Bab 14
Usai makan, Sherline naik ke dalam mobil Jordan. Dia merapatkan bibirnya dan ingin mengatakan sesuatu. Tepat saat itu, Jordan berkata, "Kondisi tubuh nenekku nggak baik. Dia ingin lihat aku nikah, tapi kalau kamu nggak setuju, aku bisa bicarakan dengan Nenek."
Teringat akan wajah Diana yang penuh rasa sayang, Sherline tersenyum tidak berdaya. "Aku setuju-setuju saja. Aku sudah iakan kemarin malam, nggak akan berubah pikiran."
"Oke. Aku juga akan membantumu mengatasi masalah Keluarga Limuntang," ujar Jordan sambil mengangguk. Pernikahan mereka seolah-olah adalah sebuah transaksi.
Sherline ingin menolak, tetapi dia teringat akan Melvin. Melvin telah menolongnya di Hotel Harmoni hari itu, pasti karena Jordan. Mereka sepertinya sangat dekat.
Dilihat dari sikap Harris yang begitu hormat pada Melvin, Melvin jelas bukan orang biasa. Masalahnya mungkin akan teratasi dengan bantuan Melvin.
Sherline tidak perlu takut pada Keluarga Limuntang lagi karena kakek sudah dipindahkan, tetapi Robert adalah orang yang egois. Robert pasti akan terus mengganggunya demi kepentingan pribadi.
Daripada terus diganggu oleh mereka, lebih baik langsung menuntaskan masalah.
"Baik, terima kasih," ucap Sherline.
Mereka mengemudikan mobil ke mal pusat kota Lauton. Ada sebuah toko gaun pengantin eksklusif di sana.
Begitu Jordan membawa Sherline ke toko, Sherline terkejut melihat label harga pada gaun pengantin. Satu gaun pengantin biasa pun seharga ratusan juta. Mereka tidak perlu semewah itu.
Sherline menurunkan label harga, lalu berbisik pada Jordan, "Kita ke toko lain saja. Harga di sini agak mahal."
Tatapan mata Sherline yang tulus membuat Jordan terkekeh. "Nggak nyangka istriku begitu pengertian. Belum menikah sudah berpikir demi kebaikanku."
Wajah Sherline memerah. Dia memelototi Jordan. "Nggak mudah kamu cari uang. Setelah kondisi tubuh Nenek pulih nanti, juga butuh uang banyak untuk operasi. Lebih baik kita berhemat."
Jordan tersenyum. Sepertinya Sherline terus meyakini dia adalah model pria yang tidak berdaya. "Aku punya uang. Kamu bebas pilih."
Detik berikutnya, terdengar suara keluhan gadis yang centil dari arah pintu. "Sebelumnya bilang mau pesan Hotel Harmoni untuk jadi tempat acara pernikahan, 'kan? Kenapa tiba-tiba diubah sekarang?"
"Berlina, kakakku sudah tanyakan. Katanya Hotel Harmoni sudah dipesan semua pagi ini, pas di hari itu. Apa boleh buat? Kita hanya bisa pilih Hotel Angsana yang di sebelahnya. Dua hotel itu juga dekat," hibur Selvin dengan suara pelan.
Berlina tetap merasa enggan. Kedua hotel itu memang dekat, tetapi berbeda kelas. Dia sudah mengumumkan bahwa dia akan mengadakan acara pernikahan di hotel termewah di Kota Lauton. Ketika kerabat dan teman-temannya datang nanti, bukankah dia akan menjadi malu?
"Selvin, Keluarga Gunawan juga termasuk keluarga elite di Kota Lauton. Kamu nggak bisa suruh kakakmu negosiasikan?" tukas Berlina dengan jengkel. Berlina sangat tinggi hati. Dia tentu harus menggunakan yang terbaik untuk acara pernikahannya.
"Sudah aku tanya, katanya dipesan oleh orang penting. Keluarga Gunawan juga nggak bisa ganggu gugat. Berlina, maaf. Acara pernikahan sudah ditetapkan, sudah nggak sempat kalau mau ganti tanggal. Hari ini, aku akan belikan gaun pengantin mana pun yang kamu mau," bujuk Selvin.
Awalnya, Keluarga Gunawan berencana untuk memesan satu lantai di Hotel Harmoni untuk keperluan acara pernikahan. Itu pun sangat mahal. Akan tetapi, orang itu memesan satu hotel. Orang itu jelas sangat kuat dan tidak dapat disinggungi oleh Keluarga Gunawan.
Mendengar apa kata Selvin, kemarahan di wajah Berlina baru memudar. Dia mengangguk, lalu berkata dengan cemberut, "Baiklah."
Percakapan mereka didengar oleh Sherline.
Kebetulan sekali, bisa bertemu dengan mereka di mana saja.
Selesai berbicara, Berlina melirik ke samping, pas melihat Sherline dan Jordan.
Berlina memendam amarah karena hotel yang dia inginkan dipesan orang lain. Begitu melihat Sherline dan Jordan, tentu saja Berlina tidak bersikap ramah.
"Loh, Kakak juga lihat gaun pengantin di sini? Kenapa? Kakak benaran mau bikin acara pernikahan dengan model pria ini? Nggak takut ditertawakan?" sindir Berlina sambil melangkah ke depan.
Sherline mengernyit. Dia mengadang di depan Jordan dengan tatapan mata dingin. "Dengan siapa aku menikah, itu bukan urusanmu, 'kan?"
"Cih!" Berlina mencibir dengan tatapan mengejek. "Ini toko gaun pengantin eksklusif. Buat apa kamu ke sini? Memangnya kamu sanggup beli?"
Kemudian, Berlina menoleh pada pelayan toko. "Buka mata kalian lebar-lebar, jangan biarkan orang miskin masuk. Memalukan kalau dilihat oleh pelanggan yang benar-benar mau beli."
Pelayan toko mengenali Selvin yang adalah tuan muda Keluarga Gunawan, tentu saja dia tidak berani bertele-tele. Dia memasang senyuman menyanjung. "Nona benar, ini kelalaian kami."
Lalu, pelayan toko berjalan ke depan Sherline. "Nona, gaun pengantin termurah di toko kami juga ratusan juta. Nona juga sudah lihat tadi. Kalau nggak sanggup beli, silakan pergi."
Sherline dan Jordan berpakaian sederhana hari ini, tidak seperti Berlina yang memakai produk bermerek semua. Oleh karena itu, pelayan toko menganggap Sherline dan Jordan sebagai "orang miskin".
Sherline mengernyit, tetapi tidak berkata apa-apa. Dia meraih tangan Jordan dan ingin pergi, tetapi Jordan berdiri diam di tempatnya.
Tatapan mata Selvin suram saat menatap Sherline. Pada akhirnya, dia tidak tahan lagi dan berkata, "Sherline, sudah kubilang, jangan bersama model pria ini. Kenapa kamu nggak mau dengar?"
Selvin juga khawatir dengan suasana hati Berlina, maka dia menambahkan, "Kamu kakaknya Berlina. Kalau kamu benar-benar nikah dengan model pria ini, itu akan merusak reputasi Berlina."
Berlina mendongakkan dagu dengan ekspresi sombong. Hatinya sangat girang ketika memikirkan dia bisa menganiaya Sherline di saat ini!
Berlina mendengus. Tatapan matanya tertuju pada Jordan. "Kamu nggak tahu, 'kan? Ayah sudah menyetujui pernikahan Sherline dan Harris. Dia hanya memanfaatkanmu sekarang dan akan membuangmu setelah itu. Dia juga nggak punya uang. Jangan ditipu!"
Jordan menyeringai sinis. Tatapan matanya menyapu Berlina. Dia menyindir, "Kenapa? Nona begitu peduli dengan urusanku, jangan-jangan Nona menyukaiku? Benar juga. Sebelum aku pergi dari rumah Keluarga Limuntang, Nona kejar keluar untuk minta nomor teleponku."
Ekspresi Berlina berubah seketika. Dia langsung menoleh pada Selvin. Melihat Selvin tidak marah, dia membantah dengan lantang, "Omong kosong apa kamu? Nggak usah fitnah aku untuk membela Sherline! Pelayan, cepat usir mereka!"
Untuk menyenangkan Berlina yang marah, pelayan toko segera berjalan menuju Sherline dan memberi perintah, "Nona sudah mengganggu pelanggan toko kami. Silakan pergi sekarang juga."
Tatapan mata Jordan menyapu pelayan toko itu. Pelayan toko merinding dan tiba-tiba merasa takut. Akan tetapi, dia tetap bersikap sombong di depan mereka para orang miskin. "Kalau kalian nggak mau pergi, aku panggil satpam."
Selama bertahun-tahun bekerja di sana, dia telah menemui banyak orang miskin yang suka meraba gaun pengantin, tetapi tidak membelinya. Buang-buang waktu saja!
Berpikir demikian, pelayan toko menjadi lebih galak. "Gaun pengantin di toko kami sangat mahal, nggak mampu dibeli orang biasa. Dilihat dari penampilan kalian, kalian juga bukan orang kaya! Kalian nggak mampu ganti rugi kalau gaun kami sampai rusak! Cepat pergi!"
"Panggil manajer kalian." Jordan melirik pelayan toko itu sekilas.
Terbersit kemarahan di wajah pelayan toko. Melihat Jordan "mengotot", nada bicaranya menjadi ketus. "Memangnya siapa kamu? Bisa-bisanya minta ketemu manajer kami?"
Keributan itu mengejutkan orang di dalam. Seseorang berjalan keluar dan bertanya, "Ada apa?"
Pelayan toko langsung mengubah ekspresi ketika melihat manajer. Dia menjawab dengan hormat, "Manajer, dua orang ini bikin masalah di toko. Aku baru mau minta satpam untuk usir mereka."
Manajer toko gaun pengantin adalah wanita berumur 30-an tahun dengan riasan standar dan rambut tersisir rapi, tipikal wanita karier.
Manajer mengikuti arah pandangan pelayan toko kepada Jordan. Ekspresinya berubah seketika. Itu ... CEO Grup Ramos! Jordan Ramos!
Bos dari merek toko ini!