Bab 92 Bagus Sekali
Chris tidak berbicara, hanya berdiri di depanku dengan wajah dingin.
Jarak di antara kami sangat dekat.
Dekat sekali, paling hanya sejarak sekitar satu kepalan tangan.
Dia juga sangat tinggi.
Ini membuatku merasa sangat tertekan.
Namun, aku tidak menunjukkan rasa takut.
Aku juga tidak mundur, melainkan menatap matanya, lalu dengan jelas berkata, "Aku sudah lama ingin memintanya kembali. Belakangan ini karena nggak ada kelasmu, aku nggak bisa bertemu denganmu."
"Sebenarnya, sebuah ikat rambut nggak berarti apa-apa. Yang paling penting adalah pacarku punya rasa cemburu yang kuat. Dia nggak suka barang-barang pribadi milik pacarnya dipakai oleh pria lain," lanjutku.
"Meski pria itu hanya pamanku, tetap saja dia akan merasa nggak nyaman!" tambahku lagi.
Pada saat itu.
Aku seperti seorang wanita yang merasa tersakiti, dengan sengaja menekankan kata "paman", mengingatkan Chris bahwa hubungan antara kami adalah sesuatu yang dia sendiri tetapkan sejak awal.
Karena kami bukan sepasang kekasih,
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda