Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 8

Saat Sheila membuka matanya, beberapa hari telah berlalu. Diego duduk di samping tempat tidurnya dengan ekspresi kelam, menatapnya dengan sorot mata yang menekan. "Ada pesan tentang tiket penerbangan masuk di ponselmu. Kamu mau pergi ke mana?" Sheila sungguh merasa ironis. Dia hampir kehilangan nyawanya di kolam itu. Namun, ketika dia terbangun, bukan rasa bersalah maupun kekhawatiran dari Diego, melainkan hanya pertanyaan penuh interogasi tentang ke mana dia akan pergi. "Aku hanya ingin pergi liburan sebentar," dalihnya. Namun, tatapannya segera menajam ke arah Diego, dan dia berkata dengan tegas, "Kamu ke sini hanya untuk memaksaku mengakui kesalahan? Aku nggak akan melakukannya. Kalau dia menyentuh barang-barangku lagi, aku akan tetap menamparnya." "Itu cuma kalung biasa, apa perlu dibesar-besarkan?" Diego mengerutkan keningnya dalam-dalam. Tepat dia selesai bertanya, dia melihat air mata Sheila mengalir begitu deras, seperti bendungan yang jebol. "Tentu saja! Itu hadiah dari orang yang paling aku cintai, dan aku menganggapnya seperti nyawaku sendiri!" serunya, suara meninggi tanpa sadar. Sheila tidak ingin lagi berpura-pura di hadapan Diego. Perkataan itu membuat Diego membeku sesaat. Kemudian, ada kecanggungan dalam sikapnya, dan tatapannya mulai melembut. "Kalung itu cuma sesuatu yang kubeli asal saja. Kalau kamu sangat menyukainya, aku bisa membelikan yang baru untukmu." Kali ini, Sheila yang tertegun. Selama bertahun-tahun, satu-satunya hadiah yang pernah Diego berikan kepada Sheila adalah sebuah kalung. Karena itulah dia mengira kalung yang dimaksud Sheila adalah kalung pemberiannya. "Sheila, aku hanya bisa memaafkan ini sekali. Saskia adalah … temanku. Kalau kamu menyerangnya lagi, aku juga nggak tahu apa yang akan kulakukan." Setelah mengatakan itu, Diego berdiri dan pergi tanpa ragu. Seorang perawat yang datang untuk mengganti perban berjalan melewatinya. Begitu melihatnya, matanya berbinar penuh antusias dan dia mulai berbisik pelan kepada rekannya. "Dia Pak Diego, yang menyewa satu lantai rumah sakit hanya untuk pacarnya, kan? Hanya karena bekas tamparan, dia langsung meminta pemeriksaan lengkap. Luar biasa memanjakan pacarnya!" "Bukan hanya itu, menurut perawat yang bertanggung jawab di lantai itu, dia bahkan setiap hari secara pribadi mengoleskan obat dan menyuapinya makan. Pokoknya, pacarnya diperlakukan seperti sebuah harta yang sangat berharga!" .... Sheila mendengar semuanya, tetapi rasanya seperti mendengar cerita tentang kehidupan orang lain yang tidak ada hubungan dengannya. Begitu perawat selesai, dia langsung bangkit dan pergi mengurus kepulangannya sendiri. Meskipun Diego tidak pulang selama beberapa hari terakhir, Sheila tetap tahu segala yang dia lakukan. Semua karena Saskia, yang tak henti-hentinya mengirim pesan provokatif. Saskia mengabarkan bahwa dua hari lalu, Diego menemaninya melihat laut. Kemarin, mereka bersama menyalakan kembang api. Hari ini, bahkan seluruh taman hiburan telah Diego sewa hanya untuk mereka berdua. Sheila membaca sekilas pesan-pesan itu, lalu mengabaikannya. Waktu dan pikirannya kini hanya dihabiskan untuk berkemas serta membaca informasi tentang pria yang menerima transplantasi jantung dari Ian. Saat tiba di Vatera, segalanya akan dimulai dari awal. Ia akan menyusun kembali hidupnya dan menemukan jalannya kembali ke sisi "Ian"-nya. Pada hari terakhir masa tenang perceraian, Sheila keluar rumah untuk mengambil sertifikat perceraian. Ketika Sheila kembali, Diego tengah duduk di sofa ruang tamu. Kerutan di keningnya perlahan memudar saat dia melihat Sheila masuk. "Habis pergi ke mana?" Tatapan terkejut melintas di mata Sheila. Selama beberapa hari terakhir, Diego selalu bersama Saskia, jadi kemunculannya hari ini cukup mengejutkan. "Kenapa kamu pulang hari ini? Sudah nggak sibuk lagi?" Jawaban Sheila seketika membuat ekspresi Diego berubah suram dalam hitungan detik. "Kamu nggak ingat?" Sheila terlihat agak bingung. "Ingat apa?" "Hari ini adalah ulang tahun pernikahan kita yang ketiga." Melihat ekspresi Sheila yang sungguh lupa, Diego merasakan gelombang kesal di hatinya. Namun, mengingat semua yang terjadi belakangan ini, dia segera menekan emosinya dan berkata, "Aku sudah memesan restoran, ayo pergi makan bersama." Awalnya, Sheila berniat menolak. Namun, mengingat sertifikat perceraian yang baru saja dia ambil hari ini, dia pun mengangguk setuju. Sebentar lagi, dia akan pergi. Karena itu, dia berpikir mungkin sebaiknya dia memberi tahu Diego tentang perceraian mereka hari ini. Saat tiba di restoran yang telah dipesan, baru saja menginjak pintu masuk, ponsel Sheila bergetar dengan sebuah pesan masuk. Setelah dibuka, itu adalah pesan dari Saskia. [Hari ini ulang tahun pernikahan kalian, 'kan? Kebetulan sekali, aku berencana bilang pada Diego kalau aku bersedia bersamanya. Kira-kira, setelah itu, kamu akan langsung dicampakkan dan diusir nggak, ya?]

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.