Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Kegilaan Chloe

Selama Erland masih menimbang keputusan, Chloe masih menunggu jawabannya-si pria bejat. Erland meninggalkan duduknya, sekarang pria itu berdiri gagah di hadapan Chloe. "Kau bukan tipeku, pergilah," usirnya yang berisi penolakan tidak manusiawi. Tiga langkah diambil lebar oleh Chloe hingga kini jaraknya dengan Erland sangat dekat. "Kau harus bertanggung jawab, jangan lari!" Suara keras Chloe semakin memenuhi ruang dengar Erland. Jemari terlunjuk Erland menggeser satu bahu Chloe hingga kaki gadis itu terpaksa mundur satu langkah. "Saya sudah memberikan setumpuk uang plus mobilnya, apa itu tidak cukup?" "Asal kau tahu, saya bukan gadis seperti itu!" Chloe semakin menunjukan wajah garang menantang. Bibir Erland melengkung sebelah. "Katakan saja, berapa kurangnya? Saya harus memberikan tunai atau transfer?" Santai Erland, jelas ekspresinya sangat berkebalikan dengan Chloe. PLAK!!! Sebuah tamparan keras akhirnya mendarat bebas di wajah tampan Erland hingga behasil merusak suasana hatinya yang sedang bergemuruh. "Keluar," titah pelannya. "Tidak, sebelum kau bertanggung jawab atas perbuatanmu padaku!" Chloe bukanlah seorang gadis mudah menyerah. "Saya akan mengatakannya sekali lagi jika kurang jelas di telingamu." Erland masih berada di volume suara normal. Sejak tadi Chloe sudah tidak tahan dengan jawaban-jawaban Erland. Kedua tangannya melayang ke arah dada bidang si pria, menghujaninya dengan pukulan cukup kuat bak pernah mengikuti tawuran. Namun, dengan mudahnya Erland menyambar kedua tangan Chloe, menyatukannya dalam satu genggaman saja. "Gadis ternoda sepertimu rupanya sangat keras kepala," hinanya, "memang kau pikir, wajahmu mampu mengalahkan bidadari dunia hingga memintaku menikahimu?" "Jangan permainkanku seperti ini." Bukan memohon, hanya mengatakan kenyataan jika, Chloe bukan gadis yang tepat untuk dijadikan mainan. "Memang kenapa?" cibir Erland. Tanpa sadar Chloe meludahi manusia bejat di hadapan dengan ekspresi super garang. Namun, hal itu semakin membawanya pada kesulitan. Erland mengurungnya di gudang-tempat paling terisolasi di rumahnya. "Gadis sialan, berani sekali dia menginjak harga diriku!" Sebenarnya perlakuan Chloe hanya setitik balasan untuk perlakuan Erland padanya, tapi keegoisan menutup mata dan hati pria ini. "Biarkan dia membusuk, jangan pernah memberinya makan sampai dia meminta maaf!" titah Erland pada semua pelayan di rumahnya. *** "Erland!" Esoknya Chloe masih memiliki tenaga untuk berteriak bagai orang gila serta menggedor pintu dengan sisa-sisa tenaganya. "Maaf tuan, sepertinya wanita di gudang sudah gila." Laporan salah satu pelayan. "Dia memang gila, paksa dia meminum obat penenang." Santai Erland yang sedang menikmati sarapannya. "T-tapi tuan, sejak kemarin gadis itu belum memakan apapun." Wajah si pelayan menunduk meminta pengampunan sang tuan akibat membantah karena jika, gadis itu meminum obat dengan perut kosong mungkin hal buruk akan terjadi dan akan sangat merepotkan, apalagi jika gadis itu benar-benar membusuk. "Lakukan saja atau kau yang meminumnya!" Lirikan mata Erland sangat mengintimidasi berbeda dari biasanya. "Ba-baik, tuan." Pelayan itu segera bergegas mengambil obat dan menemui Chloe di dalam gudang. "Keluarkan aku!" Kaki Chloe sedang menekuk di sudut ruangan kala pelayan datang dan satu pelayan lainnya mengunci mereka dari luar. "Nona, minumlah obat ini untuk menurunkan stress." "Apa, stress. Kau pikir saya akan hidup normal dengan keadaan seperti ini?" cibir Chloe. Menurutnya stress memang kata yang tepat untuk mengambarkan hidupnya sekarang dan suara pelayan itu terdengar menghina. "Maka dari itu, nona harus meminum obat ini." Obat kecil itu tergeletak di salah satu telapak tangan si pelayan dan tangan satunya lagi memegangi gelas berisi air. "Seharusnya Erland yang meminum obat itu!" cerca Chloe. "Maaf nona, tolong berkata sopan pada tuan," protes si pelayan dengan suara naik satu oktap. PRANK!!! Gelas dalam genggaman pelayan ditepis kasar oleh Chloe hingga puing-puing kaca berserakan di sudut dinding yang lain. "Keluarkan saya dari sini!" teriaknya seakan ingin memakan si pelayan. Wanita itu hilang keberanian, tidak disangka wanita di hadapannya memiliki penyakit gangguan jiwa yang tidak wajar. Dia segera menggedor pintu, meminta dikeluarkan pada rekannya. Chloe tidak menyiakan kesempatan, kala bunyi klik kunci diputar, dia memaksa mendorong si pelayan hingga dapat keluar dengan mudah. "Awas kau Erland!" Lari, adalah hal paling tepat. Chloe tidak peduli sebesar apa rumah ini, dia yakin akan menemukan Erland. Hidangan mewah berjajar di atas meja seakan sarapan untuk keluarga besar, tapi hanya Erland satu-satunya peserta ruang makan. Dengan sadar dan kasar Chloe menumpahkan satu piring menu ke arah pakaian rapih milik Erland. "Sudah puas sarapan? Saya anggap sudah, sampai bajumu kotor!" cibir Chloe. "Gadis gila!" hina Erland seiring menyimpan garpu dan sendok. Pelayan segera berdatangan untuk membersihkan pakaian keagungan yang menutupi tubuh propesional sang tuan. "Iya, kau benar, saya gila," bibir Chloe menyungging setengah, "tapi ini semua karena mu, gadis mana yang tidak akan gila setelah kesuciannya diambil kemudian diperlakukan seperti ini!" teriak Chloe dengan kedua mata membulat. Erland berjalan santai ke arah Chloe, langsung menggendong paksa. Membawanya dengan langkah santai. Saat itu Chloe kembali berontak. "Diam, kau ingin tubuhmu melayang bebas di udara!" Saat ini kaki panjang nan kuat milik Erland sedang menyusuri satu persatu anak tangga. Chloe berhenti bergerak setelah menyadari tempat berbahaya ini. Lantai berikutnya sudah dipijak, Erland mendorong pintu besar menggunakan kakinya, kemudian menurunkan Chloe bak menjatuhkan barang hingga gadis itu jatuh dengan posisi duduk. "Bersihkan dirimu dan pakai gaun itu!" titah Erland, kemudian kembali mengurung Chloe. "Sial, buka pintunya!" Lagi, Chloe berteriak bagai monyet di hutan. "Gadis tarzan!" hina Erland seiring menuruni anak tangga. Dua jam berlalu, Erland memeriksa Chole. "Apa dia mati? Senyap sekali kamar ini." Klik Pintu terbuka perlahan, alih-alih mebersihkan diri rupanya Chloe sudah terbaring lemas di lantai, tenaganya sudah terkuras, pun dengan keseimbangan tubuhnya tandas akibat kurang asupan makanan. "Menyusahkan sekali!" Erland membaringkannya di atas ranjang. Sesaat, pria ini mengira Chloe sudah mati karena tubuhnya dingin, tapi urat nadinya masih berfungsi. "Pelayan!" teriaknya. "Iya, tuan." Hanya beberapa detik setelah Erland memanggil, seorang wanita datang. Di rumah ini, pelayan tersebar di semua tempat, hingga tidak sulit memanggil mereka. "Rawat dia sampai sadar, tapi jangan sampai kabur. Sediakan makanan secukupnya." Setelah bertitah, Erland pergi menuju ke perusahaannya. Bersambung ....

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.