Bab 8
Carina menghindar. Carina mengambil saputangan Marco dan menyeka wajahnya sendiri.
Tatapan mata Marco menjadi kelam. Marco melembutkan suaranya dan merayu Carina, "Baru beberapa hari pergi dariku, kamu sudah kacau begini. Berhentilah mengambek. Kamu adalah bunga yang tumbuh di dalam rumah kaca, mana bisa hidup dalam kesusahan? Pulanglah bersamaku. Kalau kamu memang mau kerja, aku bisa mengaturmu menjadi asistenku di perusahaan."
Carina tidak tergoyah. Carina berujar dengan tenang, "Dibanding dengan cokelat berbalut tahi, aku lebih memilih menerjang badai."
Dulu, Carina selalu berbicara dengan sangat sopan dan tidak akan menuturkan kata kasar. Sekarang, Carina benar-benar cuek dan tidak peduli soal citra diri.
Marco lebih jengkel lagi. "Kamu benar-benar ... nggak tahu diri."
Marco berbalik badan dan pergi. Sosok punggungnya menyiratkan amarah.
Carina tidak peduli apa yang Marco pikirkan. Carina berbalik dan hendak naik lift. Begitu berbalik, Carina melihat Henry yang bersembunyi dalam kegelapan.
Henry berjalan keluar sambil berkata dengan suara jernih, "Suamimu benar, kamu nggak akan sanggup bertahan dalam kesusahan. Kembalilah pada suamimu dan menjadi nyonya elite."
Carina mengernyit seraya bertanya dengan kesal, "Memangnya kamu sangat mengenalku?"
Henry menyeringai. "Di dunia ini, nggak ada yang lebih mengerti kamu dibanding aku."
Carina juga tersenyum dingin. "Kamu salah. Kamu nggak pernah mengerti aku. Kamu hanya merasa dirimu benar dan menutup diri. Kamu pikir kamu mengerti aku."
Henry menghampiri Carina dan mengangkat dagu Carina. Matanya hitam kelam. "Lidahmu tetap tajam seperti dulu."
"Bicara baik-baik. Jangan main tangan."
Carina menepis tangan Henry dengan ekspresi cuek.
Mata Henry menjadi suram ketika melihat tangannya ditepis, seakan-akan tidak senang.
Carina tidak memperhatikan itu. Carina langsung pergi.
Tepat saat itu, ponsel Carina yang ada di dalam tas bergetar. Begitu dilihat, panggilan telepon itu dari Lusi.
Carina buru-buru menjawab telepon. "Nona Carina, perusahaan memutuskan untuk memberimu kesempatan. Selamat, kamu diterima."
Kejutan itu terlalu mendadak sehingga Carina termangu selama dua detik. Lalu, Carina berseru dengan girang, "Serius? Oke, terima kasih. Aku bisa masuk kerja besok!"
Setelah mengakhiri panggilan telepon, kegirangan Carina makin melonjak. Carina tersenyum ria.
Pada saat yang sama, Carina bertanya-tanya dalam hati, mengapa Grup Angkasa tiba-tiba berubah pikiran? Mungkinkah benar bahwa Andrea membantunya? Apakah Andrea sebaik itu?
Apa pun yang terjadi, Carina sangat bergembira karena berhasil mendapat pekerjaan. Carina menoleh pada Henry dengan sombong dan mencibir.
"Aku sudah diterima di Grup Angkasa. Aku bukan wanita lemah. Lihat saja, karierku pasti akan sukses!"
Henry mengangkat alis tanpa berkomentar. Henry membuka payung hitam dan berjalan ke tengah hujan.
...
Carina akan masuk kerja mulai hari ini. Carina bangun pagi untuk bersiap-siap.
Sesampainya di divisi personalia Grup Angkasa, seorang staf membawa Carina menyelesaikan administrasi perekrutan. Lalu, staf itu membawa Carina ke divisi proyek dan menyerahkannya pada Lusi.
"Semuanya, ke sini sebentar. Ini rekan baru kalian, mari tepuk tangan."
Semua rekan kerja menghargai Carina dengan tepuk tangan yang meriah.
Carina tersenyum dan berkata dengan kalem, "Namaku Carina Jisla. Mohon bantuan kalian ke depannya."
Carina membagikan hadiah yang sudah dia siapkan kepada semua rekan kerja. Hadiah itu tidak mahal, tetapi sangat bermakna.
Semua rekan kerja pun memiliki kesan baik terhadap Carina.
Kemudian, Lusi, selaku atasan Carina, membawanya berkeliling di perusahaan.
Kebetulan, mereka bertemu dengan Andrea di lorong.
Andrea agak kaget melihat Carina. Bukankah Carina sudah ditolak?
Lusi memperkenalkan, "Ini Bu Andrea."
