Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 2

Saat makan malam, sebagai keponakan ibu dari Steven, Rachel menikmati makanan yang menyenangkan bersama keluarga Steven. Hanya Steven seorang diri yang mengerutkan alisnya dan tidak nafsu makan. Clara baru saja pergi seperti itu bersama Rio tanpa membawa barang apa pun, termasuk uang 40 miliar dan vila. "Di mana Clara? Kenapa dia nggak turun untuk makan?" tanya Robert, kepala direktur Grup Octavian dengan heran. "Kami sudah bercerai. Surat cerainya sudah ditandatangi." Steven menjawab sambil memejamkan matanya, "Kami akan pergi untuk mengurus surat cerai di waktu yang sudah ditentukan." Robert terkesiap dan bertanya, "Cerai? Kenapa?!" "Duh, Kak Robert, aku 'kan sudah bilang padamu. Steven dan Clara memang nggak cocok. Kakek memaksa Steven dan Clara untuk menikah." Nyonya besar keluarga Octavian, Mellisa, menghela napas dan berkata, "Anak itu sudah menderita selama tiga tahun. Sekarang dia rela melepaskannya dan menyadari kalau perceraian ini membawa kebahagiaan bagi mereka berdua. Kamu 'kan tahu kalau selama ini Steven mencintai Rachel." "Steven, pernikahan bukanlah permainan, apalagi Clara itu ... " "Papa, kami sudah menandatangani surat cerai dan Clara sudah pergi dari sini tanpa membawa satu pun barang," kata Steven sambil mengerutkan keningnya karena frustasi. "Wah, anak kampungan itu berani juga, ya." Anak ketiganya, Lucy, mencibir dengan berkata, "Dia nggak mungkin pura-pura menderita, 'kan? Jangan-jangan nanti dia ngomong sembarangan kalau keluarga Octavian memperlakukan dia secara nggak adil." Ketika Steven mendengar perkataan itu, alisnya berkerut karena marah. "Steven, kali ini kamu bertindak terlalu gegabah. Kakek masih di rumah sakit. Bagaimana kamu akan menjelaskan hal ini padanya?" tanya Robert karena takut masalah ini akan membuat kakek itu marah dan merasa cemas. "Sejujurnya bulan depan aku akan mengumumkan pernikahanku secara terbuka dan menikahi Rachel secara resmi." Rachel menatap sisi tampan pria itu. Matanya yang manis hampir membuat Rachel terpesona. "Kamu sudah gila, ya! Biarlah pernikahan tiga tahun sebelumnya, tapi reputasimu bakal hancur kalau berita ini tersebar!" "Aku sudah nggak peduli dengan reputasi palsu ini. Clara bukanlah wanita yang aku inginkan," kata Steven dengan sikap tegasnya tanpa ada rasa penyesalan. "Om Robert, tolong jangan salahkan Kak Steven. Salahkan aku saja." Rachel bersandar di bahu lebar Steven dan berkata sambil tersenyum, "Ini salahku. Aku nggak seharusnya muncul di hadapan Kak Steven ... Besok pagi aku akan kembali ke negara Malio. Kak Steven, kamu segera minta maaf dengan Kakak Ipar. Aku nggak mau kalian berdua pisah ... " "Rachel, ini nggak ada urusannya denganmu." Mata gelap Steven bersinar dan menggenggam tangan ramping Rachel, lalu dia berkata, "Hubunganku dengan Clara sudah berakhir. Kamu sudah bersabar menungguku selama tiga tahun ini. Aku nggak akan membiarkanmu menderita lagi." * Angin malam yang sejuk berhembus menyegarkan jiwa. Rio membawa Clarine ke Laut Sabit untuk bersantai dan naik kapal pesiar untuk menikmati pemandangan malam kota yang indah. "Kak, apa Kakak sedang menghancurkanku?" Clarine menatap pasangan di sekitarnya dengan ekspresi sedih dan berkata, "Ini adalah tempat suci untuk kencan dengan kekasihnya! Aku biasanya nggak berani datang ke sini, tahu?!" "Oh, ya? Jadi, ini salah Gerry. Dia bilang dia akan menyalakan kembang api di sini tepat pukul delapan malam." Leo mengangkat pergelangan tangannya dengan anggun dan melihat jamnya seraya berkata, "Lima, empat, tiga, dua, satu." Terdengar suara ledakan keras dan kembang api berwarna ungu dan merah meledak kencang di langit. Semua pasangan anak muda datang untuk naik dek kapal, lalu mereka mulai berkumpul ke tepi laut. "Kesan estetika Kak Gerry benar-benar ... Kampungan," kata Clarine sambil menggelengkan kepalanya, tetapi dia merasa hangat. "Pikirkanlah hadiah-hadiah aneh yang pernah kamu dapatkan saat itu. Ini sudah ada kemajuan pesat." Rio meraih bahu adiknya dan memeluknya dengan lembut, lalu berkata, "Hari ini hadiahmu nggak hanya ini. Semua orang sudah menyiapkan hadiah untukmu dan memenuhi kamarmu. Clarine, ada banyak orang yang mencintaimu. Berikanlah cinta dan waktumu pada orang yang pantas mendapatkannya." Tiba-tiba hidung Clarine terasa masam. Dia merasa tersentuh. Sementara itu, sebuah mobil Maybach hitam berhenti di luar kerumunan. Steven menggandeng tangan Rachel untuk turun dari mobil. Angin malam terasa sejuk dan wanita itu memeluk Steven dengan manja. "Wah, kembang apinya cantik sekali! Kak Steven, cepat lihatlah!" Rachel sering mempertahankan karakter gadis polos di hadapan pria itu. Ini juga hal yang paling disukai oleh Steven. Di sisi lain, Steven kurang menyukai sifat Clara yang sulit dipahami dan membosankan, serta kepribadiannya yang kaku. Selama tiga tahun ini, Clara hanya memiliki satu kelebihan, yakni sangat baik dan patuh. Namun, apa gunanya? Clara sama sekali bukan orang yang Steven inginkan. Steven dan Rachel berjalan ke sisi pagar. Tiba-tiba empat kembang api meletus secara bersamaan dan berubah menjadi tulisan di udara: Selamat ulang tahun! "Wah, ternyata ada orang yang ulang tahun. Entah siapa orang yang begitu beruntung bisa mendapatkan hadiah seperti ini," kata Rachel yang hanya bisa menghela napas. Dia merasa sangat iri. Tiba-tiba Steven mengecilkan pupil matanya dengan kuat, jantungnya tercekik oleh kekuatan yang tidak terlihat, dan bibir tipisnya mengecil hingga membentuk sebuah garis. Hari ini adalah ulang tahun Clara. Jadi, apa mungkin kembang api ini adalah hadiah ulang tahun Clara dari Rio? Tiba-tiba suara yang jelas dan merdu mengalir ke telinga Steven. Suaranya terdengar sangat familier! Kapal pesiar lewat di depan Steven dan Rachel, sementara itu tampak seorang pria dan wanita berdiri di atas dek kapal. Pasangan itu adalah Clara dan Rio! "Eh? Kakak Ipar! Siapa pria di sampingnya itu? Kayaknya nggak asing. Hubungan mereka sangat baik, ya," tanya Rachel pura-pura tidak bersalah dan sok polos. Steven merasakan bayangan yang tak dapat dihilangkan muncul di antara alisnya. Urat nadi di punggung tangannya menonjol ketika memegang pagar. Pantas saja! Padahal mereka belum resmi bercerai, tapi wanita ini tidak sabar menghabiskan malam indahnya bersama dengan orang lain dan melempar dirinya ke pelukan orang lain tersebut. Apa artinya menangis sesenggukan di hadapan Steven tadi sore?! Kapal pesiar itu berputar dua kali dan berhenti di tepi pantai. Setelah hampir semua wisatawan pergi, Rio baru meraih pinggang Clarine dan turun dari kapal. "Clara!" Ketika mendengar panggilan seseorang, seketika sekujur tubuh Clarine menegang. Clarine mengalihkan pandangannya secara perlahan dan melihat Steven berjalan ke arahnya di bawah cahaya samar-samar. Wajah tampan dan gagahnya masih memikat hati Clarine. Namun, apa gunanya? Rasa cinta Clarine sudah dihancurkan oleh pria yang dia kagumi selama 13 tahun. Dia benar-benar sudah tak mencintai pria itu lagi. "Siapa dia?" tanya Steven dengan ekspresi dingin dan aura menindas. "Sepertinya ingatan Pak Steven kurang bagus." Rio memeluk adiknya dengan erat sambil tersenyum dengan tenang, lalu berkata, "Kita pernah bertemu lebih dari sekali di mal." "Clara, jawab pertanyaanku," bentak Steven untuk mendesak Clarine dan mengabaikan Rio. Bibir merah muda Clarine terbuka dan berkata dengan nada dingin dan tegas, "Kita sudah bercerai, Pak Steven. Apa gunanya kamu tahu dia siapa?" Steven terperanjat. Dia tidak percaya Clara yang patuh dan ramah dapat berbicara dengan nada seperti itu padanya! "Kita belum resmi bercerai, tapi kamu sudah nggak sabar untuk bersama dengan pria lain?" Apa?! Padahal Steven yang selingkuh lebih dahulu saat masih menikah, tapi dia masih bisa berdalih?! Mata Rio menggelap dan hendak maju, tetapi dihalangi oleh Clarine. Ternyata Clarine melindungi pria lain? Steven semakin kesal! "Kita memang belum resmi bercerai, tapi kekasih Pak Steven sudah nggak sabar ingin kawin. Aku tahu kalian sudah merencanakannya, tapi aku nggak ngomong apa-apa. Pak Steven, apa hakmu menghalangiku bersama orang lain?" Rambut Clarine berkibar karena tertiup angin. Senyuman mengejek tersungging di bibir merahnya, tetapi senyuman itu secantik dan semenarik yang pernah Steven lihat, serta tampak seperti wanita liar yang sulit dijinakkan. "Kenapa? Apa hanya mantan suami sepertimu yang diperbolehkan untuk punya kekasih lain dan mantan istri sepertiku nggak boleh?" Perkataan Clarine benar-benar kasar hingga membuat Steven tak bisa berkata-kata! Rachel yang tidak bisa mengejar, melihat Steven yang ternyata masih memiliki rasa pada Clara. Dia menghentakkan kakinya dengan kesal dan sepatu hak tingginya membuat pergelangan kakinya terkilir. Dia pun jatuh ke tanah. "Ah! Kak Steven! Kakiku sakit!" Steven akhirnya kembali sadar dan segera berbalik untuk membantu Rachel yang terjatuh ke tanah. Saat melihat ke arah Clarine sekali lagi, sosok Clarine dan Rio yang bagaikan pasangan ideal menghilang tanpa jejak.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.