Muntah Darah
Hanya Ariyani dan Junaedi yang tersisa di kamar pasien. Junaedi memandang Ariyani dan berkata, "Ariyani, maafkan Ayah! Ini semua salah Ayah! Ayah kehilangan akal sehat..."
"Masalah ini sudah berakhir." Ariyani menyela Junaedi. "Anda tidak perlu mengatakan maaf kepada saya, yang perlu mengatakan maaf adalah saya sendiri, dikarenakan saya, hal-hal pada waktu itu juga terungkap. Kemudian, hal tersebut melibatkan Anda, kayaknya, hal ini akan membuat Anda malu?"
"Ariyani, Ayah menyesalinya. Aku terpaksa menikahi Susanti ketika aku menerima surat peringatan. Sebenarnya, ibumu selalu menjadi satu-satunya orang yang ada di hatiku..."
"Oke, Bapak Junaedi!" Ariyani menyela ucapan Junaedi lagi. "Saya telah menerima permintaan maaf Anda. Anda tidak melakukan kesalahan apa pun pada waktu itu. Semua orang egois. Setiap orang pasti meletakkan dirinya sebagai yang pertama. Tidak salah jika Anda melakukan hal tersebut untuk masa depan Anda, saya tidak menyalahkan Anda."
Wajah Junaedi memerah, Ariyani j
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda