Bab 3
Aldi terdiam selama beberapa detik sebelum berbicara lalu berkata, "Baiklah, telepon Merina."
Mereka hanya bekerja di Kota Pandora selama beberapa hari, tapi Merina juga ikut. Meskipun dikatakan bahwa Merina datang untuk berlibur, orang-orang di cabang Kota Pandora tahu bahwa dia datang karena mengikuti Aldi.
"Oke," jawab Andrian.
Andrian segera memesan tiket penerbangan, lalu mereka pun bergegas ke bandara setelah menjemput Merina.
Setelah lebih dari sepuluh jam penerbangan, pesawat akhirnya mendarat dengan mulus di Bandara Kota Darley.
Dalam waktu kurang lebih sepuluh jam itu, Andrian juga bisa melihat perhatian Aldi yang hanya terfokus kepada Merina.
Setelah turun dari pesawat, mereka berjalan bersama menuju pintu bandara.
Ketika ada banyak orang, Aldi secara tidak sadar akan melindungi Merina.
Serina juga pernah menemani Aldi dalam perjalanan bisnis sebelumnya, tetapi dialah yang menjaga Aldi sepanjang waktu. Sikap Aldi terhadap Serina cukup acuh.
Dibandingkan dengan Serina, Merina lebih mirip istri Aldi.
....
Pada saat yang sama, Serina juga keluar dari lorong lain di bandara.
Serina mengenakan gaun panjang bertail dengan leher bentuk V dan memakai kacamata hitam. Ada senyuman tipis di wajahnya, sepertinya dia sedang dalam suasana hati yang baik.
Sandara sudah menunggu di gerbang bandara lebih awal dan langsung melambaikan tangan begitu melihat Serina.
Ketika melihat Sandara, senyuman Serina semakin dalam, dia mendorong kopernya lalu berjalan ke arah Sandara lebih cepat.
Namun, saat Serina hendak berjalan ke arah Sandara, dia melihat bahwa Sandara sedang melihat ke belakang Serina dengan ekspresi suram.
Muncul ekspresi terkejut di mata Serina. Dia berbalik lalu melihat Aldi serta Merina berjalan berdampingan menuju pintu bandara.
Serina tanpa sadar mengencangkan pegangan pada kopernya, wajahnya tetap tanpa ekspresi.
Sebelum Sandara sempat berbicara, Serina kembali menatap Sandara lalu berkata, "Ayo pergi."
Melihat ekspresinya yang tenang dan tanpa ada emosi, Sandara tidak yakin apakah Serina benar-benar telah melepaskan Aldi, jadi Sandara segera mengulurkan tangan untuk mengambil barang bawaan di tangan Serina.
"Kali ini kamu belanja banyak, kopermu lumayan berat," kata Sandara.
"Ini semua adalah oleh-oleh untukmu," jawab Serina.
Sambil mengobrol, Sandara dan Serina berjalan ke luar. Mereka tidak menyadari bahwa ada tatapan tajam memandang mereka, lebih tepatnya pada Serina.
Merasakan ada yang tidak beres dengan Aldi, Merina dengan lembut menarik lengan bajunya.
"Kak Aldi, kamu kenapa?" tanya Merina.
Aldi memalingkan wajahnya, lalu menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Tak apa-apa."
Apakah Aldi berhalusinasi?
Wanita itu mengingatkannya pada Serina. Akan tetapi, Serina tidak pernah mengenakan gaun panjang bertali seperti itu. Pakaian yang dikenakan Serina selalu memberikan kesan lembut pada pandangan pertama.
Aldi mengernyitkan kening, lalu memandang Andrian dengan ekspresi tidak senang sambil berkata, "Apakah kamu belum menemukan Serina?"
Andrian bahkan tidak sanggup menatap mata Aldi. Sambil menunduk, dia berkata, "Iya .... Tapi kita pasti akan menemukan lokasi Nona Serina hari ini!"
Aura dingin di sekitar Aldi makin kuat, dia berkata dengan nada dingin, "Antarkan Merina pulang, aku akan kembali ke rumah."
Ketika Aldi sampai ke rumah, waktu sudah menunjukkan jam tujuh lebih.
Rumah itu gelap, terlihat jelas bahwa Serina tidak ada di rumah.
Setelah membuka pintu, aroma debu menyergap, sehingga membuat Aldi tanpa sadar mengernyitkan kening.
Dulu, setiap kali Aldi pulang, yang pertama kali dilihatnya adalah senyuman Serina. Akan tetapi, sekarang, yang menyambutnya adalah kegelapan yang menyelimuti seluruh ruangan.
Aldi menyalakan lampu di ruang tamu, lalu melihat bahwa rumah ini telah tertutup oleh lapisan debu. Seperti yang dikatakan oleh pihak pengurus rumah, Serina benar-benar belum pulang.
Sebelumnya, Serina juga pernah marah pada Aldi, tetapi tidak pernah sebulan tidak pulang seperti ini.
Aldi merasakan firasat buruk di hatinya. Firasat tersebut mencapai puncaknya saat dia melihat perjanjian perceraian di atas meja serta cincin di atasnya.
Rumah ini sudah tidak pernah dibersihkan selama sebulan, jadi debu sudah menutupi perjanjian perceraian tersebut.
Aldi mengambilnya lalu membuka halaman terakhir, tentu saja Serina sudah menandatanganinya.
Perasaan marah yang belum pernah dirasakannya sebelumnya muncul di hati Aldi. Dia menggenggam erat perjanjian perceraian, wajahnya tampak sangat muram.
Berani-beraninya Serina!
Tepat saat Aldi merasakan marah yang tidak terkendali, ponselnya tiba-tiba berdering.
"Tuan Aldi, saya sudah menemukan lokasi Nona Serina, dia berada di bagian utara Kota Darley ...."
Melihat Andrian yang terbata-bata, Aldi berkata dengan suara dingin, "Katakan! Di mana Serina berada di bagian utara Kota Darley!"
"Di sebuah rumah .... Pemilik rumah itu adalah Tommy Adrian, seorang aktor baru."