Bab 3
Setelah Angelina mengatakan itu, semua orang di sekitar berbalik dan menatap Carlos dengan pandangan yang waspada.
Beberapa orang bahkan sengaja mundur untuk menjaga jarak dengan Carlos.
"Angelina, kamu gila, ya? Aku belum minta pertanggung jawabanmu untuk masalah di antara kita. Kamu pikir aku nggak bisa marah?"
Carlos langsung marah. Wajahnya dipenuhi amarah yang meluap-luap seolah dia ingin menghajar Angelina sekarang juga.
Dulu, Carlos berpikir kalau memukul wanita itu perilaku yang memalukan dan bukan tindakan seorang pria.
Namun, sekarang dia tidak merasa seperti itu lagi karena wanita seperti Angelina memang pantas dipukul!
"Carlos, kalau kamu berani, ayo pukul aku!"
Angelina menatap Carlos dengan dingin.
"Jangan pikir hal itu akan berlalu begitu saja. Waktu kita berada di laut, kamu ingin membunuhku. Setelah kembali, aku akan memberitahukan hal ini ke orang tuaku dan menggugatmu ke pengadilan!"
"Aku akan membuatmu dihukum atas apa yang kamu lakukan! Aku pikir aku ini mudah ditindas!"
…
Carlos sangat marah. Dia berdiri, menunjuk Angelina, dan berkata dengan penuh emosi, "Dihukum? Bukannya harusnya kamu yang dihukum?"
"Aku sudah baik banget sama kamu. Selama ini aku selalu berjuang untuk pernikahan kita, untuk cinta yang sia-sia ini! Aku kerja keras setengah mati buat cari uang, tapi kamu malah mengkhianatiku!"
"Menurutmu, kamu harus dihukum apa?"
Angelina duduk di atas pasir sambil menatap Carlos dengan dingin.
"Pengecut sepertimu selalu saja seperti itu. Bisanya cuma bisa mengeluh. Kalau kamu punya kemampuan, bisa menghasilkan banyak uang, dan memberiku kehidupan yang bahagia, mana mungkin aku akan memaksamu untuk bercerai?"
"Selamanya kamu nggak akan tahu apa yang aku mau dan nggak akan bisa memberikannya."
"Tapi ini bukan alasanmu untuk membunuhku. Tunggu saja, begitu aku pulang, aku akan melaporkan ini ke polisi. Terus memberi tahu orang tuamu seberapa kejamnya kamu sampai-sampai berani membunuh istrimu! Dasar pecundang!"
"Si*lan! Aku akan membunuhmu sekarang juga!"
Carlos tidak bisa menahan diri lagi. Dia langsung menyerang Angelina dengan niat untuk langsung mencekik wanita memuakkan ini sampai mati.
Meski dia akan selamanya dimasukkan ke penjara selama sisa hidupnya, dia sudah siap untuk itu!
Callista dan yang lainnya segera bangkit dan berdiri di depan Angelina sambil menatap Carlos dengan wajah yang penuh permusuhan.
"Apa pun yang terjadi di antara kalian, itu bukan urusan kami. Tapi kami nggak bisa membiarkan orang yang berperilaku kasar dan ingin membunuh orang berada di sekitar kami."
"Pergilah sendiri, jangan tinggal bersama kami. Setelah kembali, urusanmu akan ditangani oleh hukum."
Callista berkata begitu sambil menatap Carlos dengan wajah dingin.
"Dia berselingkuh dengan pria lain di luar sana. Apa menurut kalian, dia melakukan hal yang benar?"
Carlos bertanya sambil menatap mereka dengan tajam.
"Apa pun yang dia lakukan, itu bukan alasan bagimu untuk membunuhnya. Dia itu istrimu, tapi kamu mau membunuhnya. Kamu benar-benar pria yang rendah."
"Seharusnya kita nggak menyelamatkannya sebelumnya, biarkan saja dia mati tenggelam di laut. Pergi sekarang, kalau nggak, kami akan membereskanmu."
"Dasar pria aneh. Dia cuma berselingkuh dan punya pria yang dicintainya, tapi kamu ingin membunuhnya. Kamu sama seperti pria gila yang menenggelamkan istrinya di laut kayak di film-film!"
Beberapa wanita lainnya juga berkata kepada Carlos dengan berbagai pendapat.
Carlos marah sampai tertawa. Apa ini isi pemikiran wanita-wanita ini?
Perselingkuhan itu wajar?
Bisa dimaafkan?
"Dasar sekumpulan wanita bodoh!"
"Kalau aku benar-benar ingin membunuhnya, apa dia bisa hidup sampai sekarang?"
"Angelina, kalau kamu mau menuntutku, tuntut saja. Aku nggak akan pernah mengalah lagi padamu. Dasar wanita nggak tahu malu! Kamu pasti akan dapat karmanya suatu hari nanti!"
Setelah Carlos mengatakan itu dengan wajah garang, dia berbalik dan berjalan ke arah pantai belakang.
Angelina duduk di atas pasir dengan wajah dingin. Dia sama sekali tidak terpengaruh oleh ancaman Carlos karena dia tahu betul siapa Carlos itu.
Dia bisa mengendalikan Carlos dengan mudah.
Carlos berjalan di pantai dengan wajah yang sangat muram. Sekarang dia sangat membenci Angelina.
Setelah berjalan cukup jauh dan rasa lelah di kakinya sedikit meredakan kemarahan di hatinya, dia baru menyadari satu masalah, yaitu bagaimana dia bisa bertahan sendirian dalam beberapa hari ini.
Carlos menjilat bibirnya yang kering. Dia menoleh dan melihat pohon kelapa yang tidak jauh dari sana. Dia pergi ke sana, memanjat dengan susah payah, dan memetik beberapa kelapa.
Dia memecahkan kelapa di atas batu dan minum air kelapa dari dua buah kelapa sekaligus.
Carlos berdiri di tepi pantai dan menatap laut yang terbentang luas dengan ombak yang terus bergulung. Tanpa sadar tangannya masuk ke saku celana dan mengeluarkan korek api serta rokok.
Namun, rokoknya sudah basah sehingga tidak bisa digunakan lagi.
Carlos meremas kotak rokok dengan tangannya, lalu berjalan ke depan untuk mencari penduduk asli pulau ini.
Namun, setelah dia berjalan cukup lama, dia tidak menemukan jejak manusia sedikit pun dan juga menyadari sesuatu yang sangat serius.
Pantai ini sangat bersih. Hanya ada cangkang kerang yang rusak dan pasir sejauh mata memandang tanpa sedikit pun sampah.
Ini bisa menjelaskan dua hal.
Pertama, tidak ada penduduk di pulau ini.
Kedua, tidak ada nelayan yang datang ke pulau ini.
Selain itu, Carlos juga menyadari sesuatu yang sangat serius, tetapi pikiran itu sangat menakutkan. Dia memaksa dirinya sendiri untuk tidak memikirkan ke arah itu.
Saat air laut surut, Carlos berjalan di perairan dangkal untuk mencari makanan laut yang bisa dimakan.
Dia berputar-putar dan akhirnya menemukan banyak kerang berbentuk aneh dan ikan laut yang terdampar.
Carlos mengambil beberapa kayu kering, membuat api unggun, menyalakan api dengan korek api, dan meletakkan semua kerang yang dia kumpulkan di samping api unggun. Kemudian dia menusuk ikan dengan tongkat kayu dan memanggangnya di atas api.
Setelah matang, Carlos menunggu sampai makanannya tidak terlalu panas, lalu makan dua kerang, mengambil tongkat kayu, mengupas kulit ikan yang terbakar gosong, dan memakan daging ikan di dalamnya.
"A … apa kamu bisa memberiku sedikit ikan? Aku sangat lapar dan ingin makan ikan."
Suara yang tiba-tiba muncul di sebelahnya ini membuat Carlos terkejut. Dia segera menggenggam tongkat kayu di sebelahnya, menoleh, dan menatap wanita yang berdiri tidak jauh darinya dengan ekspresi waspada.
Dia mengenal wanita ini. Sebelumnya wanita ini sudah memperkenalkan dirinya sendiri. Sepertinya namanya Elena, dia bekerja sebagai model.
"Kenapa harus kasih ke kamu?"
Carlos berkata dengan dingin, lalu menoleh kembali dan memakan ikan.
"Demi diet dan menjaga bentuk tubuh, aku nggak sarapan hari ini. Sekarang sudah satu hari aku nggak makan apa-apa, aku benar-benar lapar."
"Istrimu berselingkuh dan mengkhianatimu. Itu salahnya, tapi kamu juga nggak membunuhmu. Kamu bahkan menariknya naik waktu itu. Aku melihat semuanya."
"Selama kamu memberiku ikan, nanti kalau istrimu menggugatmu, aku akan bersaksi untukmu."
Elena berjalan mendekat dan duduk di samping Carlos sambil berkata dengan wajah yang penuh ketulusan.
Carlos langsung memberikan ikan yang sudah dia makan setengahnya kepada Elena.
Kemudian dia berkata, "Kamu nggak perlu bersaksi. Pertama aku nggak melakukannya, kedua dia juga nggak punya bukti apa pun. Dia nggak bisa melakukan apa pun padaku."
Elena mengambil tongkat kayu dan langsung memasukkan sepotong besar daging ikan ke mulutnya. Dia makan dengan lahap.
Elena berkata sambil mengangguk, "Sebenarnya kamu nggak perlu khawatir karena kemungkinan besar kita nggak akan bisa kembali."
Carlos tiba-tiba menoleh dan menatapnya dengan wajah terkejut …