Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 17

Suara Samuel sangat keras, bahkan semua orang yang ada dalam ruang VIP ini bisa mendengar dengan jelas. Orang-orang yang tidak suka dengan Nina, diam-diam tertawa. Terutama Lanny, bahkan wajahnya tampak jelas sedang berbahagia di atas penderitaan orang. "Pantas atau nggak bukan kamu yang menentukan." "Plak!" Saat mendengar suara ini, Yolanda langsung mengeluarkan surat penerimaan yang diberikan oleh Pak Galih dari saku jaketnya dan menghempaskannya ke atas meja. "Apa ini?" Semua kerabat yang ada di sana terkejut. "Surat penerimaan?" Samuel langsung tahu yang dipegang Yolanda adalah surat penerimaan SMA Pratama. Nina dan Yulia terkejut mendengarnya, lalu mereka menatap Yolanda. Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin Yolanda bisa mendapatkan surat penerimaan dari SMA Pratama? "Nggak mungkin! Bagaimana mungkin kamu bisa mendapatkan surat penerimaan SMA Pratama?" "Surat pemberitahuan ini pasti palsu!" Samuel tiba-tiba berkata. Dia tidak menemukan masalah pada surat ini. Namun, sampai mati pun dia tidak akan percaya surat ini asli. Jadi, hanya ada satu kemungkinan. Surat ini palsu! Mendengar ini, semua orang di sana merespons. Benar! Surat pemberitahuan ini pasti palsu! Demi tidak mempermalukan dirinya, Yolanda membuat sebuah surat pemberitahuan dan berharap bisa mengembalikan reputasinya di pesta ulang tahun ini. "Haha ... kamu bodoh!" Samuel mengambil surat pemberitahuan itu dan memperlihatkannya ke semua orang yang hadir. "Kalau kamu memalsukan surat penerimaan SMA biasa, kami mungkin akan percaya." "Tapi, kamu memalsukan surat penerimaan SMA Pratama, siapa yang akan percaya pecundang sepertimu bisa masuk ke SMA Pratama?" Setelah Samuel selesai bicara, muncul suara tawa dari orang di sekeliling. Wajah Nina menjadi pucat. Menghadapi ejekan dari kerabat lain, dia ingin segera bersembunyi. Sementara itu, wajah Yulia tampak tersenyum menyindir. Awalnya dia kira Yolanda sudah membuat sedikit kemajuan dan berniat mencari kesempatan untuk memperingatkannya. Namun, sepertinya dia tidak perlu melakukan apa pun. Sejak keluar dari Lembaga Pembinaan Remaja sampai sebelum masuk ke ruangan ini, dia masih tetap bodoh. "Om, lihatlah surat penerimaan ini pasti palsu, bukan?" Samuel sengaja menyerahkan surat penerimaan Yolanda kepada Yanuar. Yanuar adalah guru SMA Pratama, tentu saja bisa membedakan mana yang asli dan palsu. "Tentu saja itu palsu!" Yanuar meremehkan Yolanda. Dia bahkan belum melihat surat itu, tetapi sudah yakin surat itu palsu. Namun, demi menunjukkan otoritasnya di depan semua orang, dia mengambil surat itu dan mencoba mencari kesalahan di dalamnya. "Kalian lihat stempel ini ... " Biasanya surat pemberitahuan palsu akan dengan mudah dikenali dari stempel. Namun, setelah dengan teliti melihat stempel itu, dia terkejut sampai tidak bisa berkata-kata. Stempel ini ... Ternyata asli! Bahkan di sampingnya ada stempel khusus milik kepala sekolah! Tujuan dari stempel ini mungkin orang luar tidak akan mengetahuinya, tetapi Yanuar tahu dengan jelas. Surat penerimaan biasa hanya ada stempel dari yayasan. Namun, jika ada stempel kepala sekolah juga di atasnya, ini artinya siswa ini adalah siswa dengan program pendidikan khusus. Pada saat itu, setelah siswa ini masuk, dia akan langsung dimasukkan ke kelas unggulan. Pada ujian penerimaan di Kota Jarga, siswa yang berada di peringkat 10 teratas dan memilih SMA Pratama, akan mendapatkan stempel khusus dari Pak Galih. "Bagaimana? Stempel itu palsu, bukan?" Samuel tidak menyadari perubahan ekspresi Yanuar dan terus bertanya. "Stempel ini asli ... " Yanuar mengatakannya dengan kecewa. "Plak!" Tiba-tiba Samuel merasa seperti mendapatkan tamparan keras di wajahnya. Karma ini sungguh datang dengan sangat cepat! Sementara kerabat lain yang berada di sana, semua tertegun di tempatnya. Bagaimana mungkin? Mana mungkin seorang siswa bermasalah yang bahkan tidak menyelesaikan SMP dan masuk ke Lembaga Pembinaan Remaja bisa mendapatkan surat