Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 7 Pernikahan Kontrak

Di lantai atas Grup Arjuna. "Tok! Tok!" Hasan mengetuk pintu dan melapor dari luar. "Pak Ivan, Nona Clara sudah datang." Clara berdiri di depan pintu. Begitu pintu dibuka, dia melihat sosok pria berperawakan tinggi berdiri membelakanginya, pria itu menghadap ke arah jendela besar. Hanya melihat punggung pria itu, jantung Clara merasa sangat gugup. Aura pria itu begitu kuat dan sulit dilawan. Clara menarik napas dalam-dalam, kemudian memberanikan diri menyapa pria itu, "Pak Ivan." Meskipun berusaha keras untuk tetap tenang, suaranya tetap bergetar. Ivan perlahan balik badan. Begitu melihat Clara, pandangannya tidak bisa lepas dari Clara. Rok batik berwarna biru yang elegan cocok dipakai gadis secantik Clara. Clara menawan dan elegan. Di balik kelembutan yang terlihat, terdapat kekuatan dalam dirinya. Penampilannya membuat Ivan kagum. Namun, Ivan menahan perasaannya. Dia sedikit mengangkat dagunya dan ekspresinya kembali dingin. "Duduklah." Clara mengangguk, kemudian dia masuk ke dalam. Clara duduk di sofa kulit berwarna hitam dengan anggun. Ivan juga ikut duduk. Mereka duduk dengan jarak yang agak jauh. Hasan menuangkan teh untuk Clara. Setelah itu, Hasan keluar dari ruangan. Melihat Hasan sudah keluar ruangan, para staf dari kantor CEO terlihat penasaran. "Pak Hasan, siapa gadis yang baru saja masuk ke ruangan Pak Ivan?" "Ada hubungan apa gadis itu dengan Pak Ivan?" Sambil melirik mereka, Hasan memperingatkan dengan tegas, "Berhentilah ikut campur dalam urusan pribadi Pak Ivan. Kalau nggak, nanti kalian yang tanggung konsekuensinya." Mendengar itu, mereka langsung tersenyum. "Oh, kami hanya ingin tahu ... kehidupan pribadi Pak Ivan." "Menurut kalian, apa mungkin gadis itu adalah calon istri Pak Ivan?" "Bisa jadi ... " Setelah itu, mereka semua menoleh ke arah Hasan untuk mencari tahu jawaban. Hasan tetap memasang wajah serius dan berkata, "Jangan lihat aku. Aku nggak tahu apa-apa." Untuk sesuatu yang belum jelas, Hasan tidak berani berspekulasi sembarangan! Selain itu, Hasan hanya seorang asisten. Mana boleh dia berspekulasi sembarangan tentang kehidupan pribadi bosnya? Namun, kelak... Di sisi lain, suasana di dalam ruangan kantor Ivan sangat tegang. Keduanya hening. Saking heningnya, kalau ada barang jatuh, pasti terdengar jelas. Clara mencoba memecah keheningan. Sambil meremas jari, Clara bertanya dengan suara gemetar. "Pak ... Pak Ivan, katanya ada hal yang mau kamu bicarakan denganku." Ivan mengangguk pelan. Pria itu menyodorkan map berwarna hitam kepada Clara. "Lihatlah." Clara tertegun sejenak, kemudian mengambil map itu. Begitu dibuka, dia melihat ada surat kontrak dengan tulisan "Surat Kontrak Pranikah". "Ini ... " Ivan menjawab, "Aku bersedia menikah denganmu, tapi hubungan kita hanya sebatas kontrak." Mendengar itu, Clara membalik halaman. "Masa kontrak satu tahun. Setelah satu tahun, kita cerai. Sebagai kompensasinya, aku berikan uang 200 miliar dan sebuah vila." Ivan menjelaskan dengan nada dingin, seolah-olah ini hanyalah sebuah formalitas semata. "Kalau kamu setuju, tanda tangan surat kontrak ini. Setelah itu, kita pergi mengurus pendaftaran pernikahan kita." Clara tidak langsung memberikan jawaban. Dia membaca syarat dalam surat kontrak sambil memikirkan sesuatu. "Satu tahun, sepertinya cukup," pikir Clara. Karena belum ada tanggapan dari Clara, Ivan berkata, "Kalau kamu butuh waktu ... " "Nggak perlu. Aku setuju." Clara takut Ivan berubah pikiran. "Tapi ... kamu nggak perlu memberiku kompensasi." Bagaimanapun juga, Clara yang duluan mengganggu Ivan. Selain itu, Clara juga ingin memanfaatkan Ivan demi merebut warisan saham Grup Lesmana dari kakeknya. Oleh karena itu, Clara menolak kompensasi yang ditawarkan Ivan. Ekspresi Ivan masih terlihat tenang. Pria itu berkata dengan nada memaksa, "Kompensasi itu tetap akan kuberikan padamu." Mendengar itu, Clara mau tidak mau menerima tawarannya. Clara mengambil pena, kemudian menandatangani surat kontrak itu. Setelah keduanya sepakat, mereka berdua segera mendaftarkan pernikahan mereka di kantor capil. Proses pendaftaran berlangsung kurang dari setengah jam. Saat mendapatkan surat nikah, Clara masih dalam keadaan bingung. "Aku ... sudah menikah?" pikir Clara. Semua perubahan mimik wajah Clara sekecil apa pun itu tidak luput dari pengamatan mata tajam Ivan. Ada emosi yang sulit diungkapkan terpancar dari mata Ivan. Ivan bertanya, "Kamu menyesal?" Pertanyaan Ivan barusan membuat Clara tersadar dari lamunannya. "Nggak, kok." Ivan masih tidak percaya. Sambil meliriknya, Ivan berkata dengan nada dingin, "Nasi sudah menjadi bubur. Kamu sudah setuju dengan pernikahan ini, nggak ada gunanya menyesal." Clara tidak menjawab apa-apa. Alasannya ada dua. Pertama, tidak berani membantah. Kedua, pertanyaan Ivan sepertinya tidak perlu ditanggapi. Bagaimanapun, surat nikah sudah di tangan, terserah Ivan mau berpikir apa. Ivan menyimpan surat nikah, kemudian pergi menuju ke mobil Cayenne berwarna hitam yang diparkir di depan pintu masuk. Clara juga segera menyimpan surat nikahnya, kemudian menyusul Ivan.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.