Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Hari Pernikahan

"Tuan Edward adalah pemilik perusahaan ini," jawab orang kepercayaan Big Internasional. Kabar mengejutkan sekaligus memuaskan untuk Erland. "Saya harus menghubungi Tuan Edward." Tanpa berlama-lama lagi, Erland mendatangi kediaman Edward. Ini masih pagi-pagi sekali, masih pukul tujuh, sedangkan pernikahan akan diadakan pukul sembilan. "Saya menemukan Chloe-sepupu anda." Wajah Edward tampak terkesiap. "Jangan ngaco, saya tidak memiliki sepupu bernama Chloe." "Tolong tuan ingat-ingat lagi, Chloe yakin jika anda pamannya." "Tuan Erland, saya sangat menerima dengan senang hati kunjungan tidak terduga anda, tapi sungguh saya tidak memiliki sepupu bernama Chloe." Apa-apa-an ini, apa Chloe membohongiku dengan mengatakan pria ini adalah pamannya atau nama aslinya bukan Chloe? Batin Erland. "Baiklah, saya meminta waktu sebentar." Erland mengeluarkan handphone milik Chloe dan menunjukan foto-foto gadis itu, "anda pasti mengingatnya." Wajah Edward semakin tersentak. "Tidak!" jawabnya. Namun, terlihat grogi. "Sungguh?" Erland mulai menyelidik setelah melihat gestur tubuh Edward. "Tuan Erland, saya sangat mengenal baik ayah anda, tapi saya tidak mengira jika putranya sangat konyol," canda Edward dengan tawa hambar. "Ah, anda benar, saya memang tidak terlalu serius seperti papa, saya mempunyai selera humor cukup bagus." Erland membalas candaan serta tawa Edward, tapi kemudian terdengar suara dering gawai, "saya memanggil nama Om Edward dalam kontak handphone Chloe." Ditunjukannya layar yang sedang dimode memanggil, "dan senyap-senyap, saya mendengar suara panggilan handphone di sekitar sini, apa anda bisa menjawabnya?" Nada suara Erland sangat mengintimidasi hingga membuat lawan bicaranya mati kutu. Nomor itu sudah lama tidak digunakan Edward, bahkan dia sudah lupa di mana menyimpan handphonenya, tapi sekarang dering itu dinyalakan oleh Erland. "Anda salah dengar." "Saya yakin pendengaran saya masih normal." Santai Erland, "bukankah sebaiknya anda menjawab panggilan." Edward semakin dibuat kalang kabut, panggilan Erland belum berhenti bahkan dia mengulang panggilan kala nada deringnya berakhir. "Ada apa Tuan Edward?" tanya Erland dengan senyuman misterius. "Langsung saja. Apa maksud kedatangan anda kesini?" Edward merasa dipojokan, tapi dia juga tidak ingin menunjukan kebenaran yang dicari Erland. "Pukul sembilan saya akan menikahi Chloe, tapi gadis itu berkata jika dia yatim piatu. Maka dari itu saya mencari anda sebagai satu-satunya keluarga Chloe yang tersisa sekaligus membutuhkan nama besar anda." Jika Chloe berasal dari keluarga kaya, tentu Erland tidak perlu mencari wanita untuk meminjamkan namanya untuk Erland junior. "Tapi saya tidak mengenal gadis itu." Edward masih berkilah. Semenjak kebangkrutan perusahaan Abraham, Edward menghilang. Mana mungkin sekarang menampakan diri. "Sudahlah tuan, anda hanya perlu hadir sebagaimana mestinya keluarga calon mempelai, selebihnya terserah anda." "Jangan main-main, sudah saya katakan saya tidak mengenal gadis itu!" Edward mulai geram pada tamunya. "Bagaimana jika saya menawarkan hal menarik untuk anda." Senyuman Erland melengkung licik. Beberapa jam kemudian, gedung pernikahan mulai diisi oleh tamu undangan. Bukan sembarang orang, undangan pernikahan ini hanya berlaku untuk orang-orang besar saja, orang-orang dengan nama dan gelar yang baik. "Beruntung waktu itu saya belum menyebar undangan pernikahan dengan Sheilla. Jika itu terjadi saya akan jadi bahan olok-olokan media," ucap Erland di ruang ganti pria. Acara ini sangat mendadak, tapi rupanya berjalan lancar. "Erland, jangan permalukan papa!" tegur Alfred. "Erland sudah mengatakannya jika, papa akan bertemu seorang rekan yang ternyata adalah keluarga Chloe." "Mana mungkin, siapa dia, papa tidak percaya