Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 8 Melindungi

Bernard menunggu di kantor, berharap Chyntia datang untuk meminta maaf dan mengalah. Hingga jam pulang kerja, dia baru tahu dari Susan bahwa Chyntia mengundang karyawan perusahaan untuk makan malam bersama. Seketika, kemarahannya memuncak. Dia langsung mengemudi ke lokasi. Kebetulan dia juga mendengar rencana Chyntia untuk mengundurkan diri. Hatinya dipenuhi kemarahan yang tak bisa dijelaskan. Chyntia berbalik dan langsung bertatapan dengan mata Bernard yang merah. Di belakangnya, Susan yang memakai gaun panjang putih tetap menunjukkan wajah lembut dan lemah. Chyntia menjawab dengan dingin, "Ya, aku mau mengundurkan diri. Pekerjaan yang ada sudah kuselesaikan, dan besok aku akan menyerahkannya padamu, Pak Bernard." Bernard tanpa sadar mempererat genggaman tangannya. "Siapa yang mengizinkanmu pergi?! Aku nggak akan menyetujuinya!" Tangan Chyntia terasa sakit akibat tarikan itu. Dia mengernyit dan berkata, "Lepaskan!" Mendengar Chyntia ingin mengundurkan diri, Susan sebenarnya sangat senang. Dia berharap Chyntia segera pergi, sehingga dia bisa lebih dekat dengan Bernard. Namun, dia juga penasaran apakah Chyntia hanya berpura-pura untuk menarik perhatian. Bernard akhirnya melepaskan tangannya, tetapi wajahnya tetap muram saat menatap Chyntia. "Kamu sudah cukup bikin keributan?" "Kamu yang bikin keributan!" Chyntia membalas. Dia melirik wajah Susan, lalu berkata dengan dingin, "Aku sudah merelakanmu bersama Susan. Lalu, apa lagi yang kamu inginkan?" Mendengar ini, hati Bernard agak lega. Kemarahannya mereda karena dia berpikir bahwa Chyntia masih peduli padanya. Dia merasa bahwa kemarahan wanita ini adalah tanda cinta yang mendalam. Jadi dia berkata, "Kamu salah paham soal Susan. Aku cuma menganggapnya seperti adik, jadi aku lebih memperhatikannya." "Adik?" Chyntia tertawa dingin. "Sudah berciuman, tapi tetap mengaku sebagai adik. Bernard, apa kamu anggap aku ini bodoh?" Bernard mengernyitkan alisnya. "Berciuman? Kamu ini bicara omong kosong apa?" Ekspresi Susan langsung berubah. Dia melangkah maju, memegang lengan Chyntia, dan memohon dengan suara lembut, "Kak Chyntia, aku tahu kamu marah sama Pak Bernard karena aku. Semua ini salahku. Asalkan kamu nggak putus dengan Pak Bernard, aku bersedia keluar dari perusahaan." Dengan ekspresi tulus, Susan memegang lengan Chyntia dan diam-diam menekan lebih kuat. Chyntia yang merasa sakit langsung melepaskan tangannya. "Ah!" Susan jatuh ke lantai sambil menjerit pelan. Seketika, terdengar suara Bernard yang marah. "Chyntia, kamu benar-benar keterlaluan!" Bernard membantu Susan berdiri, lalu memeluk bahunya. Matanya yang penuh kemarahan menatap Chyntia. "Pak Bernard, jangan marah pada Kak Chyntia. Ini salahku karena nggak bisa menjaga keseimbangan," kata Susan dengan mata berkaca-kaca, seolah-olah menahan rasa sakit dan tetap tegar. Melihat kelembutan Susan, Bernard makin kesal pada Chyntia. "Chyntia, kamu sama sekali nggak selembut Susan." Chyntia menundukkan kepala. Rasa sakit di lengannya hampir membuat air matanya jatuh. Mendengar ucapan Bernard, hatinya terasa sesak dan pedih. "Kalau aku nggak lebih baik dari dia, maka kamu bersama dia saja. Mulai sekarang, nggak ada hubungan lagi di antara kita." Dia menahan emosinya dan sambil memaksakan senyum ke rekan-rekannya, dia berkata, "Kalian lanjutkan makan. Aku mau ke toilet sebentar. Dan untuk yang nggak aku undang, silakan pergi." Setelah itu, dia berbalik dan pergi. Wajah Bernard memerah karena marah. Dia berteriak, "Chyntia, kembali dan minta maaf!" Namun, yang dia dapatkan hanya punggung yang dingin. Chyntia masuk ke toilet, mencuci tangan sambil menahan air mata yang akhirnya tumpah. Meski mulutnya mengatakan hal yang tegas, hatinya tetap terasa perih. Melihat bagaimana Bernard melindungi Susan, hatinya terasa seperti disayat. Saat kecil, ketika dia diganggu, Bernard juga selalu melindunginya, bahkan melawan mereka yang menyakitinya. Meski terluka, dia selalu tersenyum. "Chyntia, aku akan menjagamu. Nggak ada yang boleh menyakitimu." Chyntia mengepalkan tangannya, merasakan rasa sakit yang menyesakkan. "Kenapa setiap kali aku melihatmu, kamu selalu terlihat begitu menyedihkan?" Sebuah suara dingin terdengar di belakangnya. Chyntia mengangkat kepala, melihat wajah tampan yang tidak asing di cermin.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.