Bab 8
"Maaf, aku mengganggumu, ya?"
"Itu terlalu geli, jadi aku nggak bisa menahannya."
Wajah putih Jennifer memerah. Dia berkata dengan nada bersalah.
"Nggak apa-apa, selanjutnya akan sangat sakit, kamu harus menahannya."
Carlos meludahkan darah hitam dan berkata singkat.
Dia mendekat lagi dan mengisap lagi. Dia tidak boleh berhenti sebelum darah yang dikeluarkannya berubah menjadi merah.
Setiap kali diisap, Jennifer akan mengeluarkan erangan yang menggoda.
Kalau orang yang tidak tahu melihat ini, mereka mungkin akan mengira ada pasangan liar yang sedang bercinta di sana.
Entah berapa kali Carlos mengisap. Saat Carlos meludahkan darah lagi, darahnya sudah berubah menjadi merah gelap.
Dia melepaskan kaki Jennifer dan menghela napas lega.
"Saat ini kamu sudah baik-baik saja, tapi kamu belum sepenuhnya terbebas dari bahaya. Cuma dengan diisap saja nggak cukup untuk membersihkan semua racun ular."
"Hah? Terus aku harus gimana?"
"Carlos, aku merasa agak pusing sekarang dan napasku juga nggak lancar. Rasanya agak sulit bernapas. Apa kamu bisa menolongku? Aku nggak mau mati."
Jennifer mencoba bangkit, tetapi kedua kakinya lemas sehingga dia terjatuh ke tanah. Dia menatap Carlos dengan mata merah.
"Ini karena masih ada racun ular yang tersisa di dalam tubuhmu. Kamu nggak perlu terlalu panik."
Carlos membersihkan darah di bibirnya dan melihat sekeliling.
Dia ingin melihat apa ada pohon kelapa di dekatnya. Dia mau memanjat pohon untuk memetik satu kelapa.
Dia baru saja mengisap darah yang mengandung racun ular. Kalau tidak sengaja menelannya, dia juga akan keracunan, jadi dia harus berkumur dengan air kelapa.
Namun, tidak ada pohon kelapa di dekatnya, tetapi ada dua kelapa di perkemahan.
Hanya dalam beberapa detik, Carlos sudah membuat keputusan.
"Aku akan membawamu ke perkemahan kami, tunggu saja."
Carlos berjalan ke depan Jennifer, membungkuk dan membiarkan Jennifer merangkak ke punggungnya, lalu membawa Jennifer kembali ke perkemahan.
Saat tiba di perkemahan, mereka bertemu dengan Elena.
"Aku baru saja membersihkan perkemahan dan mau pergi mencari kayu bakar. Kenapa kamu sudah kembali? Kamu sudah menemukan air tawar secepat ini?"
"Siapa ini ... Jennifer? Apa yang terjadi padanya?"
Elena bertanya dengan heran.
Carlos tidak menjawab. Dia segera mengambil satu kelapa dan memecahkannya dengan batu, lalu memasukkan semua air kelapa ke dalam mulutnya untuk berkumur.
Setelah berkumur dengan air kelapa, rasa besi di mulutnya juga menghilang.
"Jennifer terluka digigit ular waktu menyelamatkanku. Aku membawanya kembali untuk mengobatinya," kata Carlos.
…
Dia menurunkan Jennifer dan memeriksa keadaannya.
Saat ini dia baru sadar kalau bibir Jennifer sangat pucat, napasnya agak terengah-engah, dan wajahnya agak kebiruan.
Sepertinya, racun ular dalam tubuh Jennifer mulai bereaksi.
Kalau terus seperti ini, Jennifer akan mati.
"Sepertinya kondisinya jadi parah karena dia terkena racun. Wajahnya sudah pucat pasi, apa yang harus kita lakukan?"
Elena meletakkan tangannya di bawah hidung Jennifer dan merasakan napasnya sangat lemah.
Carlos berpikir sejenak. "Sekarang aku akan pergi mencari tanaman obat yang bisa menyembuhkan racun ular. Kamu bisa menjaganya di sini nggak?"
"Pergilah. Serahkan padaku, aku akan menjaganya dengan baik," kata Elena dengan tegas tanpa ragu.
…
Kata-katanya ini membuat Carlos merasa agak terkejut. Dia tidak mengira kalau Elena sangat mudah diajak bicara.
Melihat tatapan Carlos, Elena tersenyum dan berkata dengan jujur, "Jangan lihat aku seperti itu. Kita hidup bersama di sini, jadi kita itu sekutu."
"Karena kita itu sekutu, kita harus saling percaya dan saling membantu."
"Selain itu … "
Saat mengatakan ini, Elena mengangkat bahunya.
"Jennifer terluka demi menyelamatkanmu. Kalau dia mati begitu saja, mana mungkin kamu nggak merasa sedih? Kalau kamu merasa sedih, siapa yang akan mencarikanku air tawar?"
"Pergilah. Serahkan padaku, jangan khawatir."
Carlos melihat ekspresi mata Elena berubah.
Dia langsung mengangguk dan berkata dengan suara rendah, "Ya, kita itu sekutu. Aku pergi dulu."
Carlos keluar dari gua dengan cepat dan segera masuk ke hutan untuk mencari tanaman obat.
Biasanya, di tempat yang ada ular berbisa, di situ juga ada tanaman obat yang bisa menyembuhkan racunnya. Ini adalah kebijaksanaan yang ditinggalkan oleh leluhur.
Namun, setelah Carlos mencari di sekitar itu selama beberapa saat, dia tidak melihat satu tanaman obat pun.
Tepat saat dia merasa agak gelisah, tiba-tiba dia melihat sosok seseorang yang melintas di depannya. Orang itu berjalan sambil bergumam.
Carlos melihat dari balik pohon besar di dekatnya dan menyadari siapa sosok orang itu.
Itu adalah Callista, travel blogger yang sudah memperkenalkan dirinya sebelumnya.
Dia melihat Callista berjalan dengan hati-hati seolah sedang mencari sesuatu.
Secara samar, Carlos mendengar kata "air".
Carlos berhenti sejenak.
Apa Callista menemukan air?
Apa kalau dia mengikuti Callista, dia akan menemukan air?
Melihat sosok Callista, wajah Jennifer terlintas lagi di pikiran Carlos yang membuatnya ragu.
Entah apa ular berbisa di pulau ini sudah bermutasi atau belum. Racun ular cincin emas tidak terlalu kuat, jadi Jennifer akan baik-baik saja kalau dia tidak pergi terlalu lama
Setelah memikirkan ini, Carlos memutuskan untuk mengikuti jejak Callista.
Keduanya berjalan berurutan. Carlos mengikuti Callista melintasi hutan dan melewati sebuah gunung kecil. Setelah berputar ke belakang gunung kecil, dia melihat Callista berhenti.
"Ketemu! Aku memang nggak salah ingat! Tempatnya di sini."
Suara bersemangat Callista terdengar.
Carlos berdiri tidak jauh dari situ. Mengikuti suara Callista, dia melihat ada sebuah air terjun kecil di belakang bukit kecil. Ukurannya sangat kecil.
Ada celah di tanah, lebarnya sekitar dua meter. Air yang mengalir dari gunung masuk ke dalam celah itu.
Ternyata benar, Callista sudah menemukan air tawar sebelumnya.
Carlos berdiri di belakang dan mengamati sebentar, lalu menyadari kalau Callista tidak segera meminum air itu.
Dia melangkah beberapa langkah ke depan. Setelah melihat dengan saksama, dia baru menyadari masalahnya.
Ternyata jarak antara air terjun dan tempat berpijak sangat lebar. Untuk mencapai air terjun dan minum airnya, seseorang harus punya lengan sepanjang dua meter.
Ini jelas tidak mungkin.
Melihat Callista masih terdiam di depan air terjun, Carlos mendekatinya.
"Sebelumnya, waktu aku mengungkapkan kebenaran tentang perselingkuhan Angelina, kamu menyuruhku untuk berbesar hati dan nggak mempermasalahkannya. Aku pikir kamu itu orang yang sangat berlapang dada."
"Sekarang, kelihatannya kamu juga nggak terlalu hebat."
"Aku benar, 'kan? Callista? Sejak awal kamu sudah menemukan air tawar tapi nggak memberi tahu mereka, membuat mereka kehausan semalaman di pantai."
Carlos tertawa sinis, lalu berjalan ke samping Callista.
Tadinya Callista sedang melamun. Saat tiba-tiba mendengar seseorang berbicara, dia terkejut.
Dia melangkah beberapa langkah ke depan tanpa sadar.
Celah itu sudah tertutup lumut karena terus-menerus terkena percikan air terjun sehingga licin dan basah.
Callista terpeleset dan langsung terjatuh.
Callista jatuh ke dalam celah dengan sangat keras.
Dari suara yang terdengar, kedalaman celah ini tidak begitu dalam, sekitar dua meter.
Carlos melihat ke arah celah itu dan tertegun sejenak.
Dia hanya ingin berbicara dengan Callista, tetapi siapa sangka Callista akan jatuh ke dalamnya.
Sekarang dia harus gimana?
Matahari sudah hampir terbenam. Sebentar lagi, langit akan gelap.
Apa lebih baik dia meninggalkan Callista di sini dan pergi sendirian …