Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 12

Satu jam setelah Yolanda pulang, Nina dan Yulia juga kembali. Setelah memarahi Yolanda agar tidak berkeliaran lagi di lain waktu, Nina melihat ke arah pakaiannya dan memperingatkan. "Yolanda, nanti malam kita akan pergi merayakan ulang tahun nenekmu. Jangan sampai gaunmu kotor!" Sambil berbicara, Nina mengeluarkan hadiah yang sudah disiapkan sebelumnya dan memeriksanya dengan cermat. Dia menyiapkan dua buah hadiah. Salah satunya adalah satu set teko keramik ungu yang agak mahal, diperuntukkan bagi keluarga pamannya. Paman Yolanda adalah wali kelas tujuh di SMA Pratama Jarga. Dia sudah siap kalau Yolanda harus masuk ke SMA terburuk sekalipun, tetapi jika dia bisa memasukkan Yolanda ke SMA Pertama, tidak akan ada lagi orang yang mengejek Yolanda di lingkaran sosial para ibu sosialita. Karena dia tidak tahu bahwa kepala sekolah SMA Pratama sudah memberi surat penerimaan kepada Yolanda, hari ini dia berencana meminta bantuan pamannya dengan baik-baik. Dengan harapan, bisa memasukkan Yolanda ke SMA Pratama. Walau Yolanda hanya bisa masuk ke kelas terburuk, yaitu Kelas 23, itu sudah cukup! "Nanti ketika sampai di hotel, bersikaplah manis, dan pastikan kamu bisa menyenangkan hati pamanmu!" Nina masih merasa khawatir terhadap Yolanda, jadi sebelum mereka berangkat, dia terus-menerus mengingatkan. Ini adalah satu-satunya kesempatan agar Yolanda bisa masuk ke SMA Pratama Jarga. Jangan sampai gagal lagi. Nina yang khawatir akan terlambat, memutuskan untuk berangkat satu jam lebih awal. Namun, saat mobil mereka sampai di jalan utama, mereka mendapati jalanan macet. "Apa yang terjadi di depan sana?" Melihat antrean mobil yang tidak bergerak, Nina bertanya dengan cemas. "Bu, saya akan turun untuk melihat!" Sopir keluarga Hartanto membuka pintu mobil dan berlari ke sana untuk melihat situasinya. Tidak lama kemudian, pak sopir pun kembali. "Bu, di depan memang ada kecelakaan! Ada seorang bocah laki-laki yang terluka parah. Mereka sekarang sedang menunggu ambulans dan polisi untuk datang menanganinya." Nina mengernyitkan dahi saat mendengar hal itu. "Berapa lama lagi kira-kira?" Sekarang akan sulit bagi mereka untuk putar balik. Kalau kecelakaan di depan tidak segera teratasi, mereka mungkin akan terlambat. "Nggak tahu, tapi bocah laki-laki itu terluka parah. Entah dia bisa bertahan sampai ambulans datang atau nggak." Sambil berkata begitu, sang sopir menghela napas dengan nada menyesal. "Sayang sekali, padahal bocah itu lucu." Nina mendengus. "Apa yang disayangkan? Mereka menahan jalan begitu lama. Kalau aku sampai terlambat, baru patut disayangkan!" "Cepat cari tahu apa ada jalan lain di sekitar sini yang bisa kita lewati. Eh, Yolanda, kamu mau ke mana?" Saat dia sedang menyuruh sopir untuk mencari jalan lain, tiba-tiba Yolanda langsung membuka pintu mobil dan turun. "Yolanda! Kembalilah!" Nina menjulurkan kepalanya keluar jendela mobil dan melihat Yolanda berlari ke depan tanpa menoleh ke belakang, jadi dia tidak bisa menahan diri untuk tidak meninggikan suaranya. "Kita akan terlambat, apa yang kamu lakukan?" "Ibu, aku turun untuk melihat." Yulia melepas sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil di sisi lain untuk mengejar Yolanda. Sementara itu, Yolanda sudah sampai di lokasi kecelakaan. Dia melihat seorang pria tampan berusia sekitar tiga puluh tahun sedang berlutut di samping bocah laki-laki dan berteriak cemas. "Apa ada dokter di sini?" "Ada yang bisa menyelamatkan putraku? Siapa pun yang menyelamatkannya, aku akan memberinya dua miliar!" Bocah laki-laki itu udah berlumuran darah dan tidak sadarkan diri. Karena luka bocah laki-laki itu terlalu parah, pria tampan itu hanya bisa berlutut di samping putranya tanpa berani menyentuhnya. Dia terus memanggil bantuan dengan suaranya yang makin terdengar putus asa. "Ambulans! Kenapa ambulans belum datang?" "Pak Wira, jalanan terlalu macet, ambulans nggak bisa masuk!" Seorang pengawal dengan serius berkata, "Bagaimana kalau kita bawa putra Anda keluar dari sini?" "Nggak bisa! Tulang rusuknya menusuk organ dalamnya, kita nggak boleh memindahkannya!" Pada saat itu juga, Yolanda langsung berlari menuju bocah laki-laki itu. Dia segera mengeluarkan sebuah kantong kain persegi