Bab 20
Hari sudah malam.
Di dalam vila Keluarga Kusnadi, sekarang sudah jam makan malam, tetapi suasana sangat tegang.
Tuan Besar Keluarga Kusnadi, Herman, duduk di tengah ruang tamu, sedangkan keluarga Bernard dan keluarga Calvin duduk di kedua sisinya. Generasi cucu diam saja.
Adrian duduk di seberang Herman. Wajahnya yang sedingin es memberi rasa tekanan yang kuat.
Setelah Henri menceritakan seluk-beluk masalah perebutan kamar hari ini, Adrian baru tahu bagaimana Sovian, Andri, dan yang lain mendesak Cindy sebelum dia pulang.
Yanny bahkan langsung menyuruh Cindy pergi dari rumahnya.
Adapun dirinya, bukannya menanyakan seluk-beluk masalah, dia malah menegur Cindy karena telah pergi ke rumah Keluarga Sany. Setelah itu ... seperti yang lain, dia juga menyuruh Cindy memberikan kamarnya pada Yanny.
Tidak heran, tidak heran Cindy akan begitu kecewa sampai mau pindah keluar.
Sebagai ayah, dia tidak memenuhi standar.
"Kak Adrian, masalah hari ini sebenarnya karena Yanny. Ini salahku. Aku akan jelaskan pada Cindy, usahakan biar dia maafkan aku ...."
Melihat suasana begitu tegang, Linda angkat bicara dan mengaku salah.
Bernard yang duduk di samping mengernyit dan meraih tangan Linda, tampak tidak setuju. "Ini bukan salahmu. Yanny masih kecil, mau apa langsung bilang. Ini bukan masalah besar. Kalau kubilang, Cindy terlalu membesarkan masalah. Baru berapa hari dia pulang? Tapi hanya karena masalah kecil, dia sudah lari ...."
Sebelum Bernard selesai berbicara, Adrian menyela dengan suara tegas dan tatapan mata dingin, "Bernard, putriku baru pulang, tapi sudah dipaksa sampai lari dari rumah. Ini masih masalah kecil?"
Otot wajah Bernard berkedut-kedut. Bernard terdiam setelah bertatapan dengan mata kakaknya yang tegas.
Tatapan mata Adrian menyapu mereka semua dengan rasa mendominasi yang kuat.
"Yanny masih kecil, dia mau kamar Cindy yang cantik dan itu memang bukan masalah besar. Tapi Keluarga Kusnadi bukan keluarga biasa. Kalau Yanny suka, kalian bisa buat kamar lain yang bergaya putri dongeng. Kenapa harus suruh Cindy berikan kamarnya?"
Melihat keluarga Bernard diam saja, suara Adrian menjadi lebih tegas.
"Kalian bukan ingin Cindy berikan kamarnya, tapi kalian merasa Cindy yang baru datang harus menjilat kalian dan memohon-mohon pada kalian untuk menerimanya!"
"Kak Adrian, ini terlalu berlebihan! Mereka hanya anak kecil, mana mungkin berpikiran seperti itu?"
"Tidak mungkin? Kalau bukan karena menganggapnya orang luar dari awal, mana mungkin sampai bilang pergi dari rumahku? Kalaupun anak kecil marah, harus tahu apa yang boleh dan tidak boleh dikatakan."
Nada bicara Adrian yang tegas membuat tubuh Yanny gemetar. Yanny langsung meringkuk di pelukan Linda dengan cemberut, tetapi tidak berani menangis lagi seperti tadi.
Linda merasa sangat enggan sehingga menyeletuk, "Yanny salah bicara, aku bisa minta maaf pada Cindy. Aku bisa mohon pengampunannya dan mohon dia pulang. Kalau aku si bibinya ini yang pergi memohon, Cindy tidak mungkin tidak mau pulang. Kak Adrian, jangan salahkan Yanny ...."
Melihat ibunya begitu pesimis di depan Adrian, tebersit kejengkelan di mata Andri. Andri langsung membantah.
"Paman Adrian, dia sendiri yang mau pergi, tidak ada yang paksa dia. Ini juga bukan salah ibuku, kenapa ibuku harus mohon dia pulang? Mungkin saja Cindy sengaja lari dari rumah karena tahu perbuatannya sudah membuat Keluarga Sany marah dan takut dihukum oleh Kakek!"
Adrian menoleh pada Andri dan berkata dengan suara tegas, "Cindy salah, tentu akan aku didik, tidak perlu beri pertanggungjawaban pada siapa pun. Tapi Andri, kalau kamu tetap bersikap seperti ini pada Cindy, kamu tidak perlu panggil aku paman lagi."
Suara Adrian tidak nyaring, tetapi sangat mengguncang hati Andri dan yang lain. Mata mereka membelalak.
Kemudian, tatapan mata Adrian menyapu anak-anak di ruang tamu, termasuk Sovian dan Jeremy.
"Kalian juga. Kalau kalian tidak mau menerima Cindy, kalian tidak usah panggil aku paman."
Suara Adrian tidak nyaring, tetapi sangat tegas. Anak-anak secara refleks duduk tegak dan mengatakan mereka tidak berani.
Calvin yang sudah menghormati Adrian dari dulu langsung menepuk putranya yang duduk di samping. Lalu, Calvin tersenyum seraya melerai, "Kak Adrian, anak-anak tidak bisa jaga mulut, tapi mereka tidak punya niat jahat. Ini bukan masalah atau terima atau tidak, Cindy memang anak dari Keluarga Kusnadi. Tidak perlu begitu."
Tatapan mata Adrian berubah gelap. Suaranya menyiratkan penekanan yang sulit disadari.
"Cindy telah hilang selama 18 tahun. Meski Keluarga Gunawan memenuhi kebutuhan hidupnya, Cindy yang tinggal di rumah Keluarga Gunawan sebagai anak asuh pasti punya banyak kesulitan. Sekarang Cindy akhirnya pulang. Aku tidak mau Cindy berada dalam kesulitan apa pun. Aku tidak minta kalian semua memanjakan Cindy, tapi setidaknya memperlakukan Cindy sebagai kerabat biasa."
Adrian tertegun sejenak. Suaranya lebih tegas lagi. "Kalau tidak bisa, aku pilih tinggal di luar bersama Cindy dan Henri."
Ucapan Adrian sangat menghebohkan. Seketika, ekspresi semua orang berubah.
Mereka tidak menyangka Adrian akan begitu nekat!
Adrian bahkan ingin pisah rumah demi Cindy!
Tepat saat itu, Herman yang diam dari tadi akhirnya berbicara. Suaranya tidak tegas, tetapi tak terbantahkan.
"Adrian, Ayah tidak mau dengar kamu katakan ini lagi."
Herman berujar, "Keluarga Kusnadi adalah satu kesatuan. Selama aku masih hidup, tidak ada yang boleh bilang mau pindah keluar!"
Semua orang di ruang tamu terdiam, tidak berani membantah Herman.
Sovian juga hanya berani menggerutu dalam hati bahwa Cindy mengatakan mau pindah keluar.
Kemudian, Herman menoleh pada Bernard dan Linda.
"Anak Keluarga Kusnadi bisa miliki apa saja yang dia inginkan. Tapi saat yang sama, kalian juga harus ajari dia, dia tidak bisa dapatkan semua yang dia mau."
"Anak harus dididik. Kalau kalian tidak bisa, aku akan didik sendiri."
Tubuh Yanny gemetar lebih kuat lagi ketika mendengar kakek hendak mendidiknya secara pribadi. Yanny nyaris menangis.
Itu sangat mengerikan. Dia tidak mau.
Bernard dan Linda menundukkan kepala sambil memeluk Yanny erat-erat. Mereka mengatakan mereka akan mendidiknya dengan baik.
Melihat cucu-cucu sudah menyadari tingkat keseriusan masalah, Herman tidak mengatakan apa-apa lagi. Lalu, Herman menoleh pada Henri yang duduk santai di samping dan diam dari tadi.
"Nanti kamu cari waktu untuk jemput adikmu pulang. Sudah direncanakan mau adakan pesta di rumah untuk secara resmi mengumumkan identitasnya sebagai Nona Sulung Keluarga Kusnadi. Cindy harus pulang."
Henri memasang senyuman khasnya dan mengangguk. "Aku mengerti."
Ketika Herman ingin berbicara lagi, pengurus terburu-buru berlari ke dalam dan melapor pada Adrian. "Pak Adrian, Tuan Melvin datang bersama istrinya."
Adrian mengernyit. Mengapa orang dari Keluarga Sany datang di saat ini?
Mungkinkah karena Cindy lagi?
Cindy memang tidak sepantasnya pergi ke rumah mereka dan mengatakan hal-hal itu, tetapi sudah keterlaluan jika mereka datang ke rumah untuk menuntut.
Sovian dan yang lain tidak berani berkomentar lagi setelah baru saja ditegur. Akan tetapi, mereka diam-diam bertukar tatapan mata, samar-samar ada rasa mengejek.
Keluarga Sany datang untuk menuntut Cindy atas kesalahannya.
Sudah mereka bilang Cindy sengaja pergi untuk mengelakkan tanggung jawab.
Bukan mereka yang salah.
Tepat saat itu, suami-istri Keluarga Sany melangkah masuk. Ekspresi mereka tampak agak cemas.
Dikarenakan Cindy telah pergi ke rumah mereka dan membuat kesalahpahaman, Adrian memasang wajah ramah dan beranjak dari kursinya untuk menyambut mereka.
"Pak Melvin, Nyonya Irene, maaf Cindy bandel hari ini dan merepotkan kalian. Aku sudah tegur dia ...."
Adrian berpikir Melvin dan istrinya tidak akan mempermasalahkan hal itu lagi setelah dia meminta maaf. Tak disangka, ekspresi mereka berubah menjadi panik dan malu.
"Pak Adrian, tolong jangan bilang begitu. Kami yang salah paham dengan Nona Cindy. Nona Cindy baik hati kasih peringatan, tapi kami tidak sadar. Kami salah. Tolong beri kami kesempatan untuk minta maaf dengan Master Cindy secara langsung!"
Detik berikutnya, suasana ruang tamu diselimuti keheningan yang aneh.
Sovian dan yang lain membelalakkan mata karena kaget, bahkan curiga mereka salah dengar.
Suami istri Keluarga Sany bukan datang untuk menuntut Cindy?
Selain itu ....
Master Cindy?