Carina tidak terkejut karena sudah melihat lencana kerja Andrea di hari itu. Carina menyapa dengan sopan, "Halo, Bu Andrea."
Andrea tersenyum. Dia berkata pada Lusi, "Aku ingin bicara sebentar dengan Carina."
Lusi mengangguk dan berjalan beberapa langkah ke depan.
"Grup Angkasa sudah menolakku sebelumnya, tapi tiba-tiba memberiku tawaran lagi. Aku agak bingung. Apa kamu membantuku?" tanya Carina.
Terbersit kepahaman dalam mata Andrea. Ternyata, benar bahwa ada yang membantu Carina secara diam-diam.
Siapa orang itu?
Mungkinkah Henry ....
Andrea berujar, "Bagaimanapun, kita satu kampus. Dengan hubungan ini, wajar kalau aku membantumu."
"Benarkah?"
Carina menatap Andrea yang cukup ramah dengan mata bersinar terang. Carina tidak sepenuhnya percaya. Carina selalu merasa itu mustahil.
Carina sangat mengenal Andrea. Jika tidak berubah sifat, mana mungkin Andrea sebaik itu?
Tidak masalah, ikuti saja alurnya. Carina datang untuk bekerja dan menghasilkan uang. Carina hanya perlu melakukan tugasnya, serta tidak membuat kesalahan. Tidak ada yang perlu ditakutkan.
"Bagaimanapun, kita adalah kenalan lama. Kamu bisa menanyaiku kalau ada kesulitan dalam bekerja." Andrea menghampiri Carina dan menepuk bahu Carina dengan penuh wibawa. "Mulai sekarang, aku panggil kamu Carina."
Carina tersenyum. "Terserah."
Terbersit kesombongan dalam mata Andrea. Memangnya bagaimana jika Carina dulunya adalah primadona dan mahasiswa berprestasi? Carina pun menjadi bawahannya sekarang dan akan selamanya berada di bawahnya.
Cih, dunia benar-benar berubah!
Di hari pertama masuk kerja, ketua regu yang bertugas untuk membimbing Carina menyuruh Carina untuk mempelajari alur kerja lebih dulu.
Carina pernah magang di beberapa perusahaan besar. Meskipun sudah tiga tahun, Carina masih mengingatnya dengan jelas.
Carina beradaptasi dengan sangat cepat. Carina berinisiatif membantu para rekan kerja sebisanya.
Lusi berdiri di depan pintu kantor dan menyaksikan semua perbuatan Carina. Lusi mengangguk dengan puas.
Lusi awalnya agak khawatir karena Carina telah menjadi ibu rumah tangga selama 3 tahun. Tak disangka, Carina mampu beradaptasi dengan baik.
Carina mulai bekerja hari ini dan tidak perlu lembur karena pekerjaannya santai. Ketika saatnya pulang kerja, Carina mengemas barang dan meninggalkan kantor.
Alih-alih pulang ke rumah, Carina naik kereta menuju rumah sakit pusat kota ....
Setiap Jumat, Carina dan Marco akan pergi bersama-sama ke rumah sakit untuk menjenguk Michael. Selain hari Jumat, Carina juga datang di waktu lain.
Akan tetapi, Carina tidak datang dalam beberapa waktu terakhir.
Melihat Carina sedang mengupas apel, Michael bertanya dengan prihatin, "Carina, apa kamu terlalu capek mengurus rumah tangga belakangan ini? Nggak perlu datang kalau terlalu capek. Ada perawat di sini, kalian nggak perlu khawatir denganku."
Carina berhenti mengupas apel. Sejak terjadi kendala dalam pernikahannya dengan Marco, Carina sibuk mencari pengacara demi gugatan perceraian. Carina juga sibuk mencari pekerjaan dan rumah. Memang sudah lama Carina tidak menengok Michael di rumah sakit.
Carina menyodorkan apel yang sudah dikupasnya kepada Michael. Carina meminta maaf dan menjelaskan, "Ayah, aku baru dapat pekerjaan akhir-akhir ini. Aku baru masuk kerja dan memang agak sibuk. Aku mungkin nggak bisa sering datang ke rumah sakit."
Carina tidak memberitahukan bahwa dia sudah pindah keluar dari vila karena tidak ingin membuat Michael marah.
Mendengar Carina sudah mendapat pekerjaan, Marco menoleh padanya dengan kaget dan agak jengkel. Akan tetapi, Marco tidak berkata apa-apa.
Sementara itu, Michael samar-samar merasakan ada yang tidak beres. Mengapa Carina tiba-tiba pergi bekerja?
Pasti terjadi masalah dalam pernikahan mereka. Mereka mungkin bertengkar.
Michael menatap Marco dengan ekspresi serius. "Apakah kamu merundung Carina?"