Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 5

Keesokan paginya yang cerah. Hania pergi ke dapur, bersiap-siap untuk membuat sarapan. Namun, dapur itu sangat bersih, jauh lebih bersih dari wajahnya. Kulkas pun terlihat kosong, bahkan daun bawang saja tidak ada. Setelah mengamati sekeliling, Hania memutuskan untuk pergi ke lantai bawah. Biasanya, kompleks mewah memiliki pusat perbelanjaan. Setelah bertanya kepada tetangga sekitar, Hania segera menemukan sebuah toko. Tak butuh waktu lama, Hania sudah kembali ke rumah sembari membawa sarapan. Pada saat yang sama, Jamal baru selesai mandi. Pria itu hanya mengenakan jubah tidur longgar yang terbuka di bagian depan. Otot yang tampak kencang di bagian dada dan perut terlihat begitu sempurna. Tubuh atletis seperti ini hanya pernah Hania lihat pada model pria di majalah. Tanpa sadar, Hania pun menatap cukup lama ke arah Jamal. Jamal menangkap tatapan nakalnya, merasa seakan-akan dia telah dilecehkan, jubahnya pun segera dirapikan. "Kamu dari mana?" "Eh, aku ... hm, a-aku baru saja pergi beli sarapan. Aku membeli sarapan buatmu juga. Ayo, sarapan bersama!" Hania mengalihkan sorot mata, lalu meletakkan sarapan yang dia beli di atas meja. Jamal pun duduk di depan Hania. Ketika melihat makanan dalam kotak plastik yang sederhana, dahinya agak mengernyit. "Ini saja?" tanya Jamal. "Ya. Ada apa?" Hania mengamati sarapan yang dia beli. Dadar gulung, bakpao, cakwe, dan susu kedelai ... ini sudah bagus untuk standar pekerja kantoran di Kota Jarita, 'kan? "Nggak apa-apa, kamu saja yang makan." Jamal terbiasa melihat sajian makanan berpenampilan indah, membuatnya tidak tertarik sama sekali dengan penampilan makanan yang buruk ini. "Kamu nggak makan? Aku habiskan, ya?" Hania punya prinsip untuk tidak membuang makanan, sehingga dia menikmati makanan itu seorang diri. Jamal hanya menyaksikan Hania yang menyantap lahap semua makanan itu. Awalnya, Jamal memang tidak berselera. Namun, melihat Hania makan dengan lahap, perutnya diam-diam mulai berbunyi. Melihat Hania hampir selesai memakan dua porsi, dia bertanya, "Kenapa kamu nggak beli bahan makanan dan memasak sendiri? Makanan yang kamu masak akan jauh lebih sehat." "Aku akan beli sepulang kerja nanti. Aku nggak ada banyak waktu pagi ini karena harus berangkat kerja tepat waktu," jelas Hania. Sambil terus berbicara, Hania juga tidak lupa memasukkan bakpao isi daging ke mulutnya. Lantas, Jamal bertanya penuh keheranan, "Kamu nggak memasak, tapi kamu habiskan semua sarapan yang kamu beli buatku. Lalu, apa yang kumakan?" "Lah? Kamu yang suruh aku buat menghabiskan ini, 'kan?" "Kapan aku menyuruhmu untuk menghabiskan bagianku juga?" Hania refleks terdiam usai mendengar respons Jamal. Masih pagi, tetapi Jamal malah bersilat lidah dengannya. Jadi, Hania memberikan sisa bakpao ke Jamal dengan enggan. "Aku makan pakai garpu, bersih semua. Kamu masih mau, nggak?" Kemudian, Jamal menatap mangkuk kosong di atas meja, tak bisa menahan decak kagumnya. Wanita ini kelihatan kurus, kenapa nafsu makannya bisa serakus babi, ya ...' 'Parahnya lagi, dia malah menyuruhku makan porsi sisanya!' batin Jamal terus bergulat kesal. "Nggak mau?" tanya Hania memecah sunyi. Hania menatap sisa bakpao itu penuh harap. Akhirnya, Jamal segera mengambil bakpao itu, lalu dimasukkan ke mulutnya. Seorang pria sejati harus bisa bersabar dan beradaptasi. Kalau tidak makan, tentu harus puas untuk makan angin saja. 'Hmm ... penampilannya buruk, tapi rasanya lumayan juga.' "Nah, makannya pelan-pelan saja. Sekarang, aku harus pergi." Hania mengambil tasnya seraya bergegas pergi. Dia menelan makanannya, lalu sekilas melihat arloji dan bertanya, "Kamu kerja di mana?" "Grup Delta." Jamal membulatkan matanya. "Aku baru lihat peta, tempat kerjaku nggak terlalu jauh dari sini dan hanya beberapa halte bis." Hania cepat-cepat mengganti sepatunya sebelum teringat sesuatu, "Oh, ya. Malam ini, aku akan pulang agak telat. Kalau kamu pulang lebih awal, silakan makan malam sendiri. Nggak usah tunggu aku." Jamal mengabaikan penjelasan Hania karena pikirannya masih terpaku pada sebutan "Grup Delta". Ekspresinya benar-benar tampak terkejut. Sementara itu. Di Departemen Desain Grup Delta. Hania berlari keluar dari lift dan berhasil absen di menit terakhir. Pikirnya, dia akan dapat teguran lagi dari supervisor seperti biasa, tetapi Hania tidak mendapati keberadaan sang supervisor setelah melihat ke sekeliling. Sang supervisor, dikenal juga sebagai si Muka Tembok, tidak hadir, sehingga rekan-rekannya tidak sadar sudah masuk waktu kerja dan memilih berkumpul di meja sebelahnya untuk bergosip. "Eh, lihat sini lihat! Ada gosip heboh! Bos Besar terlihat di depan Kantor Catatan Sipil kemarin. Menurut kalian, apakah Bos Besar diam-diam menikah?" "Nggak mungkin! Kalau lihat statusnya saja, pernikahan Bos Besar pasti pernikahan keluarga konglomerat, bahkan masuk ke berita utama di berbagai surat kabar. Nggak ada kabar kalau dia punya pacar juga, 'kan? Lagi pula, yang terlihat cuma sebuah mobil mewah, belum tentu Bos Besar ada di dalam sana, sih?" "Ya. Entah berita itu benar atau nggak, seumur hidup pun kita nggak akan bisa berhubungan sama orang sehebat dia." "Bagaimana kamu tahu kalau kita nggak bisa? Siapa tahu kita akan beruntung dan Bos Besar jatuh hati, lalu benar-benar terbang tinggi layaknya burung phoenix, hahaha ..." Mendengar itu, Hania langsung tahu siapa yang mereka bicarakan. Putra sulung keluarga konglomerat terbesar di Kota Jarita serta anak dari Chandra Lestanto. Dialah ahli waris masa depan keluarga Lestanto dan pemegang saham terbesar di perusahaan mereka. Kabarnya, dia muda, tampan, dan punya bakat bisnis yang luar biasa. Dia menjadi sosok yang selalu diikuti oleh media, tetapi sangat rendah hati hingga belum pernah tertangkap kamera. Meskipun begitu, banyak wanita menganggapnya sebagai sosok pria idaman, bahkan para rekan kerjanya menghormati beliau sebagai bos yang paling disegani! Hania tidak tertarik pada orang yang sukar dijangkau seperti itu. Dia hanya ingin bekerja dengan tekun dan menghasilkan uang. Karena itu, dia segera kembali ke mejanya. Namun, mendengar suara tawa dari meja sebelah yang makin mengganggu, Hania berbaik hati mengingatkan, "Waktu kerja sudah mulai, mungkin Supervisor akan segera datang. Lebih baik kalian menuju tempat masing-masing saja." Suara tawa pun langsung terhenti. Rekan-rekan yang peka segera kembali ke meja mereka, menyisakan beberapa orang yang masih berkumpul. Saat kerumunan membubarkan diri, Hania tanpa sengaja melihat foto berita yang dimaksud di ponsel salah satu dari mereka. Sorot matanya pun terhenti sejenak. Bangunan di foto itu tampak tidak asing. Setelah diperhatikan lagi dengan saksama, itu adalah Kantor Catatan Sipil, lokasi yang sama dengan tempatnya menikah kemarin. Foto tersebut menampilkan mobil Bugatti di tempat parkir depan Kantor Catatan Sipil. Kebetulan, di sebelah Bugatti ada mobil bisnis Wuling milik Jamal. Artinya, kemarin, dia hampir bertemu Bos Besar yang terkenal itu. "Ada apa Hania? Apa kamu juga bermimpi menikahi orang kaya dan menjadi Nyonya Besar?" Yelena adalah rekan kerja yang duduk di sebelah meja kerja Hania. Melihat Hania terus menatap foto itu, Yelena sengaja mengejek dirinya dengan nada tinggi. Rekan-rekan kerjanya yang lain langsung melihat ke arah Hania penuh suara yang riuh, bahkan beberapa dari mereka berusaha keras menahan tawa hingga berbisik-bisik. Mereka menyajikan reaksi itu karena Hania berasal dari keluarga sederhana. Sehari-hari, Hania hanya mengenakan pakaian dari toko online, membawa tas seharga ratusan ribu rupiah, bahkan tampil polos tanpa riasan dan tidak memakai lipstik. Jika dibandingkan dengan para rekan kerja berpakaian rapi, Hania terlihat biasa-biasa saja. "Aku nggak berpikir seperti itu, sebatas lihat fotonya," ujar Hania. Hania sudah terbiasa dengan tatapan semacam itu. Dia bergegas duduk dengan tenang, membuka komputer, dan bersiap untuk bekerja. Akan tetapi, Yelena tidak berhenti begitu saja. Dia menyandarkan tangan di sekat meja dan melanjutkan, "Tentulah kamu cuma bisa lihat. Orang macam kamu nggak cocok bermimpi sebagai Nyonya Besar!"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.