seorang gadis yatim piatu berasal dari keluarga terpandang!" "Papa lihat saja nanti, beliau berjanji akan datang." Santai Erland. Dasi kupu-kupu dirapihkan. Erland akan melepas masa bujangannya hari ini. Chloe sudah siap di posisinya, menghadap para tamu. Kedua telapak tangannya basah dengan ujung bibir digigit, tapi kemudian cahaya harapan itu hadir, Edward datang. "Om Edward." "Apa kabar, Chloe?" Canggung Edward dan tampak tidak tenang walau wajahnya melukis senyuman cukup tulus meski hasil memaksakan. "Om, bagaimana om tahu Chloe di sini?" Senang bercampur bingung dilukis Chloe. "Calon suamimu yang memberitahu, om." Edward belum bisa mengubah mimik wajahnya. Pelukan Chloe melingkar di tubuh Edward dengan banyak rasa syukur. "Chloe senang om datang. Papa sama mama cari-cari om, om kemana saja?" "Ah, itu ...." Bingung menyambar Edward, kemudian mengalihkan pembicaraan, "sudah saatnya, berbahagialah dengan Erland." Pernikahan berlangsung sebagaimana mestinya, acara ini sangat lancar. Pun dengan hati Alfred dibuat tenang. Sebagai pebisnis hebat, tentu nama Edward dikenali Alfred. "Senang bisa berbesan dengan anda." "Pun demikian yang saya rasakan," jawab Edward. Namun, hatinya sangat risau. Kali ini Chloe belum mengetahui apapun, mengapa dirinya bisa berusan dengan Big Internasioanal yang jelas-jelas dulu dimiliki pengusaha asing, tapi nanti tidak menutup kemungkinan jika Chloe akan bertanya ini dan itu. Gawat! Batin Edward, tapi dia tidak bisa menolak tawaran Erland yang sangat menggiurkan. Pernikahan hari ini selesai tanpa adanya rasa malu yang tersisa, rencana Erland adalah meninggalkan kepuasan di hati orangtuanya, tapi Alfred dan Elena masih belum bisa menerima Chloe karena kesan pertama gadis itu sangat buruk. Namun, setidaknya Chloe rela memberikan cucu dari keturunan darah berkelas. "Saya harus menemui Om Edward ada banyak hal yang harus saya tanyakan," ujar Chloe. "Itu bisa nanti, sayang. Sekarang, mari kita berbulan madu." Erland tidak ingin istrinya mengetahui fakta tentang Edward yang ternyata menghindari sepupunya sendiri. Hal itu bisa disimpan untuk saat-saat dibutuhkan. Erland menyeringai licik dalam hatinya. "Tidak bisakah kau memberiku waktu?" mohon Chloe. "Silahkan." Izin Erland akhirnya dengan niat terselubung. Namun, sayang sekali Edward sudah menghilang dari gedung pernikahan. "Kenapa Om Edward tidak berpamitan dan apa Om Edward tidak ingin mengetahui kabar mama dan papa?" Chloe kembali ke ruang ganti, di sana Erland sedang meminum minuman beralkohol. "Apa yang kau katakan pada Om Edward?" Basa-basinya karena pria ini tahu jika Edward telah pergi. "Tidak banyak, hanya hal-hal penting saja," dusta Chloe untuk menutup malu atas tindakan Edward yang menghilang dari gedung begitu saja, "kau ... mengatakan tentang papa dan mama pada Om Edward?" Sendu mulai merajai hati Chloe. "Iya, kau seorang yatim piatu dan saya rasa Tuan Edward mengetahuinya karena sikapnya biasa saja." Santai Erland masih dengan gelas alkohol di tangan. "Tidak mungkin Om Edward tahu, tapi dia tidak datang ke pemakaman," lirih Chloe. "Itu urusan kalian." Erland membuka dasi kupu-kupunya dan membuka satu kancing kemejanya, "mari mulai berbulan madu." Erland sudah mengatur jadwal penerbangan, berikut dengan rumah yang akan mereka singgahi selama tiga hari. Chloe hanya mengikuti kemanapun langkah Erland dan apapun rencananya, hingga keduanya sampai di pulau pribadi-pulau atas nama Erland. Pulau ini indah, tapi sepi. Chloe pikir, Erland tidak bisa mengelolanya. "Pulau ini baru saya beli tiga bulan yang lalu, belum banyak fasilitas, tapi sangat pas untuk membuat bayi," cetus Erland seiring memimpin jalan. "Kau bersungguh-sungguh menginginkan bayi itu, untuk apa, apa kau akan menyayanginya?" tanya Chloe. Bersambung ....

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.