Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 16

Yolanda mendengarnya, lalu melihat tatapan dingin di mata Nina. "Kalau Ibu tidak percaya, boleh saja tanya sendiri." "Sudah, masalah ini cukup sampai di sini! Jangan ada yang mengungkitnya lagi!" Meilina buka suara dan masalah ini selesai sampai di sini. Bunga teratai yang bernilai ratusan miliar lenyap begitu saja, tentu saja membuat Meilina sakit hati. Namun, masalah ini bisa menjadi seperti ini karena mereka tidak percaya pada Yolanda. Meilina sangat kesal dan pada saat bersamaan, karena umurnya yang sudah lanjut menjadi agak keras kepala dan merasa walaupun tetua salah, anak muda tidak boleh membantah. Sikap Yolanda ini dalam pandangannya adalah perbuatan melawan orang tua dan tidak berbakti. Oleh karena itu, sedikit perasaan baik yang pernah dia rasakan untuk Yolanda, sekarang sudah tidak ada lagi. Setelah Meilina buka suara, tidak ada orang yang berbicara, suasana di sana seketika menjadi dingin. Nina mendeham pelan, merasa agak canggung. Dia melihat dari sudut matanya, paman sekeluarga yang duduk di sisi kanan Meilina langsung menarik lengan Yolanda. Kemudian. Dia melangkah maju dan memberi hadiah mewah yang akan diberikan pada Meilina, lalu meletakkannya di depan pamannya Yolanda. Senyum puas tampak di wajahnya. "Yanuar, setelah Yolanda kembali, dia juga sudah harus masuk SMA. Tapi, sampai sekarang belum menemukan sekolah yang cocok. Kebetulan kamu mengajar di SMA Pratama, bagaimana kalau kamu coba lihat apa Yolanda bisa masuk ke kelasmu?" Yanuar mendengar ini lalu mengernyitkan keningnya. Dia langsung menolak hadiah itu. "Kakak Ipar, aku nggak berani menerima hadiahmu ini. Kamu seharusnya tahu SMA Pratama itu tempat seperti apa. Dengan kemampuan Yolanda, sama sekali nggak memenuhi syarat untuk masuk ke sekolah ini." Setelah itu, istri Yanuar juga ikut menyetujui ucapan Yanuar. "Kakak Ipar, apa kamu sedang bercanda?" "Kondisi Yolanda seperti ini, sudah bagus kalau ada sekolah biasa yang mau menerima dia. Kamu minta bantuan Yanuar, bukankah ini merepotkan? Kalau Pak Galih tahu bahwa Yanuar merekomendasikan murid bermasalah seperti ini, orang yang malu bukan hanya kamu saja!" " ... " Nina merasa tercekat sampai tidak bisa bicara. Sebelum datang, dia sudah menyiapkan diri jika ditolak. Hanya saja saat ini dia merasa semua orang di sekelilingnya memberi tatapan menghina, dia merasa tidak tahan. Pada saat ini, dia bahkan ingin menampar dirinya sendiri. Jika bukan karena dia ingin membawa Yolanda ke sini, dia tidak akan merasa sangat malu seperti ini! Namun, sudah datang juga. Jika dia tidak mendapatkan sesuatu, rasa malunya ini menjadi sia-sia. Dia menahan diri dan berkata lagi, "Yanuar, aku tahu kamu ada kesulitan, tapi kalau bisa membantu Yolanda untuk masuk ke SMA Pratama, aku bisa memberi sedikit uang tambahan ... " "Kakak Ipar, sudah, jangan diteruskan!" Yanuar dengan nada dingin memotong. "Aku nggak bisa membantu untuk ini. Kalau kekurangannya hanya sedikit, mungkin aku masih bisa mencobanya. Tapi, kita semua tahu dia seperti apa sebenarnya!" Kerabat lain mendengar ucapan Yanuar, mereka semua mengangguk setuju. "Benar, Murid seperti Yolanda dengan prestasi yang buruk dan mempunyai catatan kriminal, sama sekali nggak layak masuk SMA Pratama!" "Kakak Ipar, aku dengar ada sekolah khusus yang menerima murid bermasalah pengajaran dengan manajemen militer. Kakak mungkin boleh coba mengirim Yolanda ke sekolah seperti itu. Dengan begini nggak membuat kamu terlalu malu." "Kalau memang nggak bisa, kirim dia ke sekolah kecantikan. Setidaknya dia punya satu kemampuan, jadi di masa depan dia nggak akan mati kelaparan." Mereka semua saling bersahutan seolah-olah memberi saran. Nyatanya mereka sedang mencemooh Yolanda yang tidak berbakat. Nina sangat marah sampai tidak bisa berkata-kata lagi. Namun, dia tidak bisa membalas. Hanya bisa melampiaskan kemarahannya pada Yolanda. "Kenapa kamu diam saja berdiri di sini seperti batu? Kamu sendiri nggak berinisiatif, siapa yang akan membukakan jalan untukmu?" Yolanda menatap Yanuar. "Nggak perlu dia yang membukakan jalan." "Kelas yang dia ajar juga bukan kelas unggulan, nggak layak untuk memintaku ke sana." Semua kerabat terkejut mendengar ucapan Yolanda. Apa yang mereka dengar? Kelas yang diajar oleh Yanuar bukan kelas unggulan sehingga tidak layak memintanya masuk ke kelasnya? Dengarlah! Orang yang tidak tahu, mungkin akan mengira dia begitu hebat. Mereka benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa pecundang ini dengan muka tebal mengatakan hal yang seperti ini! Yanuar tertegun sejenak. Kemudian, dia menatap tajam Yolanda, dan berkata dengan dingin, "Kamu bahkan nggak bisa masuk ke kelas paling rendah di SMA Pratama, masih berani mengkhayal untuk masuk kelas unggulan?" Ucapan Yanuar ini mengundang tawa dari kerabat yang ada di sana. "Anak ini sudah masuk Lembaga Pembinaan Remaja sejak SMP, mungkin dia nggak tahu kelas unggulan SMA Pratama seperti apa!" "Kasihan sekali. Kalau begitu, tante berbaik hati ceritakan padamu." "Dengarkan baik-baik. Hanya 50 orang siswa terbaik dari seluruh Kota Jarga yang bisa masuk kelas unggulan!" "Lalu, setiap semester siswa kelas unggulan harus mengikuti ujian. Kalau nilai mereka turun melewati peringkat 50 teratas, siswa itu akan dipindahkan ke kelas biasa!" "Kelas unggulan adalah tempat untuk mendidik siswa genius. Siswa seperti kamu yang nggak berbakat dan nggak berprestasi, jangankan kelas unggulan, bahkan kamu nggak bisa masuk kelas paling rendah!" Yanuar tampak makin meremehkan. "Untuk apa bicara sebanyak ini dengannya? SMA Pratama adalah sekolah yang kamu nggak akan bisa masuk ke sana seumur hidupmu!" "Setelah sekolah dimulai, aku akan masuk kelas unggulan SMA Pratama!" "Percaya atau nggak, itu terserah kamu." Yolanda tidak ingin berdebat dengan orang-orang ini, dia langsung pergi setelah menyelesaikan ucapannya. Namun, baru saja akan melangkah pergi, dia ditahan oleh seseorang. "Dasar bodoh! Berbohong juga harus ada batasnya, bukan?" Orang yang menahan Yolanda seumuran dengannya. Tahun ini dia berhasil masuk ke SMA Pratama. Walaupun nilainya pas-pasan melewati batas nilai minimal penerimaan, dia hanya mendapatkan tempat di kelas terakhir. Meskipun begitu Samuel mengadakan perayaan untuk ini supaya semua orang tahu bahwa anak mereka diterima di SMA Pratama. Saat ini, mendengar seorang pecundang seperti Yolanda ingin masuk ke SMA Pratama, bahkan ingin masuk ke kelas unggulan, dia merasa ini adalah sebuah penghinaan untuk SMA Pratama. Dia harus membuat Yolanda tahu bahwa SMA Pratama bukan tempat yang bisa dia impikan. "Aku bersekolah di SMP unggulan di Nexoria, biasanya aku selalu mendapat peringkat tiga teratas." "Walaupun ada yang lebih buruk daripada aku sedikit saja, nggak akan bisa masuk ke SMA Pratama." "Coba aku tanya, berapa peringkatmu saat SMP?" Setelah Samuel selesai bicara, Yolanda tidak merespons. Namun, ucapannya seperti menusuk Nina. Ketika Yolanda dan Yulia masuk SMP, dia memasukkan mereka ke sekolah unggulan melalui jalan pintas. Namun, Yolanda yang tidak pintar dan nilainya sangat buruk, hanya belajar beberapa bulan kemudian dia dimasukkan ke Lembaga Pembinaan Remaja. Bahkan dia tidak mendapatkan ijazah. Untungnya Yulia bisa mendapatkan kuota akselerasi untuk masuk ke SMP unggulan. Hal ini membuat Nina merasa bangga dan diakui di komunitas ibu-ibu. "Samuel ... " Nina baru saja ingin menjelaskan demi mengembalikan sedikit reputasinya, tetapi Samuel lebih dahulu buka suara. Dia melihat Samuel menatap Yolanda dengan senyum sinis. "Kenapa? Kamu nggak berani bilang?" "Oh, aku ingat. Kamu bahkan nggak menyelesaikan SMP lalu masuk ke Lembaga Pembinaan Remaja." "Sekarang, kamu masih merasa pecundang sepertimu bisa masuk ke SMA Pratama?"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.