Bab 2
"Kamu ...." Lenny sangat marah sampai ingin memukulnya.
Jerry menatap Lenny dengan tatapan sedih, "Aku kira kamu sudah mengenalku setelah tiga tahun menikah. Nggak disangka aku adalah orang yang seperti ini di dalam matamu dan kamu bahkan nggak mau kasih kesempatan padaku untuk menjelaskannya."
"Mungkin akulah yang nggak pernah memahamimu dengan benar dan juga membuktikan bahwa kita nggak cocok."
Jerry menatap pemuda berjas di belakang Lenny pada saat ini, "Akhir-akhir ini aku dengar banyak rumor kalau kalian adalah pasangan yang serasi. Dia adalah alasan kita cerai, 'kan?"
"Benar," ucap Lenny dengan dingin.
Pemuda berjas tidak bisa menahan diri untuk berkata dengan bangga, "Biarkan aku memperkenalkan diri dulu, namaku adalah Mike dan merupakan manajer umum di Grup Isiro, aku juga merupakan seorang investor IPO perusahaan Lenny."
Hati Jerry sedikit terasa sakit, tapi dia tetap tersenyum di wajahnya, "Baik, aku ngerti. Semoga kalian bisa bahagia selamanya."
Jerry menatap leher Lenny, "Kembalikan liontin giok itu padaku, itu adalah benda milik kedua orang tuaku dan kamu nggak pantas mengenakannya."
Lenny melepaskan liontin giok dan mengeluarkan sebuah kartu bank, "Jerry, aku bukanlah orang yang nggak berperasaan meskipun kamu cerai tanpa minta harta apa pun. Ada uang 10 miliar di dalam kartu ini yang bisa dianggap sebagai kompensasiku padamu, kamu bisa pergi ke sebuah kota kecil dan uang ini cukup untuk menghidupimu selamanya."
"Beri kompensasi padaku?"
Jerry tersenyum sarkas setelah mendengar ini, "Lenny, kamu berhutang sangat banyak padaku dan bagaimana bisa ditebus hanya dengan 10 miliar?"
"Tapi aku tetap mau berterima kasih padamu karena telah membuatku sadar dari mimpiku, mulai saat ini aku bisa kembali jadi diriku sendiri."
Jerry berbalik dan pergi tanpa melirik kartu bank itu setelah mengatakan ini.
Larny hendak mengejar Jerry.
Lenny mengancam Jerry, "Berhenti! Aku akan memutuskan biaya kuliahmu kalau kamu berani melangkah dari pintu ini hari ini!"
Larny berkata dengan marah, "Kak, kamu pasti akan menyesal karena telah meninggalkan kakak ipar!"
Entah kenapa Lenny sama sekali tidak merasakan perasaan gembira karena telah mendapatkan kembali kebebasannya saat melihat kepergian Jerry, hatinya malah terasa hampa.
Seolah-olah suatu hal yang berharga sedang menghilang dengan perlahan-lahan.
Jerry mengejek dirinya sendiri setelah meninggalkan rumah Keluarga Disi.
Jerry sama sekali tidak pernah melakukan hal yang melukai hati Lenny selama tiga tahun terakhir, tapi tidak disangka dia akan mendapatkan hasil seperti ini pada akhirnya.
Hanya saja, Jerry bukanlah orang yang akan terlena-lena dalam suatu masalah, lebih baik mereka berpisah jika memang tidak cocok.
Ponsel Jerry berdering pada saat ini dan Jerry berkata, "Ayah ...."
"Tutup mulutmu, jangan panggil aku ayah."
Pria yang berada di ujung lain panggilan mendengus, "Keluarga Nupo adalah keluarga konglomerat di Kirli dan kenapa aku bisa punya putra bajingan sepertimu."
"Kamu nggak mau mewarisi kekayaan keluarga senilai kuadriliun, tapi malah bersikeras pergi ke gunung untuk belajar kedokteran dari orang lain."
"Lihatlah para kakak perempuanmu, ada yang telah jadi jenderal di usia muda dan bahkan telah mengembangkan bom nuklir jenis baru ...."
"Ini semua nggak masalah, tapi nggak disangka kamu menikah dengan seorang wanita dengan latar belakang keluarga biasa, ini sama saja dengan mempermalukan Keluarga Nupo, kakekmu bahkan hampir meninggal karena marah padamu."
"Aku sudah bercerai," ujar Jerry sambil mengerutkan keningnya.
Pada awalnya, tetua di Keluarga Nupo tidak menyetujui hubungan Jerry dengan Lenny. Mereka merasa bahwa Jerry telah menurunkan statusnya dan mempermalukan keluarga. Sekarang mereka pasti akan tersenyum lebar setelah mengetahui bahwa mereka sudah bercerai, 'kan?
