Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Dean-Pria yang Dicurigai Erland

"Saya penasaran pada silsilah keluargamu, pasti kalian memiliki rahasia besar hingga terpecah." Seringai hadir menyeramkan di wajah Erland. Saat ini bukan hanya sebuah chat, tapi panggilan. 'Dean' nama yang tertera dilayar. Erland mengomel, "Baru saja kau mengatakan tidak akan mengganggu bulan madu Chloe, tapi sekarang menghubunginya. Labil!" Alih-alih disambungkan, panggilan diputus dan handphone kembali dimatikan. Chloe mengerjap. "Erland, siapa yang memanggil, apa Om Edward?" Suara halus Chloe kala bagun tidur. "Bukan." Wajah kesal ditunjukan Erland kala beradu tatapan dengan Chloe. Chloe mendudukan tubuh polosnya di balik selimut. "Lalu?" Erland berdiri dengan wajah sedikit terangkat. "Dean, siapa dia?" "Heuh, eu ...." Bola mata Chloe berputar ke kanan dan ke kiri. "Kekakasihmu?" Lagi, terka Erland. "Bukan. Hanya teman biasa." Lagi, dusta Chloe. Erland memasukan handphone Chloe ke dalam saku celananya. "Handphone ini akan terus bersamaku selama kau tidak jujur." Sebelah bibirnya menyungging tajam, "dan saya juga akan mencari tahu siapa Dean. Jika memungkinkan saya juga akan menemuinya," ancaman di akhir. "Jangan!" cegah lantang Chloe. "Tidak ada hak untukmu melarang suami yang ingin menyelidiki pria penggoda istrinya." Erland meraih blezernya, "cepat mandi, saya tunggu di bawah!" titah tegas pria yang sedang memakai blezer hingga tubuh propesionalnya semakin terlihat sempurna saja, "asal kau tahu, sejak tadi saya menunggumu dan sekarang saya harus mengulang. Lihat saja hukuman yang akan kau dapat." Wajahnya meyiratkan kerlingan licik, cermin memantulkannya ke arah Chloe. "Ck!" Chloe berdecak seiring memutar wajahnya ke arah lain. Satu jam berlalu, Chloe berjalan anggun ke arah Erland. "Saya sudah siap." Tidak ada senyuman diukir. Erland menatap penampilan Chloe dari bawah hingga ke atas. "Pakaianmu cocok sekali dengan wajah cantikmu, tapi sayang sekali sikapmu seperti orang tidak waras." Di balik pujian Erland selalu ada penghinaan. "Saya tidak membutuhkan penilaimu. Sudahlah, jika ingin pulang ya pulang saja, tidak perlu ada acara penilaian." Chloe membuang wajah dengan kedua tangan melipat di atas dada. Angkuh yang ditunjukannya. Erland bertepuk tangan. "Wah-wah, kau cocok sekali menjadi nyonya rumah yang kejam." Pria ini menunjukan senyuman yang sulit untuk diartikan. Erland kembali memimpin jalan. Baru saja sopir memasukan koper ke dalam bagasi, Vian datang, muncul dari belakang punggung sopir. "Hi, sobat!" sapanya pada Erland. "Ada apa?" "Hanya ingin memberikan kado pernikahan, saat itu saya tidak sempat datang." "Benar, saya baru ingat. Bayanganmu saja tidak ada." "Hahaha, maka dari itu. Ini untuk kalian." Vian menyodorkan sebuah kado kecil untuk Erland dan Chloe, masing-masing mendapatkan satu. "Oke, thank." Erland tampak tertarik dengan jam mahal yang di dapatnya, sedangkan Chloe belum membuka kadonya, tapi tetap mengatakan terimakasih. *** Hari sudah malam kala Erland dan Chloe sampai. "Maaf tuan, siang tadi ada seorang pria menanyakan anda." Laporan satpam setelah Erland keluar dari dalam mobil. "Siapa?" "Saya tidak tahu. Pria itu menanyakan tuan dan nyonya." "Siapa yang akan menanyakan Chloe?" Erland heran karena hanya Dean yang terus menghubungi gadisnya, "iya sudah, terimakasih." Pria ini segera melirik tajam ke arah istrinya yang sedang memertahankan sikap tenang. Sesampainya di dalam kamar Erland berkata, "Dean datang, iya kan?" "Maaf saya tidak tahu, saya bukan peramal." Chloe masih bersikap tenang, gadis ini membuka pintu balkon untuk mendapatkan udara karena kamar besar ini sesak oleh aura jahat Erland. "Siapa yang memberimu izin membuka pintu?" "Diriku sendiri." Chloe duduk di sofa empuk di atas balkon tanpa memikirkan siapapun. Mengapa dia tenang sekali? Batin Erland. Justru pria ini merasa aneh ketika melihat Chloe setenang ini. Pasti karena pria bernama Dean! Lagi, prasangka demi prasangka bermunculan. "Besok masih bulan madu kita, tapi ke tempat dekat-dekat saja." Chloe bergeming, gadis ini sedang menikmati udara. "Saya mengubur semuanya setelah mama dan papa meninggal bahkan pendidikanku," gumamnya. Masa depan Chloe kandas. Barulah Dean hadir di dalam ingatan, "tunanganku juga," lirihnya. "Honey," panggilan sensual Erland di atas ranjang, "tidak maukah kau menemaniku?" Chloe masih bergeming. Suara Erland tertahan oleh atmosfer yang diciptakan Chloe, hingga dunianya dan Erland seakan berbeda dimensi. "Hei, istri!" Erland mengulang panggilannya dengan suara cukup lantang, barulah Chloe terusik. Chloe berjalan perlahan. "Ada apa?" "Temani saya, kau tidak dengar?" "Ini masih pukul tujuh, kau ingin memaksaku membuat bayi?" "Tidak, hanya ingin berbaring bersama. Saya penasaran mengapa kau sangat tenang hari ini," ungkap Erland yang sudah membuka tiga kancing kemejanya. "Jangan memancingku untuk meneriakimu!" tegas Chloe. Erland tidak peduli. "Kemarilah, sayang." Senyuman genit mendominasi wajahnya. Chloe menghampiri, gadis ini naik ke atas ranjang, bersandar di punggung ranjang. Erland menyambut, satu tangannya merangkul bahu Chloe. "Sayang, saya akan sangat menyayangimu jika kau tidak membantah dan setia, lalu melahirkan bayiku dengan selamat," ucap Erland seiring memainkan dagu lancip Chloe. "Tergantung." Erland menarik dagu Chloe hingga wajah mereka berhapan. "Dengar, sayang. Jangan memerotes apapun perintahku. Kau sendiri yang meminta menikah, saya sudah sangat berbaik hati mengabulkannya." Akhirnya Chloe menepis tangan Erland. "Jangan bahas itu lagi, itu terlalu menyakitkan!" Pun wajahnya kembali mengarah ke tempat lain. "Saya tahu, saya sudah mengambil kesucianmu, tapi salahmu tidak memberontak. Kau menikmatinya, kan?" Seringai hadir seolah tidak ada rasa berdosa setitik pun. Kini Chloe menatap Erland tanpa harus diarahkan oleh pria itu. "Asal kau tahu, tidak akan ada wanita yang bangga jadi korban perkosaan!" Saat serius seperti ini perut Chloe ikut berbicara. "Hahaha, kau lapar? Baiklah, mari kita makan. Tubuhmu tidak boleh kurus kering, saya tidak suka dan kita akan kesulitan menciptakan bayi." Makan malam kali ini sudah tersedia, asap dari setiap menu masih mengepul tipis. Tampaknya semua pelayan berusaha mati-matian untuk memasak, menyambut kedatangan mendadak tuannya. "Apa yang kau tidak suka?" tanya Erland tampak perhatian pada istrinya. "Dirimu," ketus Chloe. Satu pelayan tersenyum tipis, menahan tawa. Untungnya posisi wanita muda itu di belakang punggung Erland. "Maksud saya makanannya!" kesal Erland. Perhatian dan kelembutannya tadi hilang. "Saya akan memakannya selama tidak beracun." Datar Chloe seiring membalik piring. Satu pelayan baru saja lalai, dia terlambat membalik piring Chloe. "Maaf, nyonya," sesalnya. Chloe melirik aneh. "Apa yang kau bahas? Aneh sekali! Saya ingin makan, cepat isi!" titahnya. Erland memerhatikan sikap tegas dan ketus Chloe. "Nyonya besar," ucapnya dengan senyuman sangat misterius. Bersambung ....

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.