Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 13

Pengawal tiba-tiba teriak karena terkejut. "Apa?" Wira tertegun. Dia segera melihat ke arah anak laki-laki itu. Bibir anak laki-laki itu yang awalnya terus-menerus mengeluarkan darah segar, saat ini memang sudah berhenti. Setelah tertegun sejenak, dia langsung berlutut di depan Yolanda. "Maaf, tadi aku sudah salah bicara. Aku mohon selamatkanlah dia, pastikan dia tetap hidup!" "Aku pasti akan menyelamatkannya, kamu nggak perlu seperti ini." Sambil berbicara, Yolanda sudah menusukkan jarum ke dalam nadinya. "Tapi, dia harus segera dioperasi. Aku hanya bisa membantu untuk menghentikan darah supaya dia bisa bertahan sampai masuk ke dalam ruang operasi." "Baik, selama kamu dapat membantunya untuk bertahan sampai mobil ambulans datang, aku akan menyanggupi persyaratan apa pun darimu!" Wira berkata dengan serius pada Yolanda. Yolanda hanya diam, lalu dia kembali fokus menusukkan jarum ke nadi anak laki-laki itu. Pada saat ini, Yulia yang berdiri tidak jauh dari sana benar-benar terkejut. Apa yang terjadi? Yolanda bisa akupunktur? Dia bisa menyembuhkan orang? Tidak mungkin. Seorang yang ditahan di Lembaga Pembinaan Remaja selama tiga tahun, bahkan tidak menyelesaikan SMA, bagaimana bisa memiliki pengetahuan tentang teknik pertolongan pertama? Ketika dia masih tertegun sambil melihat punggung Yolanda, Yolanda sudah bangkit berdiri. "Darah yang keluar sudah dihentikan." "Bagus sekali! Terima kasih, terima kasih!" Wira tidak bisa menahan air matanya. Anak laki-lakinya adalah orang yang paling penting dalam hidupnya. Tidak ada yang tahu betapa dia sangat putus asa ketika melihat anak laki-lakinya terbaring dengan berlumuran darah. Pada saat bersamaan, tidak jauh dari sana terdengar suara sirene mobil ambulans. Mobil ambulans tiba dengan cepat. "Cepat antarkan dia ke rumah sakit." Yolanda menyimpan jarum perak ke dalam tasnya. Mobil ambulans sudah datang, maka sudah tidak ada urusan dengannya lagi. "Tunggu!" Sepertinya Wira teringat sesuatu, maka segera berlari ke mobilnya dan mengambil sebuah kotak dan memberikannya pada Yolanda. "Ini untukmu, anggap saja sebagai ucapan terima kasih. Nanti ketika anakku sudah sembuh, aku akan memberimu hadiah lain yang lebih baik lagi!" "Oh ya, namamu Yolanda, bukan?" Yolanda mengangguk, "Ya." Dia langsung menerima kotak dari Wira tanpa sungkan. Setelah Wira menyerahkan kotak itu, dia segera mengarahkan dokter dan perawat yang turun dari ambulans untuk mengangkat anaknya masuk ke dalam ambulans. Sementara itu, Yulia masih berdiri dengan kebingungan di tempatnya. Melihat Yolanda berjalan melewatinya menuju mobilnya, seperti seorang yang baru bangun dari tidur, dia langsung menyusul Yolanda. "Kamu dari mana saja?" Yolanda membuka pintu mobil kemudian masuk ke dalam, Nina langsung bertanya dengan marah. Tadi sopir mereka sudah menemukan jalan kecil yang bisa dilalui. Namun, karena Yolanda dan Yulia belum kembali, jadi mobil mereka sementara harus berhenti di sini. "Melihat pertunjukan." Yolanda menjawab dengan tenang. Dia tidak langsung mengatakan pada Nina bahwa dirinya baru saja menolong orang. Pertama, meskipun dia mengatakan seperti itu, Nina tidak akan percaya. Kedua, kalau dia mengatakan seperti itu, Nina pasti akan banyak bertanya. Untuk saat ini dia tidak dapat memberikan penjelasan yang masuk akal. Namun, tidak tahu apa yang akan di katakan Yulia nanti. Nina makin marah setelah mendengar jawaban Yolanda. "Di saat seperti ini kamu masih bisa melihat pertunjukan?" "Cepat pikirkan apa yang harus kamu lakukan untuk menyenangkan Nenek dan Pamanmu di pesta ulang tahun Nenek nanti!" "Sehari-hari kamu tidak pernah memikirkan apa pun, lalu kamu berharap aku selalu menyiapkan jalan keluar untukmu?" Nina makin benci melihat Yolanda. Pada saat ini, perasaan baik terhadap toko perhiasan dan pameran lukisan yang sudah terbentuk dalam hati Yolanda, lenyap begitu saja. Nina kembali berpikir sejenak. Jika waktu itu dirinya hanya melahirkan satu anak perempuan saja, akan lebih baik. Yolanda hanyalah seorang pecundang! Dia harus menghadapi berapa banyak sindiran lagi dari komunitas ibu-ibu karenanya? Nina makin memikirkannya, dia merasa makin marah. Dia langsung menghadap ke arah lain. Pada saat itu, Yulia perlahan masuk ke dalam mobil. Namun, dia tidak mengatakan apa pun dan juga tidak mengadu pada Nina. Yolanda merasa agak heran, lalu melihat sekilas ke arah Yulia. Yulia sepertinya tidak menyadari tatapan Yolanda. Dia seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri. Pada saat ini, dia masih sangat terkejut dan kesadarannya belum sepenuhnya kembali. Dia tidak mengerti kenapa Yolanda bisa mengerti tentang teknik akupunktur dan bagaimana bisa dia melakukan pertolongan pertama! Jangankan Yolanda yang ditahan di Lembaga Pembinaan Remaja selama tiga tahun. Meski dia dalam tiga tahun ini sekolah seperti biasa, dia juga tidak mungkin bisa mendapatkan pengetahuan seperti ini! Jadi, sampai sekarang Yulia masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa Yolanda memberikan pertolongan untuk anak Pak Wira. Namun, dia segera terpikirkan kemungkinan lainnya. Mungkin saja ini sebuah kebetulan? Awalnya anak Pak Wira memang tidak terluka begitu parah. Walaupun Yolanda tidak melakukan sesuatu, darah akan segera berhenti mengalir. Jadi, Yolanda hanya beruntung saja. Sama sekali bukan karena perbuatannya. Benar! Hanya ada alasan ini. Jika tidak, dia sama sekali tidak mengerti bagaimana bisa Yolanda tahu tentang ilmu kedokteran. "Yulia! Yulia!" Saat Yulia masih termenung, mobil sudah sampai di tempat tujuan. Nina melihat Yulia hanya duduk diam, dia menarik lengannya. "Ah! Ada apa?" Yulia mengangkat kepala dengan agak kebingungan, kemudian baru menyadari bahwa mereka sudah sampai di depan hotel tempat acara ulang tahun diadakan. "Turun! Ada apa denganmu? Sejak naik mobil kamu melamun. Apa kamu sakit?" Nina agak khawatir. Jika Yulia sakit dan tidak bisa hadir di acara ulang tahun, dia sudah tidak punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Dia juga tidak bisa mendapat sanjungan dari kerabat lainnya. Jika semua orang memberi perhatian pada Yolanda, dia bukan hanya tidak bisa menjadi pusat perhatian. Yang ditakutkan justru akan membuat malu. Ketika dia memikirkan kemungkinan yang akan terjadi, Nina sangat ingin mencekik Yolanda sampai mati. Yulia langsung menampilkan senyuman manis. "Nggak, aku tadi sedang memikirkan topik penelitian kelompok, jadi nggak fokus." "Ibu, Ibu nggak perlu khawatir. Ayo kita segera masuk, jangan sampai Nenek menunggu dengan gelisah!" "Baik." Nina melihat respons Yulia, hatinya yang tadi merasa cemas menjadi tenang kembali. Hanya anak perempuannya yang perhatian dan bijaksana. Lalu, dia melihat ke arah Yolanda yang bertubuh gemuk, tanpa sadar mengerutkan keningnya. Kali ini. Di dalam hatinya, dia sekali lagi menyesali idenya membiarkan Yolanda keluar dari Lembaga Pembinaan Remaja. Ketika Nina dan anak-anaknya masuk ke dalam ruang VIP, semua kerabat dan tamu sudah berkumpul. Hari ini adalah perayaan ulang tahun ke-66 tahun Meilina, tentu saja harus dirayakan dengan meriah. Jadi, tidak hanya memilih hotel bintang lima yang terkenal di Kota Jarga sebagai tempat acara, juga mengundang kerabat jauh yang jarang datang berkunjung. Setelah Nina dan dua anaknya masuk, mereka langsung menjadi pusat perhatian semua orang. Seorang wanita paruh baya yang berpakaian setelan berwarna merah muda berdiri dari tengah kerumunan orang. Rambutnya dikeriting dengan model kekinian, lalu dicat berwarna coklat muda. Dia juga memakai cincin berlian dua karat di jarinya, membuatnya selalu merapikan rambutnya setiap dua menit sekali. Wanita paruh baya ini adalah istri dari anak ketiga keluarga Hartanto bernama Lanny Junadi. Orang-orang yang berada di meja tempat Lanny duduk, sebagian besar adalah kerabat perempuan keluarga Hartanto. Baru saja dia membuka mulut, semua orang mendukungnya. "Benar, Kak Sergio sedang dinas ke luar kota dan nggak bisa datang masih bisa dimaklumi, tapi Kak Nina malah datang terlambat, nggak sopan!" "Bu Meilina biasanya sangat baik pada keluarga kalian, kalian nggak menghargainya seperti ini, dia bisa kecewa!"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.