Jadikan Saya Istrimu
"ERLAND!!!" teriak Chloe semakin lantang.
Pria yang dipanggil sudah menghabiskan kesabarannya, akhirnya dia kembali menelepon satpam untuk membiarkan gadis itu masuk sekalian dengan mobilnya.
Sekarang Chloe sudah berdiri di hadapan Erland, pria itu duduk bak raja dan tentunya tidak menyambut Chloe selayaknya seorang tamu.
"Tanggung jawab!" Chloe masih menunjukan wajah garangnya.
Satu alis Erland terangkat. "Untuk apa?" Santainya.
Chloe menunjukan sobekan di roknya dan kancing baju yang sudah tidak layak. "Kau lihat, ini sisa dari perbuatan bejatmu." Kali ini mimik wajah Chloe memucat dengan mata basah.
Erland berdecak kecil. "Jangan konyol, kau pikir saya pria seperti itu?"
Mimik wajah Chloe kembali garang dengan cepat. "Iya!" lantang Chloe, "kau memaksaku begitu saja, kau mabuk, saya tidak suka aroma alkohol, tapi kau terus menciumiku dan merenggut semuanya!" Gadis ini tidak memiliki malu sama sekali di depan Erland, untuk apa, dia sudah tidak memiliki kehormatan apapun?
Mimik wajah garangnya dengan cepat pula berubah memelas dengan sendu tiada tandingannya, Chloe terisak. "Kau kejam padaku, padahal kita tidak pernah saling mengenal, tapi kau memerlakukanku layaknya binatang di jalanan." Butiran bening sudah jatuh ke atas lantai kala wajah Chloe tertunduk, kemudian berteriak, "manusia macam apa kau ini!" Seisi ruangan menggema akibat suara liar gadis ini.
Erland tidak seratus persen percaya pada ucapan gadis gila di matanya, tapi bukti pakaian gadis ini dan aroma alkohol yang diceritakan Chloe persis dengan kejadian semalam.
Setelah mengambil kesucian Chloe, Erland berjalan tanpa dosa seiring menelepon sopir untuk menjemput karena dirinya sudah tidak sanggup memegang kendali mobil, pun tubuhnya yang mulai terseok-seok dan sekarang mobil yang menjadi saksi bisu ada di tangan gadis gila di hadapan.
"Dari mana kau dapat mobilku, mencuri dari seseorang?" Maksud Erland gadis semalam.
Chloe menghapus pipi basahnya, kemudian mendesak Erland. "Jangan berpura-pura, cepatlah mengaku atau saya akan melaporkanmu pada polisi!"
Erland memerhatikan tubuh Chloe dari bawah hingga ke atas, semuanya tidak ada yang benar, gadis ini sangat berantakan.
"Bagaimana jika ternyata kau yang sedang berpura-pura." Alih-alih mengaku, Erland mengembalikan kalimat Chloe.
Mulut Chloe menganga lebar, rasanya dia bisa sakit jiwa jika berlama-lama menghadapi pria bejat ini. Chloe melempar dompet milik Erland. "Selain mobil dan uang, kau juga meninggalkan ini. Apa semua itu tidak cukup menjadi bukti?"
Dompet hitam pekat mendarat tepat di sisi duduknya, Erland meraihnya, memeriksa isinya yang ternyata masih utuh, hanya ktpnya saja yang berpindah tempat. "Saya memang kehilangan benda ini semalam, tidak disangka ini ada padamu." Seringai Erland entah menggambarkan apa? Ekspresinya tidak terbaca oleh Chloe.
"Jadi, kau siap mengaku dan bertanggung jawab?" tanya Chloe sekali lagi, "asal kau tahu, saya tidak main-main akan melaporkanmu!" ancamnya di akhir.
Semua bukti memang mengarah pada Erland, pria ini bergeming sesaat. "Siapa namamu?"
"Chloe, jadikan saya istrimu!" titah frontalnya.
Chloe adalah gadis sederhana dengan kecantikan mendekati sempurna. Kedua orangtuanya sudah meninggal, dia hidup sebatang kara sejak dua bulan yang lalu. Malam tadi adalah awal bangkitnya si gadis dari keterpurukan.