panjang. Dalam kantong kain itu terdapat satu set jarum perak untuk akupunktur. Dia membelinya ketika mengambil obat di rumah sakit beberapa hari yang lalu. Tentu saja, jarum ini tidak sebaik yang biasanya dia gunakan, tetapi dalam situasi darurat, jarum ini tetap bisa menyelamatkan nyawa. "Apa kamu seorang dokter?" Mata pria tampan yang dipanggil "Pak Wira" itu langsung berbinar saat melihat gerakan Yolanda. Namun, tatapan penuh harapannya itu langsung berubah menjadi kecewa ketika melihat penampilan Yolanda. Yolanda benar-benar terlalu muda. Dia terlihat seperti siswa SMA atau mahasiswi yang baru masuk fakultas kedokteran. Meskipun begitu, kehadiran orang yang mengerti sedikit tentang medis lebih baik daripada tidak ada sama sekali. "Kalau sekarang kita nggak bisa memindahkannya, apa ada cara untuk menghentikan pendarahannya?" "Aku akan menghentikan pendarahannya sekarang!" Yolanda mencabut sebuah jarum perak dan bersiap untuk menusuknya ke titik akupunktur di dada bocah laki-laki itu. Kerusakan organ dalam seharusnya tidak bisa diselamatkan tanpa masuk ke ruang operasi, tetapi dia bisa menggunakan akupunktur untuk menghentikan pendarahan dan membuat anak laki-laki itu tetap bertahan hidup sampai ambulans datang. Saat itu juga terdengar suara Yulia dari belakang. "Yolanda, apa yang kamu lakukan?" Pria tampan itu mengernyitkan kening. "Jangan berisik, dia sedang menghentikan pendarahan putraku!" ujarnya dengan tegas. "P-Pak Wira?" Yulia segera mengenali pria tampan itu sebagai CEO Grup Zine, Wira Zidan. Seketika ekspresinya langsung berubah dan dia buru-buru berkata. "Pak, dia ini kakakku dan dia sama sekali nggak mengerti ilmu kedokteran!" "Apa?" Ekspresi wajah Wira langsung berubah drastis. Dia langsung menoleh ke arah Yolanda. Saat itu, Yolanda sudah menusukkan jarum perak pertama ke dada bocah laki-laki itu. "Berhenti! Kamu nggak mengerti tentang kedokteran, apa kamu mau membunuh putraku?" Wira dengan marah bangkit dari jalan dan ingin memukul Yolanda. Yolanda sama sekali tidak menoleh. Dia masih memegang jarum perak dengan satu tangan, sementara tangan lainnya menangkap tangan Wira dengan tepat. Sekarang sebagian racun dalam tubuhnya sudah dibersihkan. Meskipun kekuatannya belum pulih sepenuhnya seperti dulu, masih lebih dari cukup untuk sekadar mengalahkan orang biasa. "Cuma butuh satu jarum lagi untuk menghentikan pendarahan putramu. Kalau kamu memaksaku untuk berhenti sekarang, nyawanya nggak akan tertolong." Mendengar itu, gerakan Wira tiba-tiba terhenti. Entah kenapa, dia merasa terintimidasi oleh aura seorang siswi SMA. Situasi genting saat ini membuatnya tidak punya waktu untuk berpikir panjang. "Kakak, kamu bicara apa sih?" Yulia pun panik. "Kamu bahkan belum lulus SMA, bagaimana mungkin kamu bisa menyelamatkan seseorang? Tadi aku juga dengar Pak Wira bilang siapa pun yang menyelamatkan anaknya akan diberi dua miliar, tapi kamu kan nggak punya kemampuan itu. Jangan sampai tergoda oleh uang!" Dia benar-benar cemas sekarang, sehingga dia tidak peduli lagi tentang dendam antara dia dan Yolanda. Wira adalah kepala keluarga Zidan saat ini dan juga CEO Grup Zine. Keluarga Zidan tidak seperti keluarga Hartanto, mereka adalah salah satu keluarga paling terpandang di Kota Jarga. Jika Yolanda sembarangan mengobati putra Wira dan sesuatu terjadi, seluruh keluarga Hartanto akan terkena dampaknya. "Pak Wira, kakakku benar-benar nggak mengerti tentang ilmu kedokteran. Dia datang dengan gegabah hanya demi uang, tolong hentikan dia segera!" Yulia benar-benar tidak menyangka Yolanda bisa sebodoh ini. Berani-beraninya gadis tidak berguna dan tidak tahu apa-apa, mencoba mengobati seseorang? Setelah mendengar perkataan Yulia, wajah Wira makin tidak enak dipandang. Awalnya. kemunculan Yolanda membuatnya memiliki sedikit harapan. Baru saja dia berpikir anaknya bisa diselamatkan. Namun, sekarang dia tahu bahwa Yolanda tidak tahu apa-apa tentang kedokteran. Dia bukan datang untuk menyelamatkan anaknya, melainkan untuk mencari uang dan membahayakan nyawa anaknya! "Aku nggak akan memberimu uang. Pergi dari sini! Jangan sentuh putraku!" Namun, tepat saat Wira berteriak, tiba-tiba ... "Pak Wira! Pak Wira, pendarahan putra Anda sudah berhenti!"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.