Bab 20
Sejenak, semua pasang mata tertuju pada Rhea.
Rhea perlahan mengalihkan tatapan ke arah Cavero. Napasnya ditarik dalam-dalam, amarah yang selama ini tertahan di dadanya membuncah. Kini, kata-kata yang hanya terpendam di benaknya, keluar tanpa tersaring lagi. "Cavero! Memang kamu orang paling bodoh, tolol, dan goblok yang nggak paham bahasa manusia!"
Sandi tertawa mendengar itu. Tidak pernah dia menyangka bahwa Nona Rhea, yang biasanya lembut dan tenang, bisa meledak seperti itu.
Dalam hati, dia bergumam, 'Sayang banget Pak Yasa nggak datang. Harusnya tadi kurekam biar dia bisa lihat ini.'
Cavero tersentak. Sejenak, dia terdiam, bingung akan marah atau kaget. Akhirnya, dia buka suara, "Apa katamu?"
Tatapan Rhea tajam, suaranya makin meninggi. "Aku nggak peduli kamu mau tetap syuting atau nggak! Celia itu nggak lolos karena kemampuannya payah! Mau kamu mohon mati-matian ke langit sekalipun, hasilnya tetap sama!"
"Kamu!" Cavero mendelik, wajahnya merah padam. "Kamu benar-benar ..."
'Tuh,
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda