikap selayaknya manusia! Kenapa pria satu ini begitu sombong dan merasa benar sendiri! "Lalu, ketiga, dan ini yang paling penting." Tubuh Cedric yang hampir setinggi 1,9 meter itu tampak begitu mendominasi. Dia berjalan menghampiri Isabel, lalu akhirnya menyerahkan sebuah kartu hitam dengan anggun. "Mulai sekarang, kamu adalah asisten pribadi yang bertanggung jawab menjaga Kelvin, jadi aku nggak mau kamu sampai bersenang-senang dengan laki-laki di luar sana. Aku nggak mau tingkah burukmu mempengaruhi Kelvin. Kalau kamu memang butuh, pakai saja uang di dalam kartu ini." Suara Cedric yang dingin itu terdengar memerintah. Kartu hitam ini melambangkan status orang paling kaya. Isabel kembali tercengang. Ya ampun, bisa-bisanya Cedric menilainya sebagai wanita yang gila pria dan bertingkah buruk? Justru pria seperti Cedric yang tukang main wanita! Namun, Isabel juga tidak akan menolak pemberian Cedric. Dia bisa menggunakan uang ini untuk membesarkan Eleya. Isabel pun mengambil kartu itu sambil berkata, "Tenang saja, nggak akan ada kesalahpahaman apa-apa asalkan kalian nggak buta. Aku juga nggak punya niat apa pun terhadapmu, aku di sini semata-mata karena Kelvin yang menggemaskan itu." "Kalaupun aku berniat macam-macam, tipe idealku itu pria yang lembut, penuh perhatian, sopan dan tampan. Bukannya pria umur 30-an yang sudah menikah dan nggak tahu caranya berekspresi sepertimu! Bahkan anak orang kaya yang periang seperti temanmu tadi lebih menyenangkan daripada kamu." Bah! Pria yang sudah menikah! Pria yang tidak tahu caranya menunjukkan ekspresi! Baru pertama kali ini ada yang mendeskripsikan Cedric yang sempurna bak makhluk surgawi itu dengan kata-kata seperti ini! Eh, tunggu .... Apa maksud Isabel dengan "sepertinya"? Periang? Hei, jangan menghinanya, ya! Kalia yang berada di sudut ruangan jadi merasa tersinggung! Cedric juga tidak menyangka ucapan Isabel sepedas ini. Dia menyipitkan matanya, sorot tatapannya terasa tajam menusuk. "Yang penting kamu nggak ingkar janji. Kalau nggak ...." Cedric tidak perlu menyelesaikan ucapannya, makna bahwa konsekuensi yang buruk akan terjadi sudah terkatakan dengan jelas. Entah kematian atau justru hidup yang penuh penderitaan. Isabel juga tahu maksud Cedric dan dia sama sekali tidak takut. Dia 'kan memang tidak punya niat terselubung apa-apa. "Iya," jawab Isabel dengan mantap, lalu berbalik badan dan berjalan pergi dengan sombong. Setelah Isabel sudah tidak terlihat lagi, barulah Kalia memberanikan diri untuk bertanya. "Kak Cedric, dia itu siapa? Dari mana? Sepertinya dia memang bukan Kak Kate." Kalimat terakhirnya merupakan pernyataan. Dia tahu betul betapa Kate mencintai Cedric, jadi tidak mungkin Kate yang asli akan bersikap seperti ini! "Dia Isabel, adik kembar Kate," jawab Cedric dengan ekspresi dingin. "Wah! Kembar yang sama persis! Aku sampai nggak bisa membedakan mereka." "Terus, Kak Cedric, anehnya Kelvin dekat sekali dengannya dan bahkan mau bicara dengannya!" Tentu saja Cedric juga merasa kaget, tetapi dia bisa memakluminya. "Kate sibuk bekerja, sedangkan Kelvin rindu ibunya. Dia pasti salah mengira Isabel sebagai ibunya." Nada bicara Cedric dingin sekali. Dia memang beranggapan bahwa Isabel sengaja memanfaatkan kemiripan wajahnya dengan Kate untuk mendekatinya, baik tadi malam ataupun malam ini. Jika tidak, mana mungkin kebetulan seperti ini terus berulang? Kalia mengusap dagunya dan mengernyit. Apa benar seperti itu? Namun, sepertinya tidak ada alasan lain yang lebih masuk akal?

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.