Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 6 Bersabar

"Pak Ivan ... " Clara terkejut saat mendengar nama pria itu. "Ya, benar," kata Hasan. "Pak Ivan meminta Anda meluangkan waktu datang menemuinya di Grup Arjuna. Ada hal yang mau dia diskusikan dengan Anda." Mendengar tawaran ini, harapan Clara yang sempat redup kini menyala lagi. Ivan tiba-tiba ingin bertemu untuk mendiskusikan sesuatu dengannya ... Apakah itu artinya Ivan berubah pikiran dan berencana untuk menikahinya? Clara langsung menjawab, "Kira-kira satu jam lagi aku sampai di sana." Hasan berkata, "Kalau Anda sudah sampai, silakan hubungi saya." "Baiklah." Setelah menutup telepon, Clara langsung siap-siap. Clara memakai rok batik berwarna biru. Warna rok batik yang elegan makin membuat Clara terlihat sangat cantik. Desain kancing pada atasannya juga menutupi bekas ciuman di tulang selangkanya. Setelah berpenampilan rapi, Clara turun ke bawah Sampai di ujung tangga, Clara mendengar suara ribut-ribut di lantai bawah. "Clara, si anak sialan itu, entah apa yang sedang dia rencanakan?" Clara menghentikan langkahnya. "Kita sudah merawatnya sampai sekarang. Apa salahnya dia tidur dengan Pak Joshua demi membantu kita? Bukankah itu sudah sewajarnya dia lakukan?" Hanna melontarkan ketidakpuasan dan penghinaan terhadap Clara. Miko menatap istrinya dengan kesal, kemudian memperingatkan dengan suara pelan, "Kecilkan suaramu, nanti Clara dengar." "Memangnya kenapa kalau dia dengar? Apa kata-kataku salah?" Hanna tidak peduli. "Dia termasuk beruntung Pak Joshua menyukainya! Dia pikir dirinya layak menikah dengan pria kaya raya?" Miko terdiam. "Cih!" Hanna terus bersikap sinis dan melontarkan kata-kata pedas. "Kamu kira dia masih perawan? Aku barusan lihat ada bekas ciuman di lehernya. Entah dia tidur dengan pria mana semalam." Clara diam-diam menguping dari balik tembok. Kedua tangan mengepal erat, kukunya menancap dalam ke telapak tangan. Mata yang biasanya penuh kelembutan, kini dipenuhi dengan rasa benci yang mendalam. Beberapa saat kemudian. Clara baru bisa menenangkan dirinya dan menahan emosinya. Lalu, dia turun ke bawah sambil pura-pura tidak terjadi apa-apa. "Paman." Clara menyapa pamannya dengan lembut. Miko hanya mengangguk, tetapi ekspresinya tidak ramah. "Apa yang akan kamu lakukan untuk menyelesaikan konflik dengan Pak Joshua?" tanya Miko. Clara hanya mengatakan, "Biar aku saja yang selesaikan." Sambil menahan emosi, Miko menatap Clara dengan tajam untuk beberapa saat. Lalu, Miko berbicara dengan Clara dengan nada memerintah. "Aku beri kamu waktu dua hari. Apa pun yang terjadi, lusa kamu harus dapat kontrak kerja sama proyek pembangunan Kota Ganara." Clara menjawab dengan tenang, "Ya, aku mengerti." Akhirnya, Clara mengingatkan, "Semoga Paman dan Bibi nggak ingkar janji." Miko menjawab dengan ekspresi dingin, "Asalkan kamu bisa dapatkan proyek itu, kami akan berikan semua yang dijanjikan kepadamu." Mendengar janji pamannya, Clara tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia berbalik dan hendak pergi. "Tunggu!" Hanna tiba-tiba memanggilnya. "Kamu baru pulang, sekarang mau ke mana?" Clara tidak marah. Dia menjawab dengan nada tenang, "Aku ada urusan." Hanna memperingatkan dengan suara keras, "Jaga dirimu baik-baik, jangan sampai kamu celaka di luar sana." Mendengar itu, Clara mencibir dalam hati. Mana mungkin Clara tidak mengerti maksud lain dari ucapan bibinya barusan? Maksud lainnya adalah "Kalau mau mati, tunggu sampai umurmu genap 25 tahun, sampai kami berdua berhasil mewarisi semua harta kakekmu sepenuhnya." Clara menoleh ke arah Hanna. Dengan tersenyum, Clara menjawab, "Terima kasih atas perhatian Bibi. Aku pasti akan jaga diriku baik-baik." Dia bersumpah hidupnya akan jauh lebih baik daripada mereka! Sekitar 40 menit kemudian, Clara sampai di Grup Arjuna. Dia menghubungi nomor Hasan. Tidak lama kemudian, Hasan muncul di lobi lantai satu. Clara menunggu dengan tenang di samping pintu masuk. Hasan keluar dan mendekati Clara. Dengan sopan, Hasan menyapa, "Halo, Nona Clara." Clara menoleh. Hasan memperkenalkan diri. "Halo, Nona Clara, saya adalah Hasan." Clara langsung memberi salam sambil tersenyum. "Halo, Pak Hasan." Hasan berkata dengan tersenyum, "Nona Clara, Pak Ivan sudah menunggu Anda di ruang kantor. Saya antar Anda ke sana." Sambil mengangguk, Clara menjawab dengan sopan, "Terima kasih." Orang-orang di sekitar melihat ke arah mereka, kemudian mereka mulai bisik-bisik. "Eh, siapa gadis itu? Pak Hasan sampai datang menjemputnya." "Mungkinkah dia adalah pacarnya Pak Hasan?" "Sepertinya bukan. Mereka nggak mungkin pacaran karena sikapnya terlihat formal satu sama lain." "Mungkinkah ... dia punya hubungan spesial dengan Pak Ivan?" "Bukannya ada rumor yang mengatakan Pak Ivan pacaran dengan Nona Fiona Kuswara?" "Ya, kudengar, Pak Ivan dan Nona Fiona kenal sejak masih kecil. Mereka berdua saling mencintai. Sayangnya, Nona Fiona pergi ke luar negeri demi mengembangkan kariernya di dunia hiburan, jadi mereka putus." "Kalau diperhatikan, gadis tadi mirip dengan Nona Fiona." "Wah, jangan-jangan Pak Ivan menganggap gadis itu sebagai pengganti?" "Entahlah! Dunia orang kaya memang sulit dimengerti oleh kita yang hanya pegawai biasa." " ... "

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.