Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Tujuannya Kini adalah Uang

"Dean, saya ingin meminta maaf karena saya tidak bisa melanjutkan hubungan kita." Itu, kalimat yang ingin disampaikan Chloe pada tunangannya walau terdengar kejam, tapi gadis ini harus melakukannya sebelum luka di hati Dean semakin melebar. Sekitar dua jam menunggu, Erland baru menampakan batang hidungnya kembali. "Bagus, kau sudah cantik!" Bukan pujian, pria ini hanya tidak ingin berjalan bersisian bersama seorang gadis lusuh. Chloe duduk di depan meja rias, dia baru saja didandani oleh seorang pelayan. Pakaian yang digunakannya terbuka di bagian punggung, Chloe sengaja memilih gaun ini agar bukan hanya Erland, tapi setiap pria bisa melihat kulit halusnya. Untuk apa menutup tubuh, sekarang setiap incinya sudah tidak berharga? "Ganti pakaianmu, kau tampak bagai wanita malam!" cerca Erland. Alih-alih menurut, Chloe menantang, "Bukankah kau yang menyediakan pakaian ini, saya menemukannya di dalam lemari baju!" "Iya, memang itu pakaian untukmu, tapi untuk malam hari. Bukan di bawah matahari begini!" jelas Erland cukup mengutamakan ketegasan seraya membuka satu persatu kancing kemejanya. "Saya tidak mau mengantinya, saya nyaman menggunakan pakaian ini." Bibir Chloe menyeringai tipis seraya menatap ke arah cermin. "Jangan selalu menguji kesabaranku!" Kali ini Erland membuka salah satu pintu lemari dan melempar salah satu gaun dengan porsi pas, tidak terlalu minim bahan, "jika setelah saya kembali dari kamar mandi kau belum memakainya, terima akibatnya!" Pria ini segera menghilang ditelan dinding ruangan lembab itu. "Pengatur!" hardik Chloe. *** "Kau bilang akan memilih gaun pengantin, tapi mengapa kemari?" protes Chloe karena untuk kedua kalinya dia akan dihadapkan pada pembenci dirinya yaitu orangtua Erland. "Kau pikir saya akan menikah tanpa restu orangtua. Ck, hidup saya tidak sebatang kara sepertimu!" cibir Erland pada status Chloe yang seorang anak yatim piatu dan dia menjadikannya sebagai bahan bullyan. Selalu saja Chloe luruh jika menyangkut orangtua dan hampir saja sebutir tetesan keristal jatuh, tapi jari telunjuknya lebih cekatan. "Erland, kau masih berani kemari?" ucap Elena seraya melipat kedua tangan di depan dada. Erland mengerjap, tidak biasanya Elena bersikap ketus seperti ini. "Mama tidak suka?" "Tentu!" Gerakan bola mata Elena menggambarkan ketidaksukaannya, "karena kau datang bersama perempuan itu lagi!" Lirikannya diarahkan pada Chloe yang berdiri di belakang Erland dengan muka masam. Erland memutar lehernya guna memeriksa keberadaan Chloe sekejap dan kembali berkata pada Elena, "Dia memang gadis menyebalkan, mama tidak salah membencinya." Pasangan normal akan membela, tapi justru yang dilakukan Erland semakin memojokan Chloe, "tapi seperti yang Erland katakan, dia bisa memberikan cucu untuk mama." Pria ini segera meraih bahu Elena, kemudian menggiringnya hingga duduk di atas sofa, "Erland ingin bicara, apa papa ada?" "Papamu baru saja keluar dan sebenarnya mama juga sedang sibuk," dusta Elena saking tidak inginnya menatap Chloe. "Sayang sekali." Erland memegangi plipisnya beberapa detik bersama hembusan napas. Namun, gestur tubuhnya itu meluluhkan Elena. "Iya sudah, apa yang ingin kau bicarakan?" Erland menerbitkan senyumannya. "Jadi ...." Saat Erland akan membuka mulut, Chloe duduk tanpa dipersilahkan dan masih memertahankan wajah masamnya. Erland menatap Elena seolah berkata, tidak usah memerdulikan dia. "Jadi, Erland akan menikahinya lusa. Mama setuju?" Elena terperanjat, sedangkan Chloe sibuk memainkan kukunya dengan santai. "Erland, kau selalu saja membuat keputusan tidak benar!" tegur Elena, kemudian beralih mencerca Chloe, "apa yang kau lakukan pada putra saya? Erland adalah seorang keturunan bangsawan, berwibawa, memiliki martabat dan jabatan tinggi, tapi setelah mengenalmu, putra saya berubah kacau!" Kedua mata Elena membulat sempurna. Sementara, gadis yang dicerca masih asik memainkan kukunya dan hanya menggendikan bahu tidak peduli. Elena hendak bangun dari duduknya, tapi dicegah Erland. "Ma, yang penting mama mendapatkan seorang cucu, kan? Sudah, jangan pedulikan bagaimanapun perempuan itu," tutur Erland, kemudian melirik ke arah Chloe, "dia memang aneh, gila!" "Lalu bagaimana bisa kau menikahi gadis aneh dan gila, apa yang akan terjadi pada keturunanmu?" Elena masih tidak habis pikir pada keputusan tidak waras putranya. "Tenang saja ma, kelak bayi itu akan mengikuti aturan keluarga kita dan ibunya akan angkat kaki tanpa memiliki hak menemui bayinya lagi." Seringai devil menguar, mengisi seluruh ruangan dengan aura jahat. Kala mendengar penuturan Erland, Chloe tidak peduli sama sekali. Lagipula, dalam otaknya tidak pernah tersirat seorang bayi karena usianya baru saja menginjak sembilan belas tahun, seharusnya langkahnya masih panjang. Namun, berbeda dengan Elena. Wanita ini mengerjap. "Itu rencanamu?" "Iya, ma." Erland mengangguk yakin, kemudian Elena kembali melirik ke arah Chloe. "Pasti alasan perempuan itu uang?" Pun Erland yang ikut menatap Chloe. "Mama benar, dia tidak lebih mahal dari wanita murahan pengeruk harta," hinanya tidak main-main. Chloe menutup matanya sekejap, dia selesai memainkan kukunya, kemudian memberikan senyuman dibuat tulus. "Nyonya tenang saja, setelah mendapatkan banyak uang saya akan pergi tanpa pamit." "Murahan sekali!" celetuk Elena bersama ekspresi membenci. Chloe memberikan senyumannya lagi tanpa berkata apapun. Percakapan ini berakhir dengan setuju Elena. "Mama akan menyampaikannya pada papa," tandasnya. Erland pamit, tapi berbeda dengan Chloe, dia bagaikan aroma tidak sedap yang keluar masuk seenaknya. Tujuan Erland kali ini adalah butik ternama di kotanya. "Wah-wah, tanpa saya duga kau akan mengaku di depan mama," cibir Erland kala kedua tangannya mengendalikan stir. "Saya hanya menegaskan ucapanmu. Kau mengatakan jika saya tidak lebih mahal dari wanita murahan pengeruk harta." "Amazing. Semakin kau menunjukan sifat aslimu, semakin saya tertarik padamu untuk mempermaikanmu!" Senyuman Erland tidak dapat diprediksi artinya, tapi Chloe yakin maknanya sangat tidak baik. Kali ini rasa sakit yang sering menyerang dadanya sudah musnah. Benar, tujuanku kali ini hanya uang. Saya harus fokus pada benda itu untuk membalasmu di lain waktu! Batin Chloe. Zaman sekarang semua mampu dibeli memakai uang, pun dengan dirinya dan tidak menutup kemungkinan jika Erland akan mudah dikalahkan menggunakan uang. Sepintas, bayangan Dean hadir kala pelupuk mata Chloe menatap ke arah kaca. Andai kita tidak terpisah jarak, pasti pada malam itu kau akan menjagaku hingga tidak perlu bertemu dengan pria kejam ini. Hati Chloe merindukan kekasihnya yang sekarang tidak dapat digapai. Semua harapannya telah pupus, dihapus perbuatan bejat Erland. Kedua tangan Chloe mengepal gaun yang bertumpuk di atas paha, mengumpulkan semua rasa sakit, kesal dan dendam. Tenang saja Erland, suatu saat saya yang akan menghancurkanmu! Bersambung ....

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.