Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Tuanku Manja KaliTuanku Manja Kali
Oleh: Webfic

Bab 9

"Menyuruh Jordy datang ke kantor polisi? Jordy mungkin awalnya memang diancam, tapi setelah itu dia pasti dengan sukarela membantu wanita itu. Jadi sepertinya nggak banyak yang bisa digali darinya. Setahuku, Jordy itu keras kepala. Kalau dia nggak mau bicara, nggak akan ada yang bisa membuatnya buka mulut. Terlebih lagi, kita nggak mungkin menggunakan kekerasan," ujar Sion yang tampaknya belum memahami maksud Jason sepenuhnya. "Apakah dia mau bicara atau nggak, itu nggak penting," kata Jason sambil melepas topengnya. Wajahnya kembali menunjukkan ekspresi dingin seperti biasanya, dengan garis wajah yang tegas dan sempurna. "Aku paham. Aku akan mengatur semuanya." Sion akhirnya menangkap maksud Jason, lalu segera bertindak. Setengah jam kemudian, Jordy dibawa ke kantor polisi. Jordy merasa kesal. Sialan, siapa sebenarnya yang sudah disinggung Gisel? Pada pukul dua lebih dini hari, semua pintu keluar hotel ditutup. Dia baru keluar hotel selama dua menit sebelum dihentikan. Sekarang, dia malah diminta datang ke kantor polisi. Benar-benar kejam, licik, juga gila. Namun, karena dia sudah berada di kantor polisi, itu berarti Gisel belum tertangkap. Jadi dia harus memastikan dirinya tidak membuat kesalahan. "Pak Jordy, kami memanggilmu ke sini untuk menanyakan beberapa hal. Kami berharap kamu bisa bekerja sama," kata Leon, seorang kapten polisi, dengan nada yang sangat sopan. "Baiklah, aku pasti akan menjawab semua pertanyaan dengan jujur dan sepenuh hati." Jordy menjawab dengan senyuman. Wajahnya tampak tenang seolah dia hanya sedang berkunjung. Tanpa menunggu petugas bicara, dia langsung duduk santai. "Apakah kamu mengenal wanita yang meninggalkan hotel bersamamu setengah jam yang lalu?" "Nggak kenal," jawab Jordy tanpa ragu, sangat tegas. Pada saat yang sama, Jason yang menyaksikan video interogasi langsung menyipitkan matanya sedikit. "Sudah aku duga Jordy nggak akan berkata jujur." Sion mendengus. "Kalau dia nggak tahu siapa wanita itu, dia nggak akan pernah mati-matian membantunya." "Tapi Pak Jordy, kamu membantunya melarikan diri dari hotel." Leon melanjutkan interogasinya di kantor polisi. "Melarikan diri?" Jordy langsung tertawa. "Apa maksudmu? Apa dia membunuh seseorang? Kalau dia seorang pembunuh, bukankah seharusnya kamu langsung mengeluarkan perintah penangkapan? Kalau begitu, apa aku dicurigai sebagai komplotannya?" "Ini nggak seburuk itu." Leon hanya bisa menghela napas. Seperti yang dia duga, tugas ini tidak akan mudah. "Oh, syukurlah. Dia hanya menumpang mobilku sebentar, lalu turun setelah keluar dari hotel. Selebihnya, aku nggak tahu apa-apa." "Jadi Pak Jordy benar-benar nggak tahu siapa dia?" "Aku nggak tahu. Kami bertemu di pesta topeng. Semua orang memakai topeng, siapa yang bisa mengenali orang lain di tempat seperti itu?" Jordy menjawab dengan santai, tanpa terlihat tertekan. "Tapi aku dengar kalau kamu diancam oleh wanita itu, sehingga akhirnya membantu dia." "Oh, terserah kamu mau mengatakan apa. Apa ada lagi yang ingin ditanyakan?" Jordy mengangkat bahunya tanpa peduli, dengan cara bicara yang membuat lawan bicara bingung harus merespons seperti apa. "Jordy memang licik seperti rubah," maki Sion sambil menonton video. Jason meliriknya sekilas. "Kak, aku mengerti. Rubah kecil seperti Jordy nggak akan bisa melawanmu." Sion langsung tersenyum senang. Dia segera mengambil ponselnya untuk menelepon seseorang dengan cepat. Jason sudah mengatakan bahwa tak peduli Jordy bicara atau tidak, itu semua tidaklah penting. Yang penting adalah .... Di ruang interogasi, ponsel Leon berbunyi. Leon melirik ke arah Jordy sebentar sebelum mengangkat teleponnya. Namun, dia tidak berbicara, hanya mendengarkan dengan tenang. Ekspresi di wajah Jordy tampak tenang, seolah-olah dia benar-benar tidak peduli. "Kamu bilang dia adalah Nona dari Keluarga Hinton, Gisel Hinton?" Leon yang duduk di hadapan Jordy tiba-tiba berseru terkejut. Pada saat yang sama, Jason sedang memperhatikan layar video, memeriksa ekspresi wajah Jordy dengan cermat. Setiap langkah telah direncanakan dengan cermat oleh Jason! Sekecil apa pun perubahan pada wajah Jordy, bahkan yang paling halus sekalipun, tidak akan luput dari tatapan matanya. Namun, tepat pada saat itu telepon Jordy tiba-tiba berdering. Jordy merasa sedikit terkejut, seperti baru saja terbangun dari lamunannya. Emosi yang sempat terlihat di wajahnya langsung membeku. "Halo, Kak," jawab Jordy saat mengangkat telepon, sambil diam-diam menghela napas lega. Jika bukan karena telepon ini, dia tadi pasti sudah melakukan kesalahan. Orang itu benar-benar licik, menggunakan cara seperti ini untuk memancingnya. Dalam situasi seperti ini, petugas yang menginterogasinya tiba-tiba menerima telepon dan menyebutkan nama Gisel. Meskipun dia sudah bersiap secara mental, dia pasti tetap akan menunjukkan sedikit reaksi. Dia yakin bahwa orang itu pasti sedang mengawasinya dari tempat tersembunyi. Dengan keahliannya, tak peduli sekecil apa pun perubahan ekspresi di wajah Jordy, pasti akan tertangkap. Barusan itu benar-benar terlalu berbahaya. "Sialan, telepon itu datang di waktu yang sangat nggak tepat." Sion yang sedang menyaksikan video, mengumpat dengan penuh frustrasi. "Semua rencana kita jadi kacau." Jason juga tahu bahwa panggilan telepon itu telah mengacaukan rencananya. Tidak ada lagi yang bisa digali dari Jordy. "Selidiki Gisel, cari semua informasi tentangnya, nggak peduli sekecil apa pun." "Baiklah," jawab Sion. Meskipun dia merasa kecil kemungkinan Gisel terlibat, dia pasti akan melakukannya jika Jason memintanya untuk menyelidiki. Efisiensi kerja Liam memang luar biasa. Tidak lama kemudian, dia menelepon balik, "Pak Jason, kami sudah menyelidiki SPBU itu. Staf di sana mengatakan kalau wanita itu memesan taksi melalui aplikasi. Kami sudah menemukan sopir taksinya, lalu membawanya ke sini." "Hm," jawab Jason dengan suara rendah. "Pak Sion, aku hanya orang biasa yang jujur. Aku nggak melakukan kejahatan apa pun." Sopir taksi itu tampak ketakutan saat melihat banyak polisi di luar hotel. Dia bahkan mengenali Sion, membuatnya hampir saja berlutut. "Kami nggak mengatakan kalau kamu melakukan kejahatan. Sekitar setengah jam yang lalu, apakah kamu menjemput seorang penumpang dari SPBU di seberang jalan?" tanya Sion secara langsung. Jason duduk di sebelahnya, mengamati segalanya. "Ya, benar. Ada yang memesan taksi. Kebetulan aku ada di dekat sana, jadi aku yang pergi menjemput," jawab sopir itu. Dia terlihat lebih tenang setelah tahu alasannya dipanggil ke sini. "Siapa orang itu?" lanjut Sion. "Dia adalah seorang wanita yang memakai topeng berbentuk rubah. Hiasan kepalanya sangat mencolok, sementara pakaiannya juga aneh. Tapi tubuhnya sangat bagus. Saat aku tiba di SPBU, dia langsung masuk ke mobil, hanya mengatakan padaku untuk pergi ke pusat kota. Sepanjang perjalan, dia nggak berbicara lagi. Dia tampak cukup misterius," kata sopir itu dengan sangat detail. Karena kejadian itu meninggalkan kesan mendalam padanya. Sion menoleh ke arah Jason. "Sepertinya dia memang wanita itu." Jason sedikit mengerutkan bibirnya, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Waktu dan tempatnya cocok, jadi kemungkinan besar memang dia. Saat berada di aula pesta, wanita itu mengenakan jubah putih. Jadi sulit bagi Jason untuk melihat bentuk tubuhnya. Namun, kemudian jubah putih yang penuh dengan "darah" itu ditinggalkan kepada Jessica. Sion mengingat betapa gesitnya wanita itu sebelumnya. Dia berhasil lolos dari jebakan rumit yang dipasang oleh Jason. Oleh karena itu, Sion tidak terlalu berharap akan mendapatkan informasi lebih banyak. "Jadi, apa kamu melihat wajahnya?" "Aku melihat wajahnya," jawab sopir itu dengan tiba-tiba, mengejutkan semua orang. "Ketika dia turun dari mobil, dia nggak punya uang untuk membayar. Dia bilang akan membayar nanti, jadi aku memintanya melepas topengnya. Awalnya dia merasa enggan, tapi akhirnya setuju. Jadi aku melihat wajahnya." "Apa kamu melihatnya dengan jelas? Bagaimana rupanya?" Sion yang tadinya duduk santai, langsung duduk tegak. Matanya berubah penuh semangat. Apakah ini yang disebut harapan baru setelah menemui jalan buntu? Jika mereka mengetahui wajah wanita itu, apakah mereka masih perlu takut tidak bisa menemukannya? Mata Jason sedikit berkedut. Dia tiba-tiba berkata, "Tunjukkan foto Gisel padanya."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.