Bab 8
Seolah-olah bukan dia yang membalasku dengan pesan ambigu barusan.
Aku berdeham, lalu tersenyum menyanjung dan berkata, "Nggak kenapa-napa, hanya mau tanya kamu pulang nggak nanti malam. Jadi, aku bisa siap-siap masak untukmu."
Pada kenyataannya, aku berharap Carson jangan pulang nanti malam.
"Kak Carson ...."
Ketika aku sedang menunggu jawaban Carson, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita di telepon.
Aku terbengong.
Itukah cinta sejati Carson?
Carson sedang bersama cinta sejatinya?
"Nggak usah masak untukku, aku sudah makan. Nggak usah tunggu aku juga nanti malam, kamu bisa tidur dulu."
"Oh ... oh ...."
Aku menyahut dengan bengong. Lalu, terdengar bunyi "tut-tut" di telepon.
Carson sudah menutup telepon.
Carson sedang bersama cinta sejatinya, pasti tidak akan pulang malam ini.
Aku harusnya senang, tetapi hatiku malah tidak keruan.
Setelah membuang pikiran kacau di kepalaku, aku memakai gaun seksi dan pergi keluar.
Carson punya cinta sejatinya, sedangkan aku hanyalah wanita simpanan Carson sekarang.
Ketika Carson sudah muak atau merasa tidak asyik untuk membalas dendam padaku lagi, Carson akan mencampakkanku.
Oleh karena itu, aku tidak boleh punya pemikiran yang tidak seharusnya kumiliki.
Baru setelah itu, suasana hatiku menjadi lebih lega.
Pukul 7 malam lewat, sekarang bukan waktu teramai di bar.
Begitu masuk, aku melihat Bella melambai padaku dengan girang.
Seperti tiga tahun lalu, Bella memiliki rambut sepanjang bahu, raut wajah yang tegas, dan senyuman bodoh.
Bella selalu mengatakan dirinya tomboi dan tidak digemari para pria.
Bella mengatakan aku adalah tipikal wanita cantik bak dewi dan punya postur badan yang seksi, sangat digemari para pria.
Bella berpikir aku bisa menikah dengan pria terunggul di dunia ini.
Ketika aku menikah dengan Carson, Bella sangat jengkel karena wanita cantik sepertiku dimiliki oleh pria payah seperti Carson.
Namun, sekarang Carson menjadi pengusaha sukses baru yang tinggi tak tergapai, sedangkan aku jatuh terpuruk.
Huh!
Perubahan besar semacam ini sungguh ironis.
"Mei, aku sudah dengar tentang kondisi keluargamu begitu pulang."
Begitu aku datang, Bella meraihku dan berkata dengan cemas, "Sekarang kamu baik-baik saja, 'kan? Katakan saja kalau ada yang bisa kubantu."
Aku tersenyum padanya. "Nggak apa-apa, semuanya sudah teratasi."
Bella bersikeras memberikan sebuah kartu bank berisi empat miliar untukku.
Aku menolak.
Bella juga berasal dari keluarga yang kaya, tetapi ibu tirinya jahat sehingga kehidupannya di rumah tidak seberapa baik. Aku tidak bisa mengambil uang dari Bella.
Bella juga tidak memaksakanku untuk menerima uangnya. Bella bertanya lagi dengan jengkel, "Kenapa aku dengar Carson sudah cerai denganmu?"
Aku terbengong.
Kelihatannya Carson sudah memberitakan perceraian kami kepada publik.
Aku mengangguk, lalu menjawab sembari tersenyum acuh tak acuh, "Ya."
Bella sangat marah. "Mana bisa Carson begitu? Mana bisa dia cerai denganmu begitu dia jadi sukses?"
"Kalau nggak?" Aku tertawa geli seraya mengelus punggung Bella. "Aku begitu jahat padanya dulu. Carson hanya cerai denganku, nggak balas dendam."
Aku tidak memberi tahu bella bahwa aku menjadi wanita simpanan Carson. Jika tidak, Bella akan sangat marah.
Bella mengembuskan napas dan berujar "Sudahlah. Aku juga nggak suka Carson. Lebih baik lagi kalau kamu cerai dengannya."
Bella tiba-tiba tersenyum dan bertanya, "Kamu masih suka Carman nggak?"
Sebelum aku sempat menjawab, Bella melanjutkan dengan girang, "Saat aku turun pesawat hari ini, aku ketemu Carman yang juga pulang ke dalam negeri. Aku ajak dia, harusnya sudah hampir sampai."
Aku terbengong.
Bella juga mengajak Carman?
"Mei!"