Bab 3 Mendesak Cucu Menikah
Tidak lama kemudian terdengar suara dering telepon yang memecah keheningan.
Ivan mengalihkan pandangan dari Clara, kemudian mengeluarkan ponsel dari saku jas.
Dia mendapat telepon dari rumah Keluarga Sanjaya.
Begitu telepon tersambung, terdengar suara cemas dari Pak Listo. "Pak Ivan, cepat pulang ke rumah. Bu Laras mendadak mengalami serangan jantung."
Ekspresi Ivan langsung berubah.
Ivan hanya menjawab dengan tenang, "Oke."
Ivan memasukkan ponselnya ke saku jas, kemudian bangkit berdiri.
"Aku masih ada urusan lain. Kita bicarakan masalah ini lain kali."
Sesudah itu, Ivan langsung meninggalkan kamar.
Saat pintu kamar tertutup, seluruh keberanian Clara hilang seketika.
Meskipun Clara sudah bisa menebak hasilnya, dia tetap merasa kecewa.
Sepertinya, dia harus membuat rencana lain.
Kediaman Keluarga Sanjaya.
Ketika melihat Ivan sudah sampai rumah, Pak Listo segera melapor kepada Nenek Laras.
"Bu Laras, Pak Ivan sudah pulang."
Mendengar itu, Nenek Laras segera bangkit dari kursi goyang, lalu berbaring di tempat tidur.
Dia menaruh tangan di dada sambil pura-pura sedang sakit parah.
"Aduh, sakit sekali!"
Sambil bicara, Nenek Laras juga sengaja batuk beberapa kali.
"Pak Listo, Ivan sudah pulang belum? Aku sudah nggak kuat lagi ... "
Belum selesai bicara, Ivan masuk ke kamar neneknya.
Dengan ekspresi datar, Ivan membongkar kebohongan neneknya. "Nek, nggak usah pura-pura. Aku tahu Nenek nggak sakit."
Nenek Laras langsung terdiam.
Setelah ketahuan bohong, ekspresi Nenek Laras berubah canggung.
Akhirnya, Nenek Laras berhenti bersandiwara.
"Dasar cucu sialan, aku harus pakai alasan sakit dulu, baru kamu mau pulang?"
Ivan hendak mengatakan sesuatu.
Namun, Nenek Laras menyela duluan.
"Jangan pakai alasan sibuk untuk membohongiku. Meskipun sibuk, masa nggak ada waktu sedikit pun untuk mengunjungiku?"
Ivan tidak bisa membantah.
Ivan duduk di samping dengan ekspresi cuek.
"Ada perlu apa Nenek menyuruhku pulang?"
Pak Listo membantu Nenek Laras bersandar di tempat tidur.
Nenek Laras langsung bertanya, "Aku mau tanya, kapan kamu menikah?"
Mendengar itu, ekspresi Ivan langsung berubah. Dia tampak tidak suka dengan pertanyaan neneknya.
"Nenek nggak perlu khawatir. Aku bisa mengatur hidupku sendiri."
Mendengar jawaban cucunya, Nenek Laras makin panik.
"Mana mungkin aku nggak khawatir? Umurmu sudah 30 tahun, tapi nggak pernah pacaran. Kamu juga belum menikah sampai sekarang."
"Anak dari sepupumu, umurnya tiga tahun lebih muda darimu, dia sudah punya pacar. Bahkan, sebentar lagi dia akan menikah."
"Bagaimana denganmu? Kamu belum menikah sampai sekarang, mana mungkin Nenek bisa tenang? Setiap malam Nenek nggak bisa tidur karena memikirkan masalah pernikahanmu."
Ivan tampak tidak peduli dengan omelan neneknya.
Tidak hanya itu, Ivan juga berani membantah, "Itu urusan Nenek, aku biasa saja."
"Cucu sialan!"
Nenek Laras geram melihat cucunya. Saking emosinya, dia ingin sekali melempar bantal ke cucunya.
Tiba-tiba, Nenek Laras menyadari sesuatu. Dia langsung menatap ke arah bagian bawah tubuh cucunya.
"Ivan, jujurlah pada Nenek. Jangan-jangan ... kamu impoten, ya?"
Nenek Laras bertanya dengan hati-hati untuk menyelidiki lebih dalam. Di sisi lain, dia mengkhawatirkan cucunya.
Ivan tidak bisa berkata-kata.
Melihat cucunya tidak merespons, Nenek Laras tidak bisa berdiam diri.
Nenek Laras melambaikan tangan dengan panik, lalu memberi perintah. "Pak Listo, cepat panggil Dokter Jason kemari! Suruh dia periksa kondisi Pak Ivan!"
"Baik, Bu Laras."
Pak Listo hendak meninggalkan kamar.
"Tunggu!"
Dari ekspresi wajah dan nada suaranya, Ivan jelas terlihat kesal.
"Aku sehat, nggak perlu periksa."
Nenek Laras masih tidak percaya. Dia berusaha membujuk cucunya, "Ivan, nggak usah malu. Kalau diobati secepatnya, kamu pasti sembuh."
Ivan menjadi makin kesal.
"Aku sangat sehat."
"Kamu benar-benar sehat?"
Karena neneknya masih tidak percaya, Ivan mengucapkan kata per kata sambil menahan emosinya.
"Aku ... sangat ... sehat!"
Setelah memastikan berulang kali, barulah Nenek Laras merasa lega.
Nenek Laras mendesak lagi. "Kalau kamu sehat, cepatlah menikah!"
Ivan memilih diam sebagai tanda dia tidak setuju dengan permintaan neneknya.
Melihat aksi bungkam cucunya, Nenek Laras tiba-tiba mendapatkan ide. Dia ingin menggunakan jurus pemungkas.