"Apa?"
"Bagus, akhirnya kamu sadar. Cepat kembali dan ikuti pengaturan dari keluarga,"
"Ayah, untuk sementara ini aku nggak akan kembali, karena aku mau menenangkan diriku," tolak Jerry.
"Baik, aku akan kasih kamu waktu tiga bulan lagi. Kakekmu akan berulang tahun yang ke-80 pada tiga bulan dan kamu harus kembali pada saat itu."
"Omong-omong, kakekmu punya seorang teman seperjuangan yang tinggal di Salani. Dia sepertinya sedang sakit parah dan akan segera meninggal. Maksud kakekmu adalah dia berharap kamu bisa pergi dan menjenguknya."
"Teman seperjuangan kakekmu punya seorang cucu perempuan yang cantik dan punya kontrak pernikahan denganmu. Bagaimana kalau kamu berhubungan dengannya kalau kamu sudah bercerai ...."
Jerry menyela dengan dingin, "Aku bisa mengobati penyakit teman Kakek, suruh mereka utus orang untuk menjemputku. Sudah, aku matikan dulu panggilannya."
...
Jerry bertemu dengan Messy yang merupakan ibu Lenny dan Reza yang merupakan adik iparnya.
Messy meletakkan kedua tangannya di pinggang saat melihat Jerry membawa banyak barang bawaan, "Hei, Jerry. Kamu sudah cerai dengan putriku dan jangan berharap bisa bawa barang-barang dari rumahku!"
"Ibu, kalian sudah tahu kalau aku dan Lenny sudah cerai?" tanya Jerry dengan agak terkejut.
"Jangan panggil aku ibu, aku merasa jijik saat mendengarnya," ujar Messy sambil menatap Jerry dengan jijik. Kemudian berkata dengan bangga, "Akulah yang suruh putriku untuk bercerai denganmu."
"Memangnya kamu nggak bisa berkaca? Apakah kamu yang merupakan orang nggak berguna pantas bersanding dengan putriku? Putriku adalah CEO dari perusahaan yang akan masuk ke pasaran dan punya aset lebih dari 100 miliar!"
Jerry tidak tahu harus mengatakan apa setelah mendengar ini, dia benar-benar merasa kecewa terhadap sikap anggota Keluarga Disi yang sangat dingin.
Reza berkata dengan nada dingin, "Hei, berikan kompensasi perceraian yang dikasih kakakku padamu, kalau nggak kamu nggak boleh pergi hari ini!"
"Aku nggak ambil kompensasi apa pun dari kakakmu," balas Jerry dengan dingin.
"Omong kosong!"
"Kamu kira aku bodoh? Cepat kasih uangnya pada kami, ini adalah uang Keluarga Disi dan nggak ada hubungannya denganmu."
Messy berkata dengan tajam sambil merebut tas Jerry.
"Kami akan cari sendiri kalau kamu nggak mau kasih!"
Mereka berdua membuka tas Jerry dengan kasar dan mengobrak-abriknya, tapi sayangnya mereka tidak menemukan uang di dalamnya.
Jerry menekan amarahnya dan membiarkan mereka terus mencari, hatinya terasa sangat dingin.
Dia telah bekerja keras untuk melayani mereka selama tiga tahun ini.
Hanya saja mereka malah memperlakukannya seperti ini.
Jerry sama sekali tidak mengambil uang dari Lenny, dia bahkan sangat pantas jika mengambil uang itu.
"Ibu, sudah ketemu. Coba lihat ini."
Tiba-tiba, Jerry melihat Reza menemukan liontin giok yang terletak di dalam tas.
Messy melihat liontin giok itu, "Bukankah ini adalah liontin giok yang dikasih orang nggak berguna itu untuk Lenny? Nggak disangka diambil balik."
"Benar sekali. Hei kamu, liontin giok ini sudah jadi milik Keluarga Disi karena kamu sudah kasih ke kakakku. Atas dasar apa kamu ambil kembali?"
"Liontin giok itu diturunkan secara turun menurun dari leluhur keluargaku, cepat kembalikan padaku!" ujar Jerry dengan dingin.
"Ambillah!"
Reza berkata dengan keras dan melemparkan liontin giok itu ke tanah.
"Dasar bajingan!"
Jerry tidak bisa menahan dirinya lagi setelah mengambil liontin giok itu dan melangkah maju untuk menampar wajah Reza.
Tamparan ini langsung membuat Reza terjatuh ke tanah.
Messy langsung berteriak dengan keras setelah melihat adegan ini, "Tolong, ada pembunuh di sini!"