Bab 26
Yasa bukanlah tipe orang yang menikmati penderitaan. Ia cenderung mengabaikan hal semacam itu.
Mendengar pertanyaan Tristan, dia mengernyitkan dahinya, berusaha mengingat kembali peristiwa kala itu.
Hati Yasa tiba-tiba terasa nyeri.
Pada tahun kedua pernikahan, raut wajah Ayahnya kembali menghantui pikirannya.
"Anakku yang malang! Tenang saja, Ayah pasti akan menyembuhkanmu meskipun harus berkorban nyawa! Tapi, keluarga kita sekarang lagi diawasi. Kalau kamu bisa mendengar ini, ingat baik-baik, rumah leluhur kita! Cuma anggota keluarga Carlo yang bisa masuk ke sana!"
Usai berbicara, Lendra menyeka air matanya dan pergi dengan punggung tegap.
Itu adalah kenangan terakhirnya tentang sang Ayah.
"Rumah leluhur!" ujar Yasa lirih. Setelah itu dia menarik napas panjang dan memilih untuk melupakan ingatan yang tersisa berikutnya.
"Paman Tristan, tolong urus perusahaan ini! Di sini ada dua miliar untuk modal awal. Aku tahu ini nggak akan cukup, tapi aku bakal mencari solusi untuk nantinya!" uca

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda