Bab 4
Naomi berniat masuk ke akunnya untuk menjelaskan, tetapi ternyata aksesnya sudah diblokir.
Membaca serangkaian komentar hujatan yang tidak ada habisnya itu sontak membuat Naomi merasa seolah kembali berada di penjara yang gelap.
Matilah, dasar jalang, dasar pembunuh, dasar pecundang ….
Semua kata makian itu membanjiri pikiran Naomi dan membuatnya mati rasa.
Naomi merasa seolah akan tenggelam di lautan dalam yang tak berujung.
Sekelilingnya mendadak terasa gelap gulita. Tangisan yang tidak berhenti membuat air mata Naomi kering dan tenggorokannya kering, tetapi Naomi belum kunjung menemukan jalan keluar.
Naomi akhirnya meringkuk di dalam selimut dengan tubuh yang menggigil ketakutan seolah sedang bermimpi buruk.
"Jangan maki aku! Aku nggak begitu! Sama sekali nggak!"
"Sakit sekali! Tolong jangan pukul aku lagi! Aku bukan pembunuh! Kumohon ... kumohon!"
"Jangan sentuh aku! Jangan sentuh aku!"
Begitu menyibakkan selimut, Tommy dan Atta sontak tertegun.
Padahal mereka hanya mengurung Naomi selama beberapa hari untuk memberi gadis itu pelajaran.
Kenapa Naomi jadi ketakutan seperti ini?
Walaupun mereka tidak tahu alasannya, tetap saja melihat kejadian ini membuat hati Atta dan Tommy melembut.
Atta pun menyuruh orang untuk membuatkan semangkuk sup hangat, sementara Tommy memeluk dan menenangkan Naomi dengan lembut.
"Naomi, kamu kenapa? Ceritalah."
"Kalau kamu nggak sengaja menyakiti Pauline, kami juga nggak akan menghukummu begini. Sekarang kamu tahu 'kan kamu salah, jadi jangan ulangi perbuatanmu."
Naomi merasa sangat ketakutan. Dia meronta untuk melepaskan diri dari mereka, lalu bersembunyi di sudut kamar.
Saat kabur, bekas luka yang besar dan mengerikan di pergelangan tangan dan kakinya pun terlihat.
Rasanya jantung Atta dan Tommy seperti berhenti berdetak selama sepersekian detik. Mereka segera bertanya, "Naomi, kok kamu bisa terluka begini?"
Naomi bersandar pada tembok dan akal sehatnya perlahan kembali.
Dia memeluk selimutnya dengan sorot tatapan yang kosong. Naomi pun tersenyum getir sambil menangis.
"Menurut kalian bagaimana? Kalian pikir penjara itu tempat yang indah? Adik perempuan yang kalian gadang-gadang begitu baik hati sampai nggak tega menginjak semut itu ternyata menyewa banyak orang untuk merawat ...."
"Naomi, apa kamu juga akan menyalahkan Pauline soal ini?" sela Atta sambil cemberut. "Dia itu cuma seorang gadis yang masih muda, mana mungkin dia bisa menyuruh orang untuk menindasmu? Masa iya kamu bahkan nggak mikir dulu sebelum bohong?"
Tommy juga tidak mempercayai Naomi, nada bicaranya menjadi sedikit lebih dingin.
"Jelas-jelas kami sudah menyuruh orang untuk memperlakukanmu dengan baik selama kamu dipenjara. Kamu memang dikurung, tapi harusnya kamu baik-baik saja. Kenapa sih kamu terus bersikap jahat dengan Paulien? Kalian 'kan seumuran, apa kalian nggak bisa hidup dengan akur?"
Naomi hanya tertawa kecil melihat sikap Tommy dan Atta yang seketika berubah itu.
Dia tahu bahwa percuma saja menjelaskan serinci apa pun.
Dia akhirnya kembali membenamkan dirinya dalam selimut tanpa berkata apa-apa lagi.
Sikap Naomi itu membuat Tommy dan Atta menjadi tidak berdaya. Mereka akhirnya menarik Naomi berdiri dan berkata akan mengajaknya ke konser untuk bersantai.
Namun, begitu tiba di teater dan melihat poster yang ditempel di pintu, Naomi sontak menyadari kenapa mereka datang ke sana.
Ini bukanlah tentang mengajaknya ke konser.
Melainkan memberikan dukungan kepada Pauline.
Begitu melihat Naomi yang berhenti berjalan, Atta pun kembali menghela napas.
"Berhentilah bersikap picik, Pauline sudah berbaik hati mengundangmu ke pertunjukan pertamanya tahun ini. Gunakanlah kesempatan ini untuk berdamai dengan Pauline, oke?"
Tommy juga menggenggam tangan Naomi dan menariknya memasuki teater.
Pertunjukan berlangsung selama tiga jam. Pauline yang berada di atas panggung tampak bersinar dan menjadi pusat perhatian semua orang.
Hanya Naomi yang sedari awal terus menundukkan kepalanya.
Tepuk tangan yang meriah bergema di akhir pertunjukan, tetapi Naomi bangkit berdiri dan berjalan pergi.
Namun, begitu dia mencapai pintu, tiba-tiba ada sekelompok orang yang menyerbu masuk. Orang-orang itu melemparkan batu, sayur dan telur busuk ke arah Naomi sambil memaki Naomi habis-habisan.
"Dasar pembunuh! Semuanya, lihat! Ini dia pembunuhnya!"
"Dialah yang sudah membunuh putraku! Padahal putraku bisa saja selamat, tapi dia malah kabur! Benar-benar manusia nggak punya hati!"
Saat melihat wajah-wajah yang menangis histeris itu, Naomi segera menyadari bahwa mereka semua adalah anggota keluarga dari korban tabrak lari Pauline.
Naomi refleks menatap Pauline yang tampak sedang tersenyum dengan puas.
Baru pada saat itulah Naomi teringat pesan yang Pauline kirimkan padanya sebelum pertunjukan. Di pesan itu, Pauline mengatakan ingin memberikan sebuah kejutan besar untuk Naomi.
Apa Pauline sama sekali tidak merasa malu, takut atau menyesal? Jelas-jelas dia yang menabrak seseorang sampai mati, tetapi dia malah memanfaatkan anggota keluarga korban untuk melakukan hal semacam ini.
Naomi hanya bisa berdiri diam di tempat, dia sama sekali tidak menghindari benda-benda yang dilemparkan ke arahnya itu.
Wajahnya berbau busuk terkena lemparan telur, sementara batu yang dilemparkan mengenai dahinya hingga berdarah.
Naomi hanya diam mendengarkan semua umpatan dan makian yang dilontarkan kepadanya. Dia memandang orang-orang di sekitarnya yang menghujatnya sambil menunjuk-nunjuknya, pikirannya terasa kosong.
Dalam keadaan linglung, Naomi melihat Tommy dan Atta berlari ke arahnya.
"Naomi!"
Atta dan Tommy pun menerobos kerumunan, seolah-olah hendak mencoba melindungi Naomi.
Namun, baru beberapa langkah berlari, tiba-tiba ada yang berseru Pauline pingsan. Semua orang refleks menoleh.
Kedua pria itu langsung berlari kembali ke arah panggung.
Mereka sama sekali tidak memedulikan Naomi lagi.