Bab 17
Tak lama, lift tiba di lantai satu. Hania melangkah keluar, lalu menarik napas panjang hingga perasaannya agak lega.
Jamal masih berdiri di depan pintu lift seraya menatap punggung ramping Hania yang tampak menjauh, entah memikirkan apa.
Belum berjalan beberapa langkah, seorang pria paruh baya yang sedang mabuk menghalangi jalan Hania.
"Nak, larimu cepat sekali tadi! Aku nggak mengejarmu, sekarang, kamu nggak bisa lari lagi. Kamu memukulku, kamu harus ganti rugi!"
Hania langsung mengenali pria ini, dia adalah pria pengganggu di lift tadi.
Mungkin akibat alkohol, Hania tidak lagi takut seperti sebelumnya, menyisakan amarah membara saja.
"Kamu berani sebut-sebut kejadian tadi? Kalau bukan karenamu, bagaimana bisa pesanan makananku tumpah? Cepat ganti rugi uang makananku!"
"Uang? Hehe ... aku punya banyak uang. Jumlah pastinya, sih, kita harus membahasnya dengan baik di ranjang hotel."
Pria itu tertawa jahat sambil menggosokkan tangannya, perlahan mendekati Hania.
Namun, sedetik kemudian,
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda