Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Pulau Milik Erland

"Kau bersungguh-sungguh menginginkan bayi itu, untuk apa, apa kau akan menyayanginya?" tanya Chloe. Erland tidak menjawab, Chloe tidak tahu jika pria ini pernah menyayangi bayi yang baru saja diberi nyawa, tapi kehidupannya direnggut paksa oleh Sheilla. Sebuah villa besar menaungi Erland dan Chloe. "Villa ini baru setengah jadi, tapi cukup nyaman bukan? Pembangunannya sangat cepat karena saya menyewa banyak tukang," cetus Erland padahal itu tidak penting untuk Chloe. Kamarnya besar lebih besar dari kamar Erland di rumahnya. Namun, semua ini untuk apa? Chloe tidak merasa bahagia sama sekali. Dean, seharusnya saat ini saya bersamamu, menghabiskan malam pertama bersamamu. Lirih Chloe dalam hatinya. Di sisi lain, Dean sudah mendengar acara pernikahan Erland-seseorang terpandang di negeri ini. Bahkan acara pernikahan itu disiarkan live berikut tayangan ulangnya. Dean baru saja menyaksikannya di dalam aplikasi video. "Jadi, kamu mengkhianatiku, Chloe?" Hati Dean hancur saat itu juga. "Apa arti cincin ini untukmu, hanya pajangan?" Benda bulat itu masih melingkar di antara jemarinya, tapi kemudian dilepaskan tanpa merasa terusik sama sekali, "saya pikir kamu setia." Kepulangannya hanya mendapatkan sambutan tidak sedap dari Chloe, padahal Dean sengaja meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukannya, tapi dia tahu Chloe bukan sosok gadis seperti itu. "Pasti terdapat suatu alasan yang mendasari ini!" terkanya. Esoknya, Dean mendatangi perusahaan milik Erland untuk menanyakan pria itu. "Maaf tuan, Tuan Erland sedang tidak di tempat karena sedang di suasana bulan madu," jawab salah satu karyawan. "Mereka bulan madu kemana?" Sakit menanyakan hal itu, tapi Dean harus mengupas rasa penasarannya. "Maaf, saya tidak tahu." Dean tidak mendapatkan apapun di sini, tapi dia tidak menyerah. "Kapan Tuan Erland kembali?" "Tuan Erland mengambil cuti bulan madu selama tiga hari, terhitung mulai hari ini." "Jika begitu beritahu Tuan Erland, saya ingin bertemu, saya keluarga Chloe." "Baik, tuan. Silahkan datang pukul dua siang." Dean berhasil mendapatkan akses untuk menemui Erland, tapi dia harus sanggup menahan perih seiring menghitung hari. "Chloe, saya tahu kamu membutuhkan bantuan." Posisi Chloe adalah seorang yatim piatu dengan keterbatasan ekonomi, Dean sudah mencoba membantu secara finansial, tapi Chloe menolak transferan darinya, "pasti ada alasan di balik semua ini dan saya siap mendengar alasan apapun!" Ini adalah pengalaman paling menyakitkan di hidup Dean, ditinggalkan menikah oleh tunangannya. Namun, dia tidak egois, tidak memaki karena semua selalu memiliki alasan dan Chloe mempunyainya, tapi Dean belum juga menemukan terkaan yang tepat selain mendengar langsung dari mulut Chloe. Dean menyandarkan punggung terhimpit sakit di dada, dia tidak ingin berprasangka buruk pada Chloe walau kenyataan yang dihadapinya sangat buruk, ditambah suatu saat dia harus memberikan sebuah penjelasan pada orangtuanya. "Saya siap menunggu alasan dari kamu," pungkasnya. Sampai sekarang handphone milik Chloe dipegang oleh Erland dan gadis ini harus duduk bersisian di kursi santai tepi pantai. "Syurga," ucap Erland seiring menatap langit menggunakan kaca mata hitam. Seorang wanita sexy memakai bikini serta kain khas pantai menyodorkan segelas jus untuk Erland, dilanjutkan untuk Chloe. Hembusan angin pantai menyapu kain itu, hingga paha si wanita terekspos begitu saja di depan Erland, tentu pria ini membidik kaki jenjang itu dengan seringai nakal, tapi kemudian cepat beralih ke arah kaki pendek Chloe