Bab 9
Kedua sahabat itu menghabiskan sepanjang hari untuk membersihkan dan merapikan toko, mereka juga menata semua barang dagangan yang sudah disiapkan di rak. Mereka berdua membuka stan makanan ringan seperti teh susu, sosis panggang, es serut, dan lain-lain di depan toko.
"Carissa, cuaca agak dingin. Apa kamu mau makan ubi panggang?" Jelita bertanya, sembari meletakkan berbagai minuman di dalam lemari pajangan di dekat pintu.
"Boleh! Kamu pemegang saham terbesar, jadi kamu bebas pilih," kata Carissa sambil bercanda dengan Jelita.
Jelita yang punya kepribadian ceria langsung merasa bangga mendengarnya, "Sekarang kita sudah jadi bos besar nih."
Keduanya sedang bercanda, tiba-tiba ponsel Carissa berdering. Ketika dilihat, itu adalah panggilan dari Cassandra. Dia berpikir kalau kakaknya pasti menanyakan jam buka tokonya besok.
Carissa saat ini merasa sangat bersemangat, dia juga memiliki toko kecil yang dibuka bersama kakaknya. Dengan ini, dia bisa mendapatkan lebih banyak uang untuk mencukupi kehidupannya, kakaknya, dan keponakannya. Keluarga suami kakaknya tidak akan berani lagi meng-cap kakaknya orang nggak berguna.
Dengan pikiran seperti itu, Carissa dengan senang hati mengangkat teleponnya, "Kakak!"
Namun, sebelum Carissa sempat berbicara, dia mendengar suara tangisan ketakutan dari keponakannya dan juga suara ribut-ribut dari sebrang telepon.
Kemudian, Carissa mendengar ibu mertua kakaknya berteriak di telepon, "Carissa, cepatlah temui kakakmu dan bawa pergi ibumu! kalau kamu nggak datang, aku akan memanggil polisi!"
Tanpa menunggu Carissa menjawab, sambungan telepon terputus.
Jelita melihat wajah Carissa berubah sedih, dia segera datang dan bertanya, "Ada apa?"
"Meliana pergi mengganggu kakakku." Carissa marah sampai gemetar seluruh tubuhnya, tangannya dingin dan dia segera bergegas pergi ke sana!
"Aku akan mengantarmu dengan mobil." Jelita tidak banyak bicara, dia segera mengemudikan mobil dan membawa Carissa pergi.
Keduanya tiba di rumah Carissa. Sebelum sempat naik ke lantai atas, mereka sudah bisa mendengar teriakan yang berasal dari lantai tiga. Begitu mendengarnya, Carissa langsung tahu bahwa itu adalah suara Meliana.
"Dasar perempuan sialan, sudah menikah dengan keluarga kaya jadi sombong, bahkan nggak peduli dengan hidupku dan ayahmu!" teriak Meliana dengan suara melengking. "Kalau kamu nggak memberitahuku di mana Carissa pindah sekarang, aku akan gantung diri di depan pintu rumahmu! Biar semua orang tahu betapa malunya kamu! Cih!"
Mendengar itu, Carissa naik darah. Mereka berdua, sebenarnya telah melakukan kesalahan apa di kehidupan sebelumnya? Sehingga di kehidupan ini harus berurusan dengan orang sepertinya yang suka membuat keributan dan tidak tahu malu seperti Meliana.
"Carissa, kita harus segera melaporkan ini ke polisi. Kamu jangan emosi dulu, ya?" Jelita juga marah, tetapi berusaha tetap tenang.
Carissa juga tahu, melaporkan kejadian kepada polisi adalah pilihan yang paling bijaksana saat ini.
Dia yakin situasi di lantai atas sangat buruk, sehingga keluarga saudara perempuannya tidak bisa melaporkan kejadian ini.
Benar saja, ketika Carissa sampai di lantai tiga dan belum sempat masuk, tiba-tiba sebuah benda terbang keluar dari dalam rumah dan jatuh dengan suara "Plak .." Setelah dilihat, ternyata itu adalah pembalut wanita.
"Kamu 'kan orang tua, bagaimana bisa melakukan hal memalukan seperti itu di depan anak?" tanya mertua Cassandra, Lina, dengan napas tersengal-sengal.
Meliana tidak merasa malu sama sekali, bahkan dengan berani dia berteriak dengan lantang, "Apa-apaan orang tua dan anak? Aku peringatkan kalian, kalau berani melindungi gadis siala itu, aku akan membuat seluruh keluarga kalian sengsara juga!"
Meliana mengatakan hal ini sama saja menganggap Cassandra bukan keluarganya sendiri.
Matanya yang bengkak karena menangis menatap Meliana di pintu dengan penuh keputusasaan dan kebencian. Dia juga melihat Carissa yang baru masuk, "Carissa? Kenapa kamu ada di sini?"
Melihat reaksi Cassandra, sudah dipastikan bahwa ibu mertua Cassandra memanggil Carissa dengan menggunakan telepon genggamnya.
Hanya dalam sekejap, Meliana dengan cepat melompat ke atas, "Dasar gadis sialan, akhirnya kamu mau muncul juga. Aku kira kamu sudah mati di luar sana!"
Meliana memaki Carissa dan menjewer telinganya seperti dulu!
Meliana lupa bahwa Carissa sudah dewasa dan dengan mudah menghindari serangannya. Carissa dengan cepat menampar punggung tangan Meliana dengan satu tamparan!
"Plak," Carissa menepis tangan Meliana, membuatnya merasa sangat malu!
Carissa berani melawannya di depan mertua Cassandra!
"Dasar anak durhaka! Pasti kamu sudah menemukan pria hidung belang yang hebat, sampai-sampai berani memukul ibumu sendiri!"
Meliana tidak pernah bisa menjaga lisannya. Padahal awalnya Carissa masih menghormati dia sebagai orang tua dan tidak ingin mempermalukannya.
Sekarang dia sadar, orang ini benar-benar nggak tahu malu!
Kalau dia masih terus sabar, berarti dia nggak sayang sama dirinya sendiri dan kakaknya.