Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Manusia Tidak Bermoral

Tenang saja Erland, suatu saat saya yang akan menghancurkanmu. Batin Chloe. Perjalanan ini cukup panjang, Erland seolah sengaja mengajak Chloe ke tempat jauh. Namun, jalan ini sangat dikenali oleh Chloe, ini adalah jalan menuju ke gedung perusahaan ayahnya dulu. Melewati jalan ini sama saja dengan membuka luka lama. Ayahnya Chloe-Abraham mengalami kebangkrutan akibat pengkhianatan seseorang yang sampai sekarang belum terkuak identitasnya. Dulu kehidupan keluarga Chloe hampir sama dengan Erland walau masih sedikit di bawahnya. Namun kenyataannya, sekarang Chloe tidak memiliki apapun. Bahkan harga dirinya terpaksa ditukar dengan uang. Gedung pencakar langit yang sudah berubah nama dilewati mobil Erland, tatapan Chloe berusaha lari dari bangungan yang membuat ayahnya memiliki stroke dadakan. Namun, kala ekor mata Chloe menangkap seseorang tidak asing, lehernya segera memutar seiring laju mobil. "Hentikan mobilnya!" titah lantangnya pada Erland. "Tidak mau, jangan memerintahku!" tegas Erland. Leher Chloe semakin memutar hingga seseorang itu menghilang dari pandangan akibat mobil yang terus melaju. "Ck!" rutuknya hanya mampu sampai batas berdecak. Itu Om Edward, kan? Sedang apa Om Edward di halaman perusahaan, bukankah perusahaan papa sudah dijual dan tidak ada kerjasama apapun harusnya Om Edward ikut angkat kaki? Batin Chloe menerka-nerka apa yang terjadi. Sebenarnya Chloe tidak sendiri di kota ini, ada Edward-adik dari Abraham. Namun, setelah Abraham bangkrut, Edward tidak pernah menampakan dirinya lagi, bahkan kala Abraham dan Riani meninggal dunia. Edward juga tidak pernah dapat dihubungi sampai sekarang. Sepanjang perjalaan, Chloe memikirkan Edward, berharap pamannya itu bisa mengulurkan tangannya di saat terburuk seperti ini. "Mengapa diam saja? Hari ini kau tenang sekali," ucap Erland. "Bukan urusanmu!" Chloe merasa terusik dengan kalimat Erland. "Tentu saja urusanku, sebentar lagi kau sah menjadi istriku." Erland akan menjadikan pernikahan mereka sebagai jalan untuk menguasai Chloe sepuas hatinya tidak terkecuali dengan rahasia-rahasia kecil Chloe. "Sudahku katakan bukan urusanmu!" Chloe membuang wajahnya kembali ke arah jendela. Saya harus bisa menemui Om Edward saat Erland lengah. Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan. Mobil berhenti di halaman sebuah restoran. "Tunggu sebentar." Erland mengunci mobil dari luar, kemudian masuk ke dalam sana. "Selalu seperti ini, Erland senang sekali mengurungku!" Namun, kondisi ini sedikit menguntungkan karena Chloe bisa leluasa mencari tahu tentang Erland, apapun itu. Kedua tangannya mulai menggeledah. Namun, tidak menemukan apapun sampai Erland kembali dengan sesuatu di tangannya. "Minum ini!" Segelas jus di dalam cup disodorkan. Chloe tidak lantas menerimanya. "Pasti kau sudah memasukan sesuatu ke dalamnya." "Baguslah jika kau tidak mau." Alih-alih membujuk sampai Chloe menerima sodorannya, justru Erland menyeruput jusnya hingga tandas. Chloe tidak berekspresi apapun, bahkan matanya tiba-tiba buram jika mengarah pada Erland. Tidak lama, mobil berhenti di halaman butik. Erland dan Chloe berjalan tanpa bergandengan tangan. "Saya ingin gaun termahal." "Baik tuan, kami mempunyai gaun dengan kualitas terbaik." Pelayan menunjukan gaun yang terpajang di manequeen. "Saya ambil ini." Setuju Eland tanpa membahas jenis kain dan harga, "untuk dia." Leher Erland sedikit memutar dan pelayan segera mengerti. Tubuh Chloe langsung diukur. "Kau sudah menikah?" tanya Chloe pada si pelayan kala mereka hanya berdua di dalam ruangan khusus. "Belum, nona." "Jika calon suamimu seperti Erland, apa kau mau?" "Tentu, Tuan Erland adalah pria sempurna. Nona beruntung sekali mendapatkannya." Chloe tersenyum hambar. Sebenarnya beberapa waktu lalu, Erland pernah membawa Sheilla kesini dan memilihkan gaun yang sama mahalnya dengan yang akan digunakan Chloe. Jadi, ekspresi si pelayan sedikit aneh kala menyambut customernya. Atas dasar itu Chloe bertanya yang sebenarnya tidak penting karena keanehan si pelayan tampak jelas. "Nona memiliki tubuh yang bagus," puji si pelayan. Padahal tinggi Chloe hanya 155cm sangat jauh berbeda dengan Sheilla. "Simpan saja pujianmu!" ketus Chloe dengan kedua tangan melipat di depan dada, "saya ingin segera keluar dari sini!" "Silahkan nona." Si pelayan masih bisa bersikap ramah pada calon pengantin Erland walau sifat Chloe sangat berkebalikan dengan Sheilla. Erland tidak menyambut kedatangan Chloe. "Ada ukuran yang pas untukmu?" tanya pria ini dengan tatapan mata mencibir postur tubuh Chloe. "Tanyakan saja sendiri!" ketus Chloe. Siapa yang tidak akan kesal jika fostur tubuhnya dianggap sebagai bahan ejekan? "Saya harus berusaha lebih keras andai ukuranmu tidak ditemukan di sini!" Masih ejek Erland. "Lakukan saja maumu." Chloe melengos tidak peduli. Gadis ini sangat tenang, hingga membuat naluri Erland ingin mengganggunya. "Chloe-calon istriku, bolehkan saya menciumu?" ucap lantang Erland masih di dalam butik. Seketika Chloe menutup akses suara ke dalam ruang dengarnya, dia masih berjalan menjauh dari Erland, tapi pria itu masih mengekor. "Ayolah sayang, jangan pelit." Para wanita yang mendengar pinta Erland merasa gemas dan berharap jika posisi Chloe digantikan oleh mereka. Namun, berkebalikan dengan Chloe yang justru ingin menghilang dari jarak pandang Erland. "Sayang ... ayolah." Satu tangan Chloe berhasil digapai, kemudian Erland menariknya hingga tubuh mungil itu terbawa seiring tarikan. Kini punggung Chloe sudah ditahan oleh lengan kekar Erland, "jangan pelit, sayang." Satu mata dikedipkan. "Menjijikan sekali!" desis Chloe. Namun, bibir itu segera dibuat bungkam kala Erland mencicipinya cukup mesra. Gemas dan iri bercampur, menyerang para wanita di dalam ruangan. Kedua tangan Chloe mendesak dada Erland, hingga pria itu melepaskan tautan bibirnya. Beralih berbisik, "Kau harus bersyukur bisa merasakan keromantisan Erland." Daun telinga Chloe digigit mesra. "Lepaskan!" desis Chloe. Tangannya tidak berhenti mendorong dada Erland, hingga si pria menjauh. Chloe melirik ke sisi kanan dan kirinya, ternyata mereka menjadi tontonan. "Manusia tidak bermoral!" tegurnya masih dengan suara rendah, kemudian masuk ke dalam mobil. Namun, Erland tidak menyusul karena menunggu gaun yang akan dikenakan Chloe nanti. "Menyebalkan!" hardik Chloe di dalam mobil, "mengapa pria itu selalu se-enaknya dan berlaga pemilik dunia ini!" Punggung tangannya mengusap kasar sisa ciuman Erland, "dulu Dean yang melakukannya." Perih kembali menantang mentalnya. Wajahnya tengadah untuk menahan air mata yang hendak terjatuh. Cukup lama Chloe duduk sendiri di dalam mobil, hingga akhirnya Erland kembali. "Kau beruntung, gaunnya sudah siap dan besok kau akan memakainya." Mesin mobil dinyalakan, tapi mulut Chloe tidak berbunyi. Erland melirik bersama setengah bibir menyungging. "Kau masih marah padaku?" "Memang kapan saya tidak marah padamu!" "Bagus, marahlah. Lagipula saya tidak peduli." Sikap dingin sangat mendominasi dalam diri Erland. Bersambung ....

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.