penerimaan dari SMA Pratama? "Om, coba kamu lihat sekali lagi dengan teliti, mungkin saja kamu salah lihat?" Samuel berkata dengan penuh harapan setelah tertegun sejenak. Perkataan Yanuar membuat Samuel terjebak dalam situasi yang sangat canggung. Apalagi tadi dia yang pertama kali mengatakan bahwa Yolanda memalsukan surat penerimaan itu. Sekarang, bagaimana dia mengakhiri situasi ini? "Aku juga nggak tahu apa yang terjadi. Tapi, surat penerimaan ini asli." Yanuar tampak muram. Apalagi tadi dia memarahi Yolanda tidak pintar, tetapi tidak disangka langsung tertampar karena surat penerimaan itu. "Kakak, apa kamu mencuri surat penerimaan orang lain dan mengubah nama menjadi namamu?" Tiba-tiba, suara lembut Yulia yang terdengar sedikit khawatir sampai ke telinga semua orang. Tanpa menunggu respons dari orang-orang di sana, Yulia langsung mencibir, lalu melangkah maju ke hadapan Yolanda, dengan suara lembut dia mendesak. "Kakak, apa kamu nggak tahu kalau tindakanmu ini melanggar hukum? SMA Pratama bisa menuntut untuk memasukkan kamu ke Lembaga Pembinaan Remaja lagi!" "Walaupun nggak bisa masuk SMA Pratama, aku dan Ibu percaya kamu bisa memperbaiki dirimu. Tapi, sekarang kamu mencuri surat penerimaan orang lain, kamu sangat bodoh!" "Kakak, semua orang di sini adalah keluarga. Kalau kamu minta maaf sekarang, mereka akan memaafkanmu." "Tapi, kamu harus ingat lain kali nggak boleh melakukan hal seperti ini lagi." Apa yang dikatakan Yulia segera membuat orang-orang di sana memberi respons. Ternyata surat penerimaan itu bukan palsu, melainkan dicuri. Dengan begitu, semua ini dapat dijelaskan. Stempel yang ada di dalam surat penerimaan tidak bisa dipalsukan. Namun, surat itu berlapis dan sangat keras. Di kolom nama, dapat dihilangkan dengan alat untuk menghilangkan tinta, kemudian bisa dipalsukan. Samuel mendengarnya langsung tersenyum sinis. "Ternyata kamu mencuri surat penerimaan milik orang lain. Dasar nggak tahu malu!" "Semua orang bilang seseorang yang sudah melakukan kejahatan akan sulit berubah. Aku nggak menyangka kamu hidup sampai saat ini, masih belum mengubah kebiasaan mencuri. Sepertinya kamu memang harus tinggal di Lembaga Pembinaan Remaja seumur hidupmu!" Semua kerabat yang ada di sana melihat situasi ini, juga mulai menyalahkan Yolanda. "Di usia muda berani mencuri surat penerimaan, kalau sudah dewasa nanti mungkin akan merampok bank!" "Kalau aku menjadi ibunya, lebih baik berharap nggak pernah melahirkan anak ini ... " "Tentu saja! Sungguh memalukan!" ... "Yolanda, apa benar kamu mencuri surat penerimaan itu?" Nina berjalan ke hadapan Yolanda dengan wajah muram. Walaupun kalimatnya ini adalah sebuah pertanyaan, wajahnya mengisyaratkan dia sudah memiliki jawaban pasti dalam hatinya. "Surat penerimaan ini bukan hasil curian." "Lalu, apa di kolom nama ada bekas perubahan nama atau tidak, kalian bisa tahu setelah melihatnya dengan teliti." Yolanda berkata. Nina mendengarnya langsung merebut surat itu dari tangan Samuel. Di atasnya tertulis nama Yolanda, terlihat tidak ada bekas perubahan nama. "Kakak Ipar, jangan sampai kamu dibohongi olehnya! Kalau beli alat penghilang tulisan di toko daring, pasti bisa dibersihkan tanpa bekas." "Ini semua adalah trik yang digunakan oleh anak-anak nakal demi menunjukkan nilai yang baik kepada orang tua!" "Lagi pula, apa Kakak Ipar percaya Yolanda bisa mendapatkan surat penerimaan SMA Pratama?" "Kalau kamu percaya dia punya kemampuan itu, kamu nggak akan membawa hadiah untuk Om Yanuar untuk mendapatkan jalan pintas, bukan?" Setiap kata yang diucapkan Samuel, semua orang di sana menyetujuinya. Nina sudah sangat marah, dia mengangkat tangannya, hendak menampar wajah Yolanda dengan sangat keras. Lalu, pada saat ini, pintu ruang VIP terbuka. Melihat ada orang yang datang, membuat tangan Nina membeku di udara. "Apa benar keluarga Hartanto mengadakan pesta ulang tahun di sini?" Seorang laki-laki paruh baya masuk. "Pak Galih, ada apa Anda datang ke sini?"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.