seakan sedang membandingkannya. Si wanita pergi, saat itu Erland bicara. "Saya yakin alasan keperawananmu karena tidak ada seorang pun pria ingin menyentuhmu," cibirnya sekaligus mengejek. Bayangan Dean segera menyapa pikiran Chloe. "Terserah apa katamu, lanjutkan saja kesimpulan sesuka hatimu itu!" Bukan hanya bayangan Dean, tapi juga dengan sikap sopannya. Mereka memang sudah bertunangan, tapi pria itu tidak pernah kurang ajar, seluruh bagian tubuh Chloe masih virgin. Dean, di mana pun kamu berada, saya harap kamu segera melupakanku. Keadaanku tidak seperti saat bersamamu. Batin Chloe seiring menjatuhkan setetes air mata. Erland melirik ke arah Chloe, tapi tidak bermaksud. "Kenapa menangis, terharu karena akhirnya ada seorang pria yang dengan senang hati menyentuhmu?" Senyuman miring itu sangat mencibir, Erland pikir Chloe adalah seorang cupu terhadap lawan jenis maka dari itu dirinya bisa merampas keperawan gadis ini. Semakin Erland membahasnya semakin sakit yang Chloe rasa, bayangan indahnya bersama Dean terkubur bejatnya Erland. "Hentikan!" raung Chloe. Gadis ini berlalu kemanapun langkah kaki membawanya, asalkan menjauh dari Erland. Di balik pohon, Chloe meluapkan perasaannya seiring memanggil kekasihnya. Saat ini tidak ada bahu untuk Chloe bersandar, hanya pohon kepala yang setia menyangga punggung lelahnya. Beban ini sangat besar, bukan hanya bahu, pun dengan punggung dan kakinya ikut terbebani pilu dan kenyataan pahit. Chloe layu, punggungnya condong sesaat dengan kedua telapak tangan mendesak lutut, kemudian bangkit hanya untuk menghapus jejak air mata. Di tatapnya langit cerah. "Ma ... pa ... Chloe sendiri di sini ... apa yang harus Chloe lakukan? Apa Chloe salah meminta dinikahi Erland, tapi siapa yang akan menerima Chloe dengan keadaan seperti ini dan Chloe malu pada Dean!" Hembusan angin sejuk seakan menemani kesendirian Chloe, tapi cukup membuatnya tenang walau tidak mendapatkan jawaban atas keresahan hatinya. Tubuh Chloe jatuh, dia terduduk memeluk lutut bersama senyuman tipis seolah melihat cahaya harapan kala kembali mengingat Edward. "Pasti Om Edward penasaran dan banyak pertanyaan. Sama om, Chloe juga. Chloe harap Om Edward segera hubungi Chloe karena Chloe tidak bisa." Satu-satunya alat komunikasi masih disita oleh Erland. Pria itu memang keterlaluan, dia ingin menguasai Chloe seluruhnya. Sementara, pria itu sedang berada di dalam bar ekslusif, menegak beberapa gelas minuman berwarna merah. Pulau ini baru saja menetas, tapi sudah lumayan mengundang banyak peminat. Dari kalangan pebisnis maupun pengunjung. Di sebelah timur banyak proyek pembangunan. Erland berencana menerima bisnis orang-orang berkelas saja. Seperti salah satunya Vian-kawan baik Erland. "Istrimu cantik dan berasal dari keluarga yang bagus," puji pria ini selagi meracik minuman spesial untuk Erland, dia rela menjadi bartender dadakan. "Lebih cantik siapa jika dibandingkan dengan Sheilla?" tanya Erland setengah berwajah ngaco karena sudah cukup banyak menegak minuman beralkohol. "Hm ... saya tidak bisa menilai wanita dari kecantikan fisiknya, tapi dari kebaikan dan cantik hatinya. Jika, kau ingin mendengar pilihanku, saya memilih istrimu." Minuman sudah disajikan di depan Erland, hanya minuman berkadar alkohol rendah, tidak seperti yang Erland pilih, hingga membuatnya seperti ini. "Begitu menurutmu." Erland menyunggingkan bibir misterius seiring mengangkat gelas, menyamakan minuman beralkohol dengan Chloe, "jika kau berlama-lama dengan Chloe mungkin gadis itu akan menjadi sebuah malapetaka." Bersambung ....

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.