Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 1

Aku disiksa oleh Carson Yoni di ranjang selama tiga hari tiga malam. Dulu, Carson adalah menantu matrilokal yang rendahan. Aku tidak hanya tidak mengizinkan Carson untuk menyentuhku, juga menganiayanya. Kini, aku jatuh terpuruk, sedangkan Carson menjadi sukses. Seolah-olah membalas dendam, Carson selalu menyiksaku. ... Suamiku adalah menantu matrilokal. Sebenarnya, aku menyukai adik Carson. Akan tetapi, pada suatu reuni teman sekolah, Carson meniduriku ketika aku sedang mabuk. Hal itu marak tersebar. Oleh karena itu, ayahnya hanya bisa menikahkanku dengan Carson. Syaratnya, Carson harus menjadi menantu matrilokal. Carson adalah anak dari ayahnya dan mantan istrinya. Sejak ayah Carson bercerai dan menikah lagi, ayah Carson tidak begitu menyukai Carson. Namun, keluargaku sangat kaya dan aku dimanjakan oleh orang tuaku sejak kecil. Tentu saja Ayah Carson setuju agar Carson menjadi menantu matrilokal keluarga kami. Dengan demikian, kami menikah. Sayangnya, aku tidak senang. Aku menyukai adik Carson. Jadi, aku selalu menargetkan Carson. Pada malam hari, aku menyuruh Carson tidur di lantai dan melarangnya tidur di ranjang. Saat makan, aku dan kakakku selalu menyindir dan merundung Carson, tidak membolehkan Carson mengambil lauk. Di hari reuni teman sekolah, turun hujan. Carson dengan pengertian mengantarkan payung untukku, tetapi aku memarahinya. Aku selalu memarahi Carson untuk melampiaskan kemarahanku. Anehnya, Carson tidak pernah marah. Tidak peduli bagaimana keluarga kami menganiaya dan merundungnya, Carson tidak pernah marah. Carson selalu bersikap lembut. Omong-omong, Carson cukup tampan. Di zaman sekolah, Carson terlalu pendiam dan nilainya terlalu rendah sehingga sering tidak naik kelas. Banyak orang yang tidak menyukai Carson. Berbeda dengan adik Carson yang ceria, tampan, dan nilainya tinggi. Adik Carson sangat populer di sekolah. Teringat bahwa benih cinta yang baru tumbuh di antara aku dan adiknya dipadamkan oleh Carson, aku kembali menjadi jengkel. Larut malam, aku turun dari ranjang dan menendang Carson yang tidur pulas. Aku bilang aku haus. Carson langsung pergi mengambilkan air untukku. Carson cukup pengertian. Cuaca mulai dingin, Carson mengambilkan air hangat untukku. Namun, teringat akan perbuatan Carson di reuni teman sekolah malam itu, aku menjadi marah. Jadi, aku menyemburkan segelas air itu ke wajah Carson. Carson bahkan tidak marah. Carson pergi ke kamar mandi tanpa bersuara. Melihat sosok yang tinggi dan diam itu, aku justru merasa sedikit bersalah. Akan tetapi, sedikit perasaan bersalah itu hilang ketika teringat bahwa kebahagiaanku telah dihancurkan oleh Carson. Dengan demikian, aku menganiaya dan merundung Carson selama tiga tahun. Ada banyak hal yang bisa terjadi dalam waktu tiga tahun. Misalnya, keluargaku bangkrut. Misalnya, aku sedikit menyukai Carson. Misalnya ... Carson mengajukan perceraian denganku. Saat memberikan surat perceraian padaku, Carson mengatakan cinta sejatinya sudah pulang. Aku akui, hatiku sangat tidak nyaman pada saat itu. Rasanya sesak, seperti dicekik. Namun, harga diriku sangat tinggi. Aku tidak menunjukkan sedikit pun kesedihan di depan Carson dan langsung menandatangani surat perceraian. Setelah itu, Carson berkata dengan suara lembut, "Perlu nggak aku suruh sopir antar kamu?" Aku termangu. Benar, vila yang sudah kutinggali selama dua puluhan tahun ini sudah bukan rumahku. Keluarga bangkrut dan seluruh aset telah dijual. Sementara itu, Carson yang dulunya menggunakan taktik untuk menikahiku, si menantu matrilokal yang dipandang hina oleh seluruh keluargaku, justru diam-diam membangun perusahaan tanpa sepengetahuan kami. Kini, perusahaan Carson sangat berkembang. Lalu, Carson membeli vila ini. Aku tidak berhak menyalahkan Carson, juga tidak berhak meminta Carson untuk membagi hartanya denganku. Semua itu adalah hasil jerih payah Carson sendiri yang dilakukan secara diam-diam selama bertahun-tahun. Carson sama sekali tidak memakai uang keluargaku. Carson menatapku dengan kalem, tidak mendesakku. Akan tetapi, kelembutan Carson mengingatkanku akan perbuatanku padanya selama ini. Aku benar-benar malu. Bagaimanapun, aku sudah terpuruk, sedangkan Carson menjadi sukses. Carson seharusnya membalas dendam atas semua penganiayaan di masa lalu. Sebaliknya, Carson tetap bersikap lembut. Aku buru-buru menjawab, "Nggak perlu, aku bisa pulang sendiri." Setelah itu, aku berlari keluar dengan panik. Carson bertanya dengan kalem, "Ada apa kamu cari aku malam ini?" "Nggak ada." Aku langsung berlari keluar. Turun hujan di luar. Aku memegang erat hadiah yang kupegang. Hari ini adalah peringatan pernikahan tahun ke-3 kami. Aku selalu bersikap kasar pada Carson sebelumnya, tetapi sejak menyadari aku mulai menyukai Carson, aku ingin merayakan hari peringatan semacam itu dengan Carson secara layak. Alhasil, aku malah diberi surat perceraian. Aku tersenyum getir. Hujan deras membasahi seluruh tubuhku. Keesokannya, aku sakit dan tidak bisa bangun. Namun, ada keributan di luar. Aku menopang tubuhku yang lemah ke luar. Ayah duduk di atas dinding yang terkelupas dan ingin mengakhiri hidupnya. Sekarang kami tinggal di perumahan tua dengan lingkungan yang kotor, tetapi biaya sewanya sangat murah. Ibu menangis tersedu-sedu dan mengatakan akan ikut melompat dari gedung jika ayah melakukannya. Dia memilih untuk mati sama-sama saja. Sambil menahan rasa sakit kepala, aku membujuk ayahku. Kita hanya bangkrut. Selama kita masih hidup, pasti akan ada harapan. Ayah tiba-tiba menatap lurus padaku. Tatapan membara itu memberiku perasaan yang tidak enak. Ayah berkata, "Kamu pergi mohon Carson bantu Ayah, oke? Carson menantu keluarga kita, dia pasti akan bantu kita." Ibu menyahut, "Ya. Dulu kita memang jahat padanya, tapi Carson pasti akan bantu kita demi kamu. Kamu pergi memohon pada Carson saja." Aku tersenyum getir. Ayah dan ibu belum tahu aku sudah diceraikan. Aku menolak untuk pergi memohon Carson, tetapi ayah mengancam akan bunuh diri lagi. Aku tidak punya pilihan selain menyetujuinya. Sebelum berangkat, ibu menghabiskan sedikit uang yang tersisa untuk membelikan pakaianku. Sehelai gaun panjang dengan kerah v dan sepatu kulit runcing yang seksi. Ibu juga menyuruh orang untuk mendandaniku dengan cantik. Saat melihat pantulan diriku di cermin, senyuman sinis tersungging di wajahku. Ini tidak seperti pergi memohon pada orang, melainkan menggoda orang. Meski aku berdiri di depan Carson dalam keadaan telanjang, Carson juga tidak akan melirikku. Aku benar-benar tidak paham mengapa Carson meniduriku di reuni teman sekolah malam itu. Mungkinkah Carson juga mabuk dan salah mengira aku adalah cinta sejatinya? Aku membuang pikiran-pikiran kacau itu. Agar ayah dan ibu mengurungkan niat mereka, aku berpura-pura pergi memohon Carson. Aku mendapat informasi bahwa Carson ada di perusahaannya sekarang. Jadi, aku langsung pergi ke perusahaan Carson dengan penampilan begini. Ayah dan ibu menunggu "kabar baik" dariku di depan perusahaan. Melihat ekspresi mereka yang penuh harapan, aku tidak bisa berkata-kata. Hatiku agak perih. Sampai di lantai di mana Carson berada, aku mendapat banyak tatapan aneh dari sekitar, serta banyak ejekan dan sindiran. Aku berpura-pura tidak mendengar. Aku menegakkan punggungku dan langsung masuk ke kantor Carson. Namun, aku menciut ketika melihat pria itu. Punggungku agak bungkuk. Carson duduk dengan anggun di kursinya, menatapku sambil tersenyum ....
Bab Sebelumnya
1/100Bab selanjutnya

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.