Sebuah restoran menerimanya menjadi karyawan tetap dengan jadwal lembur selama tiga hari berturut-turut. Tubuhnya lelah, hingga tidak mampu melawan Erland, pun tenaganya sudah terkuras, hingga tidak mampu bersikap garang seperti saat ini.
Chloe bukan gadis feminim yang hanya bisa berdandan, dia cukup tomboi hingga membuatnya berani melawan siapapun yang mengganggu.
Sepeninggalan orangtuanya, Chloe harus menelan sunyi di dalam rumah sederhananya yang hanya memiliki dua kamar tidur. Tidak banyak benda yang dia punya, hanya dirinya satu-satunya yang bisa dianggap berharga, tapi Erland dengan mudahnya merendahkan satu-satunya hal paling berharga milik Chloe.
Sementara, Erland adalah orang terpandang dengan nasib sial, hampir semua wanita yang pernah bersamanya tidak pernah tahan termasuk Sheilla. Kedua orangtuanya selalu memaksa menikah dan menikah kala Erland tidak siap untuk itu.
Namun, Sheilla memiliki sisi baik, dia satu-satunya wanita yang siap mengandung anak Erland, tapi akhirnya hubungan mereka kandas juga. Sheilla menyakiti hati pria ini sampai ke jantung. Sebenarnya bukan hanya Sheilla-wanita yang pernah ditiduri Erland, masih banyak cerita di masa lalunya.
Orangtua Erland menginginkan penerus keluarga karena Erland adalah anak tunggal, pria itu akan mengabulkan pinta mereka dengan membuat salah satu wanitanya hamil tanpa harus menikahinya.
Sheilla siap melakukannya, tapi dilain hari dia meminta menikah dan langsung mengatakan kehamilannya pada orangtua Erland hingga tanggal pernikahan ditentukan.
Namun, entah apa sebabnya tiba-tiba saja Sheilla memusnahkan bayinya dan membatalkan pernikahan. Untuk point kedua tidak masalah untuk Erland, tapi kehilangan bayinya membuat pria ini patah hati. Dia sudah merasa memiliki bayi itu dan mencintai Sheilla, memberikan semua hatinya pada mereka walau andai wanita itu tidak diperistri.
Sebuah gulungan kain berwarna putih diberikan Sheilla yang ternyata berisi janin berusia empat bulan. "Sempurnakan bayi ini dengan layak," kata terakhir dari Sheilla.
Tidak mengecewakan bayinya, Erland menguburkannya dengan layak bersama untaian doa agar si bayi selamat dalam perjalanannya menuju Tuhan dan hidup bahagia di alam sana tanpa harus bertemu kembali dengan ibu kejamnya.
Erland menumpahkan air matanya, niatnya menghamili Sheilla bukan hanya main-main demi memberikan penerus pada orangtuanya, tapi semua dilakukannya tulus dari lubuk hati paling dalam.
Pria itu berjalan dengan keraguan terbesarnya kala hendak meninggalkan sang bayi sendiri di dalam tanah merah. "Maafkan ayah tidak bisa menjagamu."
Tanah merah yang menangkup bayinya terlihat sangat dingin, Erland kembali, memeluk batu nisan tanpa nama, hanya tertulis bayi milik Erland. Cukup lama pria ini termenung, hingga dirinya seakan frustasi dan hanya minuman beralkohol yang menurutnya akan sangat memahami kondisi mentalnya.
Di sebuah bar, Erland memaki Sheilla di dalam hati, mengutuknya tanpa henti dan bersumpah tidak akan menemuinya lagi. Sheilla memang sosok wanita dengan kecantikan dan fostur tubuh sempurna, tapi tidak disangka di balik kesempurnaannya terdapat dewi iblis yang tidak memiliki belas kasihan.
Di mata Erland sekarang Sheilla adalah sosok kejam yang sebenarnya yang belum pernah ditemuinya sekalipun dan kini di hadapannya terdapat seorang gadis yang meminta pertanggung jawaban karena kesuciannya telah di ambil-seorang gadis asing yang ditemuinya di jalanan sepi.
Apa saya harus menikahinya? Mengapa? Semua gadis yang bersamaku tidak pernah meminta hal konyol itu! Batin Erland, dia sudah membuang bayangan tentang Sheilla dan tanggal pernikahannya.
Selama Erland menimbang keputusan, Chloe masih menunggu jawabannya-si pria bejat!
Bersambung ....