Bab 134
Nenek Aida menyesap lagi milk tea-nya dan menghela napas puas lalu berkata, "Wah, nyaman sekali."
Sambil berkata begitu, dia menatap terapis pria tampan di depannya dan bertanya, "Kamu umur berapa?"
Terapis pria itu tersenyum dan menjawab, "Saya 18 tahun."
Nenek Aida terkekeh dan berseru, "Pantas saja pria 80 tahun masih suka yang umur delapan belas. Ternyata, nenek yang 80 tahun pun juga suka yang delapan belas!"
Haha.
Hahaha.
Windy dan Felica tertawa terbahak-bahak. Ruangan itu dipenuhi gelak tawa mereka bertiga.
Bu Intan awalnya berniat masuk untuk mengingatkan Windy, tapi setelah mendengar percakapan itu, dia langsung berbalik arah dan keluar lagi. Ah, sudahlah. Semua orang punya takdirnya masing-masing. Nyonya harus menghadapi ini sendiri.
Sementara itu, Hendry berdiri di depan pintu dengan urat di pelipisnya yang mulai berdenyut. Sejak kapan neneknya berubah jadi seperti ini? Keluar minum teh susu, lalu datang ke tempat pijat kaki?
Rasa kesal dan amarah berkecamuk di dadanya. Tat

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link