Bab 93
"Pak Jinan, apa kamu ... kamu sedang demam?" tanya Xena penasaran. Dia benar-benar tidak mengerti dari mana datangnya amarah sebesar ini.
Jika bukan demam yang membuatnya serba kebingungan, bagaimana pria itu bisa mengucapkan hal yang terdengar begitu aneh?
Orang yang tidak tahu bisa saja mengira bahwa mereka sepasang kekasih sebab ada pria lain tengah mengejar Xena hingga Jinan murka.
Jinan langsung terdiam.
"Apa katamu?"
Xena, yang ingin mempertahankan pekerjaannya, hanya mampu merendah, "Nggak, nggak apa-apa. Aku cuma khawatir dengan kondisi kesehatanmu."
Mata Jinan menatap tajam, terlihat penuh misteri. Jelas sekali dia tidak akan memecatnya, tetapi dia membuat alasan agar tampak terhormat. "Guna menghargai Pak Wibowo, aku akan kasih kamu satu kesempatan lagi."
Xena buru-buru mengangguk dan berterima kasih, "Aku pasti akan bekerja dengan baik. Aku jamin hal seperti ini nggak akan pernah terulang kembali."
"Pergilah, lanjutkan pekerjaanmu," ucap Jina sambil melambaikan tangan.
Saat
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda