Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 11

Di hadapan cemoohan orang banyak, Yulia diam-diam menundukkan kepalanya, terlihat seperti sedang sedih karena malu dengan ulah kakaknya. Namun, dari sudut pandang yang tidak terlihat oleh orang lain, dia sedang tersenyum puas. "Maafkan saya, Pak Chandra. Putri sulung saya ini memang nggak tahu sopan santun. Tolong jangan hiraukan dia ... " "Hmm, dia memang nggak sopan sekali!" "Mereka berdua adalah putrimu, tapi mereka bagaikan langit dan bumi. Aku benar-benar nggak mengerti bagaimana caramu menjadi seorang ibu!" Chandra merasa suasana hatinya yang tadinya baik menjadi hancur dan kata-katanya pun makin pedas. Nina khawatir ucapan sembarangan Yolanda akan memengaruhi penerimaan Yulia sebagai murid. Dia pun segera menahan amarahnya dan meminta maaf dengan menunduk. "Maafkan saya, karena telah mengganggu kenikmatan Anda dalam menikmati pameran lukisan hari ini. Saya akan segera membawanya pulang dan akan menghukumnya dengan berat!" Setelah Nina selesai berbicara, dia akan mencoba meraih lengan Yolanda dan membawanya pergi. Namun, pada saat itu, tiba-tiba terdengar keributan dari kerumunan di belakang. "Pak Calvin!" "Pak Calvin!" Orang-orang yang sebelumnya berkerumun itu segera membuka jalan. Lalu, seorang lelaki tua datang sambil dikawal oleh beberapa pengawal. Orang itu tidak lain adalah Calvin, orang yang diselamatkan oleh Yolanda di rumah sakit hari itu. "Ada apa ini ribut-ribut?" Calvin terlihat agak tidak senang. Di pameran lukisan, berisik adalah hal yang sangat dilarang. Apalagi banyak orang berkerumun di satu tempat, hal benar-benar mengganggu orang lain yang ingin melihat pameran. "Pak Calvin!" Chandra bergegas menghampiri Calvin setelah melihat kedatangannya. Dia membantu gurunya berjalan ke dalam sambil menjelaskan. "Nggak ada apa-apa, cuma seorang anak yang ngga tahu sopan santun. Dia bilang kalau lukisan Nusantara yang dipajang oleh penyelenggara adalah tiruan." "Apa? Lukisan Nusantara?" Langkah Calvin terhenti dan wajahnya langsung berubah serius. Pandangannya kemudian tertuju pada lukisan besar sepanjang tiga meter di dinding. Perlahan-lahan, ekspresinya berubah makin kesal. "Pak, Anda juga pasti berpikir hal ini sangat nggak masuk akal, 'kan? Tapi, jangan khawatir, aku sudah menegurnya tadi!" Chandra mengatakan hal itu sambil menunjuk Yolanda. Ketika Calvin melihat Yolanda, matanya langsung menunjukkan persetujuan. "Dia benar." Dia koma di rumah sakit hari itu dan baru sadar beberapa menit setelah Yolanda pergi. Dia hanya tahu dari Gideon bahwa yang menyelamatkannya adalah putri keluarga Hartanto, tetapi dia tidak mengenal Yolanda secara langsung. "Pak, Anda jangan sekali-kali berurusan dengan orang seperti ini ... apa?" Chandra baru saja mengatakan setengah kalimat, lalu tiba-tiba menyadari apa yang dikatakan Calvin. Suasana di sekeliling langsung berubah sunyi. "Aku bilang dia benar, lukisan ini memang tiruan!" "Pihak penyelenggara sebelumnya telah bernegosiasi dengan kolektor pribadi untuk meminjam lukisan 'Nusantara' yang asli, namun gagal. Lalu mereka menggunakan tiruanku sebagai pengganti." "Aku sudah menolak dengan tegas sebelumnya, tetapi penyelenggara memanfaatkan momen ketika aku masuk rumah sakit, dan malah memamerkan lukisan ini. Bahkan mengakuinya sebagai karya asli dari Jola. Ini benar-benar keterlaluan!" Chandra memandang tak percaya pada gurunya dengan mata terbelalak. "Pak, tadi Anda bilang ... kalau lukisan itu ... benar-benar tiruan?" Wajah orang-orang di sekitar juga dipenuhi keterkejutan. Apa yang sedang terjadi? Banyak dari mereka adalah penikmat seni berpengalaman. Namun, tidak satu pun yang menyadari bahwa lukisan ini adalah tiruan, kecuali gadis kecil yang sebelumnya mereka remehkan dan mereka hina. "Pak Calvin, Anda pasti bercanda, 'kan?" Masih ada beberapa orang yang tidak percaya, bahkan ada yang nekat menyuarakan keraguan mereka. Yulia yang mendengar itu, menatap Calvin dengan harapan. Saat itu, hanya ada satu pikiran yang terlintas di benaknya, yaitu pasti Calvin sedang bercanda. Bagaimana mungkin Yolanda yang sama sekali tidak mengerti lukisan tradisional bisa mengetahuinya? Jika sebelumnya di rumah, Yolanda bisa saja menebak dengan benar lukisan tiruan itu karena kebetulan. Kalau sampai dia benar lagi kali ini, maka itu sama saja mempermalukannya. Yulia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Yolanda, yang selalu dia pandang rendah, terus-menerus menjadi pusat perhatian. Namun, begitu pertanyaan itu keluar dari mulut orang di tengah kerumunan, Calvin langsung berteriak dengan marah. "Apa seni bisa dianggap sebagai lelucon?" Begitu kata-kata Calvin terlontar, seketika seluruh ruangan menjadi sunyi senyap. Benar ... benarkah? Jadi, apa yang dikatakan gadis kecil itu benar adanya? Saat itu juga, orang-orang yang sebelumnya dengan sombong mengejek Yolanda, sekarang sangat malu sampai ingin sekali menghilang dari muka bumi. Seorang gadis kecil bahkan memiliki wawasan yang lebih baik dari mereka. Hidup mereka selama ini terasa sia-sia! "Pak, bukannya tadi Anda bilang Anda nggak enak badan? Kenapa sekarang Anda datang?" Chandra yang merasa malu, buru-buru cepat-cepat mengalihkan topik. "Aku datang untuk mencari seseorang!" Calvin bertanya sambil memandang sekeliling. "Apa keluarga Hartanto sudah datang?" "Keluarga Hartanto?" Nina dan Yulia sama-sama terkejut. Meski di kota Jarga ada beberapa keluarga bernama belakang Hartanto, keluarga mereka hanyalah keluarga kelas dua dan tidak berada di posisi untuk disebut langsung oleh Calvin. Jadi, mereka tidak berani berbicara sembarangan. Yolanda mengernyitkan keningnya, lalu diam-diam berbalik dan keluar dari kerumunan, berjalan menuju luar aula pameran. Dia tahu benar apa maksud Calvin. Dia hanya menggunakan akupunktur untuk menstabilkan kondisi Calvin saat itu, tetapi belum sepenuhnya menyembuhkannya. Begitu Calvin sadar, tentu saja hal pertama yang ingin dia lakukan adalah mencari Yolanda. Jika di tempat yang berbeda, mungkin Yolanda akan bersedia membantu. Namun, dengan begitu banyak orang di pameran seni ini, dia tidak ingin menjadi pusat perhatian. Selain itu, Nina dan Yulia juga ada di sana. Jika dia menunjukkan kemampuan medisnya, akan sulit baginya untuk menjelaskan hal itu. Pada saat itu, semua orang sedang mencari "keluarga Hartanto" yang disebutkan oleh Calvin, dan tak ada seorang pun yang menyadari bahwa Yolanda sudah diam-diam pergi. Beberapa saat kemudian, tidak ada seorang pun yang berani maju ke depan. "Apa keluarga Hartanto nggak datang?" Suara Calvin terdengar sedikit cemas. Gideon sebelumnya sudah memastikan bahwa keluarga Hartanto juga akan datang ke pameran lukisan hari ini. Jadi begitu dia bisa turun dari tempat tidur, dia langsung bergegas ke sini. "Dulu waktu aku sakit dan dirawat di rumah sakit, orang dari keluarga Hartanto-lah yang menyelamatkanku. Hari ini aku datang khusus untuk berterima kasih padanya dan berharap dia bisa membantuku sekali lagi untuk menyembuhkan penyakit lamaku." Setelah mendengar perkataan Calvin, orang-orang di sekitar mulai bergerak, mencari orang dari keluarga Hartanto. Namun, tidak ada yang pernah mendengar tentang keluarga Hartanto di Jarga yang terkenal dalam dunia kedokteran. Jadi setelah mencari dalam waktu yang lama, semua orang terlihat cemas dan bingung. Nina dan Yulia juga menjulurkan leher mereka, untuk mencari ke sekeliling. Sekarang mereka berharap lebih dari siapa pun untuk bisa segera menemukan orang-orang dari keluarga Hartanto. Jika mereka bisa menemukannya terlebih dahulu, mereka juga bisa mendapatkan sedikit simpati dari Calvin. Namun, tidak peduli seberapa keras orang-orang berusaha mencari, mereka tidak menemukan apa-apa. Calvin menghela napas dengan kecewa. "Mungkinkah dia nggak datang hari ini?" Jika dia tidak bisa menemukan dokter yang menyelamatkannya, hidupnya mungkin hanya tersisa dua atau tiga bulan lagi. "Pak Calvin!" Tiba-tiba, Gideon, asisten pribadi Calvin, berlari masuk dengan tergesa-gesa. Mengingat kondisi kesehatan Calvin saat ini yang tidak memungkinkan beliau terlalu banyak beraktivitas, Gideon tadi terus bernegosiasi dengan pihak penyelenggara untuk membatalkan semua perkuliahan Calvin selanjutnya. Namun, ketika dia baru saja masuk, dia melihat Yolanda berpapasan dengannya. Gideon terengah-engah berlari ke hadapan Calvin. "Barusan aku melihat gadis itu keluar!" "Aku ingin menghentikannya, tapi aku sedikit terlambat. Sekarang aku sudah mengirim orang untuk mencarinya!" Calvin sekarang merasa jauh lebih tenang. Dia menghela napas. "Mungkin ini sudah takdir." Di usianya yang sudah tua ini, bisa hidup sehari lebih lama saja sudah merupakan berkah. Jika dia benar-benar tidak bisa menemukan gadis itu, mungkin ini juga kehendak Tuhan. "Pak Calvin, saya punya beberapa pertanyaan yang ingin saya tanyakan kepada Anda!" Yulia melihat Calvin sepertinya sudah menyerah mencari, jadi dia langsung maju untuk mendekati Calvin. Sayangnya, sebelum Yulia mendekat, Gideon langsung menghalanginya. "Nggak boleh! Pak Calvin sedang nggak sehat, jadi beliau nggak boleh terlalu lelah!" "Pak Calvin, aku akan mengantarmu ke ruang istirahat." "Hmm." Calvin mengangguk. Dia bahkan tidak melirik Yulia dan pergi dengan bantuan Gideon. Wajah kecil Yulia tiba-tiba menegang. Kemudian, dia hanya bisa menatap kosong saat Calvin meninggalkan ruangan pertemuan. Nina melihat ekspresi kecewa Yulia, lalu menepuk bahunya. "Yulia, orang sepenting Pak Calvin mungkin nggak akan menerima murid lagi. Lagi pula, dia juga terlalu tinggi untuk kita dekati. Nggak masalah, kok." Yulia mengangguk. Meskipun Calvin tidak memperhatikannya, dia juga tidak memperhatikan orang lain, bukan? Lalu kenapa kalau Yolanda kebetulan benar lagi kali ini? Dia adalah siswa berprestasi di SMA Pratama, sedangkan Yolanda hanyalah seorang gadis yang telah menghabiskan tiga tahun di Lembaga Pembinaan Remaja dan tidak bisa masuk ke sekolah mana pun, bahkan yang paling buruk sekalipun! Sekalipun Yolanda mendapat sorotan hari ini, dia tetap tidak sebanding dengannya! "Ke mana gadis sialan itu pergi?" Tidak lama kemudian, Nina menyadari bahwa Yolanda sudah tidak ada. Dia selalu menghilang di saat-saat penting, seperti waktu di toko perhiasan sebelumnya. Namun, belakangan ini, tingkah Yolanda memang agak mengejutkan. Seperti waktu di toko perhiasan, dia berhasil mendapatkan rekaman CCTV toko. Kali ini, hanya dia yang menyadari bahwa lukisan 'Nusantara' itu adalah tiruan. Apa mungkin Yolanda benar-benar berubah dan mulai belajar dengan sungguh-sungguh? Dia tidak berharap Yolanda menjadi sangat hebat, dia hanya berharap kemampuan Yolanda sebanding dengan separuh dari kemampuan Yulia, sehingga dia tidak akan merasa rendah diri di lingkaran sosial para ibu sosialita. Ekspresi termenung Nina tidak luput dari perhatian Yulia. Meskipun tampak tenang di luar, sebenarnya Yulia tengah mengepalkan tinjunya erat-erat. "Yolanda, kamu ingin bersaing denganku lagi, ya?" "Harusnya aku nggak membiarkanmu keluar secepat ini ... "

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.